KESKOM. : 272-280 JURNAL KESEHATAN KOMUNITAS (J O U R N A L O F C O M M U N I T Y H E A L T H) http://jurnal. Hubungan Dukungan Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi pada Remaja The Influence of Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Tati Murni Karokaro1*. Aprizal2. Amel Yanis3. Hardisman4 1,2,3,4 Universitas Andalas Padang ABSTRACT Depression in adolescents is a significant mental health One factor that can influence the incidence of depression in adolescents is family emotional support. This study aims to examine the effect of family emotional support on depression in adolescents. The purpose of this study was to analyze the effect of family emotional support on the incidence of depression in adolescents and to evaluate the level of emotional support provided by families to adolescents. This study used a cross-sectional design with questionnaires distributed to 202 adolescents aged 15-21 years. Data were analyzed descriptively and with statistical regression tests to assess the relationship between family emotional support and the incidence of As many as 78. 7% of adolescents felt comfortable with family emotional support, but 32. reported that their families often did not ask about their Overall emotional support reached 67. The study also found that female adolescents were more susceptible to depression although age, gender, and education factors did not show a significant relationship. Family emotional support plays an important role in reducing the impact of depression in adolescents. Although overall emotional support is good, many adolescents feel they are not getting enough attention from their families. Family emotional support has a correlation with depression in adolescents. Families need to pay more attention to the emotional needs of adolescents and improve counseling services to help parents understand their children's emotional conditions. ABSTRAK Depresi pada remaja menjadi masalah kesehatan mental yang signifikan. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian depresi pada remaja adalah dukungan emosional keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh dukungan emosional keluarga terhadap depresi pada remaja. ujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dukungan emosional keluarga terhadap kejadian depresi pada remaja serta mengevaluasi tingkat dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada remaja. Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan kuesioner yang dibagikan kepada 202 remaja berusia 15-21 tahun. Data dianalisis secara deskriptif dan dengan uji statistik regresi untuk menilai hubungan dukungan emosional keluarga dan kejadian depresi. Sebanyak 78,7% remaja merasa nyaman dengan dukungan emosional keluarga, namun 32,18% melaporkan keluarga sering tidak bertanya tentang keadaan mereka. Dukungan emosional secara keseluruhan mencapai 67,3%. Penelitian juga menemukan bahwa remaja perempuan lebih rentan terhadap depresi meskipun faktor usia, jenis kelamin, dan pendidikan tidak menunjukkan hubungan signifikan. Dukungan emosional keluarga memiliki peran penting dalam mengurangi dampak depresi pada remaja. Meskipun dukungan emosional secara keseluruhan baik, banyak remaja yang merasa kurang mendapatkan perhatian dari keluarga. Dukungan emosional keluarga berhubungan signifikan . =0,. pada kejadian depresi Keluarga perlu lebih memperhatikan kebutuhan emosional remaja dan meningkatkan layanan konseling untuk membantu orangtua memahami kondisi emosional anak mereka. Keywords : Emotional Support. Family. Depression Incident. Adolescents Kata Kunci : Hy Family Emotional Support. Adolescent Depression. Depression Prevention Corresponding author : Tati Murni Karokaro Email : tatikarokaro612sp@gmial. A Received 4 April 2025 A Accepted 2 Juli 2025 A Published 31 Juli 2025 A p - ISSN : 2088-7612 A e - ISSN : 2548-8538 A DOI: https://doi. org/10. 25311/keskom. Vol11. Iss2. Copyright @2017. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4. 0 International License . ttp://creativecommons. org/licenses/by-nc-sa/4. which permits unrestricted non-commercial used, distribution and reproduction in any medium Tati Murni Karokaro, et al Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja PENDAHULUAN Depresi di kalangan remaja adalah gangguan kesehatan mental yang berpotensi menimbulkan masalah serius, termasuk risiko bunuh diri. Menurut perkiraan WHO, depresi diprediksi akan menjadi salah satu gangguan mental yang paling umum, dengan tingkat prevalensi yang tinggi di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Di antara remaja berusia 15 hingga 24 tahun, prevalensi depresi mencapai 6,2% . , dan seringkali gejala-gejalanya tidak terdiagnosis dengan baik. Dukungan emosional dari keluarga memiliki peran krusial dalam mencegah atau mengurangi risiko depresi pada remaja. Berbagai faktor, seperti tekanan akademik, perundungan, dan masalah dalam keluarga, dapat dikelola dengan lebih baik jika didukung oleh suatu lingkungan keluarga yang penuh kasih. Keluarga yang mampu memberikan dukungan emosional, melalui penerimaan, pengertian, serta komunikasi yang terbuka, dapat membantu remaja dalam menghadapi tekanan emosional yang mereka Hasil penelitian menunjukkan bahwa remaja yang menerima dukungan emosional yang baik dari keluarga cenderung mengalami depresi dengan tingkat yang lebih rendah. Depresi pada remaja sering kali muncul akibat perasaan tidak berharga dan stres, namun dapat dikelola melalui interaksi positif dan perhatian yang diberikan oleh orang tua. Dalam hal ini, dukungan emosional perlindungan yang sangat penting. Sayangnya, di beberapa wilayah, termasuk di puskesmas di Kabupaten Deli Serdang, kasus gangguan jiwa, termasuk depresi, masih cukup tinggi. Setiap bulannya, terdapat sekitar 50-60 kunjungan remaja yang mengeluhkan depresi di puskesmaspuskesmas tersebut, yang menegaskan betapa emosional keluarga sebagai langkah pencegahan terhadap depresi remaja . & . Dampak depresi dapat mengakibatkan terjadinya perilaku bunuh diri pada remaja. Bunuh diri merupakan penyebab kematian utama ketiga Keskom. Vol 11. No 2, 2025 pada individu berusia 15 Ae 24 tahun . Penyebab utama depresi salah satunya adalah penggunaan internet. Dampak penggunaan internet pada remaja memicu kecemasan, kesedihan, depresi, remaja tidak dapat mengatur waktu, kurang tidur, isolasi sosial, ketidakjujuran dan perubahan suasana hati . Penting Dampak mengakibatkan terjadinya perilaku bunuh diri pada remaja. Bunuh diri merupakan penyebab kematian utama ketiga pada individu berusia 15 Ae 24 tahun (Nasriati, 2. bagi keluarga untuk memahami peran mereka dalam mendukung kesehatan mental remaja. Hal ini dapat dilakukan dengan mengadopsi pendekatan yang lebih peka dan responsif terhadap kebutuhan emosional mereka . & . METODE Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional study. Penelitian ini dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Kabupaten Deli Serdang, yang mencakup lima puskesmas, yaitu Puskesmas Lubuk Pakam. Puskesmas Pagar Jati. Puskesmas Galang. Puskesmas Aras Kabu, dan Puskesmas Tanjung Morawa. Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga yang memiliki remaja di wilayah Pelayanan Kesehatan Kabupaten Deli Serdang. Sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu keluarga yang memiliki remaja yang mengalami depresi dan bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Jumlah sampel yang diambil adalah 202 keluarga, dengan kriteria sampel meliputi: keluarga yang memiliki anak remaja yang tidak mengalami depresi di pelayanan kesehatan wilayah Kabupaten Deli Serdang, dan remaja yang bersedia menjadi responden. Pengumpulan data dilakukan melalui Kuesioner mengidentifikasi berbagai aspek dukungan emosional keluarga. Data yang terkumpul akan dianalisis secara statistik dengan langkah-langkah Tati Murni Karokaro, et al Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja berikut: Analisis univariat dilakukan dengan emosional keluarga dan kejadian depresi pada Data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan presentase untuk menggambarkan gambaran umum karakteristik responden berdasarkan variabel yang diteliti. Analisis bivariat untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara dukungan emosional keluarga dengan kejadian depresi pada remaja, dilakukan uji statistik Chi-Square. Penelitian ini telah mendapatkan surat keterangan lolos kaji etik dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang dengan No: 206/UN. 2/KEP-FK/2023. HASIL Kabupaten Deli Serdang terletak antara 2A57Ao hingga 3A16Ao Lintang Utara dan 98A33Ao hingga 99A27Ao Bujur Timur, dengan ketinggian 0500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka di utara. Kabupaten Karo dan Simalungun di selatan. Kabupaten Serdang Bedagai di timur, serta Kabupaten Langkat. Kabupaten Karo, dan Kota Binjai di barat. Pada tahap awal, hasil pengolahan data menunjukkan distribusi frekuensi untuk variabel depresi, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pendapatan orang tua, pola asuh, dan jumlah anggota keluarga (Tabel . Tabel 1. Dukungan emosional keluarga pada remaja 49,01 Kategori jawaban Sering KadangKadang 50,99 0,00 Tidak 0,00 Keluarga mendengarkan ketika saya mengungkapkan perasaan Keluarga tidak pernah bertanya terkait dengan keadaan saya (-) 51,98 48,02 0,00 17,82 32,18 Ketika saya mengeluhkan keadaan saya keluarga tidak pernah memberikan nasehat (-) 0,00 Keluarga memberikan eksempatan untuk melakukan aktivitas yang masih bisa saya lakukan atau tanpa Keluarga tidak pernah membantu ketika saya dalam kesulitan (-) Keluarga memahami keadaan saya selama sakit Pernyataan Selalu Keluarga menanyakan keadaan saya setiap hari Kategori penilaian Baik Kurang 0,00 0,00 0,00 36,63 13,37 50,00 50,00 10,89 50,50 38,61 89,11 10,89 75,25 13,86 10,89 0,00 89,11 10,89 9,90 53,96 0,00 36,14 36,14 63,86 62,87 25,74 0,00 11,39 88,61 11,39 Keluarga tidak mendukung ketika saya melakukan upaya untuk mengingatkan kesehatan saya (-) 24,26 0,00 37,62 38,12 75,74 24,26 Keluarga mendampingi dan memberikan perhatiannya ketika saya sedang dalam menjalani rehabilitasii . atihan fisik/gera. Keluarga tetap menyuruh saya untuk membantu bekerja walau dalam keadaan sakit (-) 53,47 0,00 36,14 10,40 53,47 46,54 10,89 22,77 38,12 28,22 66,34 33,66 Keskom. Vol 11. No 2, 2025 Tati Murni Karokaro, et al Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja Aspek-aspek yang bermasalah dari setiap peran keluarga, pertama akan di uraikan masalahmasalah pada aspek-aspek dukungan emosional. Aspek-aspek yang bermasalah pada dukungan emosional keluarga pada remaja yang kurang di temukan pada soal no: 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10, dapat dilihat pada gambar 2. Distribusi frekuensi Gejala Depresi Responden Aspek-aspek penilaian dari gejala depresi responden didapatkan gejala yang sering dirasakan ada pada aspek nomor 2, 4, 5, 7, 8, 9, 10, 11 dan 14 sehingga dapat disimpulkann bahwa gejala depresi pada umumnya adalah ringan sampai sedang, dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Gejala Depresi Responden Kesesuaian dengan Responden Aspek Penilaian Tidak Sesuai Sesuai pada batas yang dapat 4,95% Sangat Sesuai 83,17% Sesuai pada Tingkat Tertentu 11,39% Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian Merasa sepertinya tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan Pesimis 65,35% 23,27% 6,44% 4,95% 62,38% 35,64% 1,49% 0,50% Merasa sedih dan depresi Kehilangan minat pada banyak hal . akan, ambulasi, sosialisas. Merasa diri tidak layak Merasa hidup tidak berharga 26,73% 64,36% 59,41% 25,25% 12,87% 8,91% 0,99% 1,49% 65,35% 74,26% 32,67% 21,29% 1,98% 4,46% Tidak dapat menikmati hal-hal yang saya lakukan Merasa hilang harapan dan putus asa Sulit untuk antusias pada banyak hal Merasa tidak berharga Tidak ada harapan untuk masa depan Merasa hidup tidak berarti Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu 41,58% 53,47% 4,46% 0,50% 68,32% 49,50% 74,26% 77,23% 80,20% 35,64% 23,76% 43,56% 20,79% 20,79% 14,85% 53,47% 6,44% 5,94% 3,47% 1,98% 1,49% 10,40% 1,49% 0,99% 0,50% 3,47% 0,50% Hasil analisis hubungan variabel secara berurutan yaitu usia, jenis kelamin, pendidikan, pendapatan, pola asuh dan juga jumlah anggota keluarga tidak 0,50% memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian depresi sig-p > 0. ,225. 0,374. 0,629. 0,994. 0,321. dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Analisis Bivariat Data Kuantitatif Faktor-Faktor Kejadian Depresi pada Remaja Status Depresi Jumlah Variabel Tidak Depresi Depresi CI) Usia Remaja Awal-Madya 100 0,225 1. Remaja Akhir 26,9 167 Jenis Kelamin Laki-Laki 100 0,374 0. Perempuan 27,6 116 Tingkat Pendidikan Lanjut 100 0,629 0. Menengah 23,1 117 Dasar Keskom. Vol 11. No 2, 2025 Tati Murni Karokaro, et al Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja Pendapatan < UMR > UMR Pola Asuh Baik . -100%) Kurang (<76%) Jumlah Anggota Keluarga Kecil (<= 4 oran. Besar (> 4 oran. 0,944 0,321 0,403 Dari hasil analisis faktor tidak ditemukan hubungan yang signifikan terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian depresi sehingga dilakukan analisis lain terhadap dukungan emosional untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan kejadia depresi pada Hasil analisis chi-square pada tabel 3 meunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan emosional dan status depresi pada responden. Responden yang mendapatkan dukungan emosional kurang lebih berisiko mengalami depresi dibandingkan dengan mereka yang mendapatkan dukungan emosional baik, dengan Odds Ratio sebesar 7,56 dan nilai p = 0,008. Hal ini menunjukkan bahwa dukungan emosional yang baik berperan penting dalam Tabel 4. Analisis bivariat hubungan dukungan emosional dengan kejadian depresi pada remaja Sub Variabel Dukungan Emosional Baik Kurang Status Depresi Tidak Depresi Depresi PEMBAHASAN Dukungan Emosional Keluarga Sebanyak 17,82% responden menyatakan bahwa keluarga mereka selalu bertanya tentang keadaan mereka, sementara 32,18% lainnya merasa bahwa keluarga mereka sering tidak bertanya mengenai kondisi mereka. Data ini menunjukkan adanya ketidakseragaman dalam perhatian keluarga terhadap kesejahteraan emosional remaja. Selain itu, 9,9% responden melaporkan bahwa keluarga mereka selalu tidak memberikan bantuan dalam kesulitan, sementara 53,96% merasa bahwa keluarga mereka sering tidak memberikan bantuan saat mereka menghadapi kesulitan. Ini mencerminkan rendahnya tingkat dukungan instrumental yang Keskom. Vol 11. No 2, 2025 Jumlah 0,008 OR . % CI) . membutuhkan bantuan. Selain itu, 11,39% responden merasa bahwa keluarga mereka tidak pernah memahami kondisi mereka saat sakit, dan 10,4% merasa bahwa keluarga mereka tidak sementara 36,14% lainnya mengatakan keluarga mereka hanya kadang-kadang memberikan Perbedaan tingkat dukungan ini bisa mempengaruhi kesejahteraan emosional remaja dan perkembangan mereka dalam menghadapi masalah. Penelitian yang dilakukan oleh Fitria dan Maulidia dukungan emosional keluarga memiliki peran yang sangat penting dalam membantu remaja mengelola depresi. Sebanyak 78,7% remaja merasa nyaman dengan kehadiran keluarga Tati Murni Karokaro, et al Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja mereka dalam menghadapi masalah. Dukungan emosional ini memberi rasa aman dan membantu remaja merasa bahwa mereka tidak sendirian dalam menghadapi tantangan hidup. Selain itu, perhatian keluarga terhadap pergaulan remaja juga berperan signifikan dalam menjaga kesejahteraan emosional remaja, dengan 68% responden menganggap bahwa perhatian tersebut membantu mereka dalam proses sosialiasi yang lebih sehat. Di samping dukungan emosional, dukungan instrumental juga penting, seperti yang dilakukan oleh 76,6% keluarga yang menyediakan mendukung kebutuhan dasar remaja . Dukungan dari orang tua dan keluarga menjadi sangat penting dalam membantu remaja menghadapi perubahan ini. Perhatian keluarga, terutama orang tua, dapat membantu remaja mengatasi permasalahan emosional yang labil, seperti rasa mudah marah, stres, dan kecemasan. Dworkin & Serido . Fakhrou et al. serta Izzo et al. menekankan bahwa dukungan emosional keluarga, terutama dalam bentuk komunikasi terbuka, memungkinkan remaja untuk berbagi perasaan dan masalah mereka secara jujur dan tanpa rasa takut akan Komunikasi yang terbuka juga dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi remaja untuk mengekspresikan perasaan mereka, yang pada gilirannya mengurangi perasaan kesepian dan ketidakpastian yang sering kali dialami selama masa remaja . , 8 &. Dukungan emosional dalam bentuk kehadiran fisik dan keterlibatan aktif dalam kehidupan remaja, seperti mendampingi mereka dalam kegiatan sekolah, ekstrakurikuler, atau bahkan kegiatan sehari-hari seperti makan bersama, memiliki dampak yang besar pada kesehatan mental mereka. Orang tua yang terlibat secara langsung menunjukkan bahwa mereka peduli dan menghargai perasaan remaja, yang penting untuk perkembangan emosional mereka. Jika dukungan ini tidak diberikan dengan baik, remaja dapat merasa diabaikan, yang dapat Keskom. Vol 11. No 2, 2025 memperburuk masalah emosional mereka dan meningkatkan risiko gangguan mental yang lebih serius, seperti depresi atau kecemasan . Gejala Depresi Responden Sebanyak 12,87% responden menyatakan sering dan 0,99% selalu merasa sedih dan depresi. Sebanyak 6,44% responden sering merasa tidak kuat melakukan aktivitas, sementara 4,95% selalu merasa demikian. Sebanyak 1,49% responden sering dan 3,47% selalu merasa hidup tidak Selain itu, 8,91% responden sering dan 1,49% selalu merasa kehilangan minat pada banyak hal, seperti makan, bergerak, dan Sebanyak 10,4% responden sering dan 0,5% selalu merasa hilang harapan dan kesulitan untuk memulai suatu aktivitas. Gejala depresi pada remaja sering ditandai dengan perasaan mudah tersinggung, tertekan, takut, tidak bersemangat, dan konflik dengan teman serta keluarga. Gejala depresi yang sering muncul dalam seminggu meliputi merasa aktivitas memerlukan banyak usaha . ,06%) dan kesulitan tidur . ,02%) . Pada depresi ringan, gejala ini bisa menjadi tanda awal terganggunya kesejahteraan emosional. Meskipun masih bisa berfungsi dalam kegiatan sehari-hari, individu mungkin merasa penurunan motivasi dan kualitas hidup. Jika tidak ditangani, gejala ini bisa berkembang menjadi depresi sedang . Depresi sedang menyebabkan penurunan signifikan dalam kemampuan menjalani aktivitas sehari-hari dan mengganggu fungsi sosial atau pekerjaan. Orang yang mengalami depresi sedang sering terjebak dalam pola pikir negatif, kesulitan menyelesaikan tugas-tugas sederhana, dan merasa tidak berdaya. Pada depresi berat, gejala sangat parah dan mengganggu hampir semua aspek kehidupan. Fungsi sehari-hari terhenti, interaksi sosial berkurang, dan individu merasa hidup sudah tidak berarti . Selain itu, remaja yang mengalami depresi sering berubah perilaku. Mereka yang sebelumnya suka bermain dengan temantemannya kini lebih memilih menyendiri atau sulit bersosialisasi . Oleh karena itu, orang tua Tati Murni Karokaro, et al Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja perlu lebih memperhatikan perubahan pada Dampak depresi pada remaja dapat mencakup rasa putus asa, harga diri rendah, dan isolasi sosial. Jika tidak ditangani dengan tepat, depresi bisa menyebabkan pemikiran negatif, termasuk ide bunuh diri. Menurut National Institute of Mental Health . , 17% orang berusia 18 hingga 25 tahun pada 2020 mengalami episode depresi mayor yang menunjukkan tandatanda depresi klinis. Faktor yang Berpengaruh terhadap Kejadian Depresi pada Remaja Tidak ditemukan hubungan signifikan antara usia dan depresi pada remaja. Meskipun demikian, analisis menunjukkan bahwa individu yang lebih tua memiliki risiko 1,576 kali lebih besar mengalami depresi dibandingkan dengan individu yang lebih muda. Selain itu, tidak ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dan depresi pada remaja. Risiko depresi pada laki-laki 0,797 kali lebih rendah dibandingkan dengan Namun, wanita cenderung lebih sering melaporkan gejala depresi, masalah tidur, kelelahan, kesepian, dan keluhan somatik . , 16 & . Pada faktor lain, tidak ditemukan hubungan signifikan antara pendapatan, tingkat pendidikan, pola asuh, dan jumlah anggota keluarga dengan depresi pada remaja. Meskipun demikian, usia, jenis kelamin, dan tempat tinggal . erkotaan atau perdesaa. diakui sebagai faktor yang mempengaruhi kesehatan mental, termasuk depresi . Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa remaja perempuan memiliki risiko dua kali dibandingkan dengan remaja laki-laki. Selain itu, semakin bertambah usia remaja, semakin tinggi pula risiko mereka mengalami depresi. Penelitian di Kerala. India, menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kesehatan mental yang signifikan antara remaja laki-laki dan perempuan di daerah tersebut . Meskipun tidak ada perbedaan signifikan antara perempuan dan lakilaki dalam tingkat psikopatologi secara keseluruhan, terdapat perbedaan dalam jenis Keskom. Vol 11. No 2, 2025 psikopatologi yang dialami . & . Secara umum, remaja perempuan lebih sering mengalami gangguan mental emosional. Penelitian di Malaysia mengungkapkan bahwa 52,9% kasus distres dan masalah psikososial terjadi pada perempuan . Selain itu, gangguan mental emosional terjadi pada 50,1% wanita . Beberapa studi juga menunjukkan bahwa remaja perempuan lebih rentan mengembangkan gejala mental emosional, dengan pola ini berlanjut hingga dewasa . , 26 & . Mengenai pendidikan, penelitian ini tidak menemukan hubungan signifikan antara tingkat pendidikan dan gangguan mental emosional pada Namun, menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pendidikan rendah dan peningkatan risiko gangguan mental emosional . , 29, . Subjek dengan pendidikan rendah memiliki kejadian gangguan mental emosional yang lebih tinggi. Penelitian lain menunjukkan bahwa responden dengan tingkat pendidikan tinggi memiliki hampir lima kali lebih banyak risiko mengalami gangguan mental emosional dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah . & . Penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun tingkat pendidikan berbeda, responden yang berpendidikan tinggi dan rendah mengalami tekanan dan kesulitan yang serupa, yang dapat mempengaruhi kesehatan mental mereka. Tekanan dalam pendidikan tinggi yang tidak mampu diatasi dapat memperburuk kondisi mental remaja. Penelitian ini masih pada tahap melihat pola interaksi keluarga pada anak yang depresi saja belum mengevaluasi kesemua orangtua yang memiliki anak remaja untuk mendapatkan faktor resiko yang lebih rinci secara keseluruhan. SIMPULAN Dukungan berhubungan signifikan . =0,. pada kejadian depresi remaja. Disarankan agar keluarga dapat memperhatikan gaya hidup, dengan meningkatkan layanan keperawatan jiwa komunitas sesuai standart sehingga faktor resiko yang berhubungan Tati Murni Karokaro, et al Family Emotional Support on the Incidence of Depression in Adolescents Emosional Keluarga terhadap Kejadian Depresi Pada Remaja dengan terjadinya depresi dapat dikenal sebagai pencegahan depresi pada remaja. Penelitian lebih lanjut dapat dilakukan di wilayah lain dengan budaya yang berbeda untuk mengeksplorasi pengaruh program edukasi pola asuh positif, sesuai dengan hasil penelitian yang mendukung pola asuh untuk menjaga kesehatan mental KONFLIK KEPENTINGAN Tidak ada konflik kepentingan dalam penelitian ini. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Universitas Andalas Padang yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini dan kepada Institut Kesehatan Medistra Lubuk Pakam yang telah membiayai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA