Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) Vol. 5 No. 4 November 2021 Terakreditasi Peringkat 5 (No. SK: 85/M/KPT/2. e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 DOI: 10. 36312/jisip. 2388/http://ejournal. org/index. php/JISIP/index MattaresseAo Tradition For Pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi Rusli, 2Abdul Rahman Pendidikan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial & Hukum. Universitas Negeri Makassar (UNM) Article Info Article history: Diterima 02 Oktober 2021 Terbit 06 November 2021 Keywords: MattaresseAo Functions Meanings Article Info Article history: Received 02 Oktober 2021 Publish 06 November 2021 Abstract MattaresseAo merupakan adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakant Desa Saotengnga. Kabupaten Sinjai. Tradisi ini merupakan tradisi yang turun temurun yang diwariskan oleh nenek moyang terdahulu. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan etnografi, metode yang digunakan peneliti dalam menyusun jurnal ini adalah metode pengamatan terkait tradisi yang dilakukan pada masyarakat di lokasi tersebut, melakukan wawancara untuk meperkuat dan memperjelas hasil penelitiaan bagi pemilik budaya ini. Tradisi ini merupakan tradisi yang hidup dan dilestarikan pada masyarakat setempat karena memiliki makna simbolik yang penting bagi yang mempercayai dan melaksanakan ritual tersebut. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui fungsi, makna yang terkandung dalam nilai nilai ritual yang dilakukan. MattaresseAo/ makkatenni sanro . emegang duku. merupakan sebuah ritual yang dilakukan pada masyarakat setempat khususnya pada ibu hamil, yang unik dalam kebudayaan ini adalah, tidak semua ritual MattaresseAo dilakukan pada ibu hamil, menurut kepercayaan ini MattaresseAo hanya dilakukan bagi ibu hamil yang pertama dan usia kehamilannya sudah mencapai tujuh bulanan menurut kepercayaan bagi pemilik budaya ini. Pencampuran atau akulturasi antara budaya lokal dengan kepercayaan ajaran islam karena adanya pengaruh yang saling mempengaruhi, adaptasi atau peyesuaian tradisi lokal dengan ajaran islam. Pembaruan antara tradisi lokal dengan ajaran islam menjadi suatu kesatuan. Walaupun dilaksanakan oleh sebagian umat islam, tetapi tradisi ini bukanlah tradisi islam tetapi tradisi masyarakat bugis . Tradisi ini disebut MattaresseAo atau tujuh bulanan. Abstract Mattaresse' is a tradition carried out by the people of Saotengnga Village. Sinjai Regency. This tradition is a hereditary tradition handed down by previous This research is a qualitative research that uses an ethnographic approach, the method used by researchers in compiling this journal is a method of observing traditions related to the community in that location, conducting interviews to strengthen and clarify the results of research for the owners of this This tradition is a living and preserved tradition in the local community because it has an important symbolic meaning for those who believe in and carry out the ritual. The purpose of this study was to determine the function, meaning contained in the values of the rituals performed. Mattaresse'/ makkatenni sanro . olding a duku. is a ritual performed by the local community, especially for pregnant women, what is unique in this culture is that not all Mattaresse' rituals are performed on pregnant women, according to this belief Mattaresse' is only performed for pregnant women who are pregnant. first and the gestational age has reached seven months according to the beliefs of the owner of this culture. Mixing or acculturation between local culture and the beliefs of Islamic teachings because of the mutual influence, adaptation or adjustment of local traditions with Islamic The renewal between local traditions and Islamic teachings becomes a Although carried out by some Muslims, this tradition is not an Islamic tradition but a Bugis community tradition. This tradition is called Mattaresse 'or seven months. This is an open access article under the Lisensi Creative Commons Atribusi- 973 | MattaresseAo tradition For pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi (Rusl. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 BerbagiSerupa 4. 0 Internasional Corresponding Author: Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial & Hukum Universitas Negeri Makassar (UNM) Email: rhuz19@gmail. PENDAHULUAN Tradisi atau kebiasaan (Latin: Traditio,"diteruskanA. adalah sebuah bentuk perlakuan yang dilakukan secara berulang-ulang dengan cara yang sama. Hal ini membuktikan bahwa dari kalangan masyarakat Desa tersebut menyukai perbuatan itu, tradisi yang dilakukan secara berulang ulang ini akan dilakukan secara terus-menerus karena dianggap bermanfaat dan dinilai penting bagi sekelompok masyarakat, sehingga kelompok masyarakat tersebut melestarikannya. kata tradisi diambil dari bahasa latin "tradere" yang bermakna mentransmisikan dari suatu tangan ke tangan lain untuk dilestarikan. Tradisi ini dikenal secara umum sebagai suatu bentuk perlakuan kebiasaan yang memiliki runtutan rangkaian peristiwa sejarah masa lalu kuno. Setiap tradisi dikembangkan secara terus menerus untuk beberapa tujuan, seperti tujuan politik maupun tujuan budaya. Dalam beberapa masa jika kebiasaan ini sudah diterima oleh kalangan masyarakat dan dilakukan secara terus menerus, maka segala tindakan perbuatan yang bertentangan dengan kebiasaan atau tradisi tersebut akan dirasakan sebagai perbuatan yang melanggar hukum, istilah tradisi Dalam kajian penelitian ini adalah tradisi lokal yang merupakan ciri khas desa Saotengnga kabupaten Sinjai, dan berlaku secara khusus di kalangan masyarakat setempat. Yang membedakan masyarakat Desa Saotengnga dengan masyarakat di Desa lain adalah tradisi dan adat istiadatnya ketika melakukan sebuah tradisi atau ritual. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui beberapa aspek tradisi lokal Bugis Sinjai. Alasan lain melakukan penelitian ini adalah karena sampai sekarang ini belum pernah ada penelitian yang mengankat sebagai judul penelitian, padahal taradisi ini dikenal mistis berdasarkan mitos yang berkembang dikalangan masyarakat setempat. Melalui penelitian ini akan muncul beberapa temuan-temuan atau gagasan gagasan baru yang berkenaan dengan tradisi lokal Mattaresse' suku bugis Sinjai. Sebelum tradisi ini masuk di Desa Saotengnga sudah banyak tradisi lokal yang dilakukan menurut kepercayaan masing-masing seperti Mattula Bala. Mappabbotting. Mappalleppe dan masih banyak tradisi atau ritual yang dilakukan pada masyarakat setempat menurut kepercayaan masing-masing. Mattaresse' merupakan serangkaian proses acara tujuh bulanan pada ibu hamil, tradisi ini merupakan budaya lokal masyarakat Desa Saotengnga kabupaten Sinjai . Tentunya memiliki perbedaan dengan daerah-daerah lain. Tradisi budaya tersebut masih dilakukan terus-menerus sampai sekarang ini, tradisi ini merupakan tradisi yang dianggap penting dan dianggap sakral, semua ibu hamil yang memasuki usia kandungan 7 . bulan harus melakukan yang namanya Mattaresse' karena dapat berpengaruh pada kelahiran anak dan ibunya. Tetapi tidak semua masyarakat mempercayai adanya tradisi tersebut, tetapi sebagian besar masyarakat yang mendiami daerah tersebut menganut tradisi ini, orang yang tidak melaksanakan ritual ini merupakan pendatang baru yang tinggal dan menetap di daerah tersebut, banyak pula dari kalangan masyarakat yang tidak menyetujui adanya ritual tersebut karena menganggap syirik dan bertentangan dengan ajaran Islam dan tidak diwajibkan dalam Islam kecuali jika kegiatan yang dilakukan positif seperti membaca al-quran, dzikir bersama. Banyak pula mitos yang berkembang di kalangan masyarakat bahwa acara 7 bulanan ini atau Mattaresse' dilakukan pada tanggal tanggal tertentu. Dalam suku Bugis Sinjai Desa Saotengnga, acara Mattaresse' tentunya berbeda dengan suku Bugis lainnya, contoh seperti yang dilakukan pada masyarakat Jawa adalah melakukan beberapa ritual salah satunya adalah siraman, acara ini dilakukan untuk menyucikan anak secara lahir batin dengan sang 974 | MattaresseAo tradition For pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi (Rusl. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 Siraman ini dilakukan oleh tujuh orang bapak dan ibu yang dipercayai dari calon ibu dan calon ayah, dengan gayung yang terbuat dari batok kelapa, ibu dan bapak terpilih akan menyiram calon ibu dimulai dari saudara kandung yang tertua didalam keluarga inti. Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI 2001:. Komunikasi Ritual adalah Hal Ihwal. Ritus atau tata cara dalam upacara keagamaan titik upacara ritual adalah caremony adalah suatu sistem atau rangkaian tindakan yang ditata oleh adat dan hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan dengan berbagai macam peristiwa yang biasanya terjadi dalam masyarakat yang bersangkutan (Koentjaraningrat,2002:. Menurut Hamad . 6: 2-. Komunikasi ritual adalah hubungan yang erat dengan kegiatan berbagi, berpartisipasi,berkumpul, bersahabat dari suatu komunitas yang memeliki keyakinan sama. Ritual adalah suatu teknik atau cara yang membuat suatu tradisi kebiasaan menjadi suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, tradisi dan agama. Ritual dapat bersifat kelompok atau pribadi, wujudnya bisa berupa tarian, drama dan doa. Ritual pertamanya bersifat sosial lalu kemudian bersifat ekonomis dan berkemang menjadi tata cara suci Menurut Hamad . 6: 2-. Komunikasi ritual adalah hubungan yang erat dengan kegiatan berbagi, berpartisipasi,berkumpul, bersahabat dari suata komunitas yang memiliki keyakinan sama. METODE PENELITIAN Dalam penelitian penulis menggunakan metode kualitatif studi etnografi, melalui pendekatan ini penulis dapat menggambarkan, menjelaskan dan menunjukkan hubungan dari data yang Penelitian berlangsung di Desa Saotengnga Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai Sulawesi Selatan. Subjek dalam penelitian adalah informan dilihat berdasarkan ketentuan bahwa informan tersebut yang melakukan atau mengetahui dan memahami secara jelas tradisi atau ritual yang dilaksanakan, oleh karena itu penulis sudah mengetahui secara jelas Tradisi MattaresseAo pemerintah setempat baik tokoh agama, tokoh adat dan masyarakat biasa lainnya. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni bertujuan untuk mengetahui sedalam dalamnya megenai tradisi atau ritual MattaresseAo . cara tujuh bulana. yang ada dalam kehidupan masyarakat Desa Saotengnga yang dapat digunakan untuk menelaah suatu kegiatan yang dilakukan baik dari kelompok masyarakat maupun individu. Pada tahap ini peneliti mempersiapakan segala sesuatu seperti mengidentifikasi dan merumuskan masalah, mengumpulkan literatur dan membuat daftar pertanyaan serta turun lapangan dan mempersiapakan segala kebutuhan yang diperlukan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah terdiri dari dua data, yaitu primer dan sekunder. Data primer dikumpulkan secara langsung dari informan dengan menggunakan tekhnik wawancara . nteview guid. dan pengamatan . Selama penelitian ini berlangsung telah ditemui dan mewawancarai sejumlah informan terdiri dari informan ahli dan biasa, informan ahli meliputi yang melakukan atau mengetahui secara jelas dan melaksanakan runtutan atau rangkain tradisi tersebut, sedangkan informan biasa adalah masyarakat biasa yang ikut berpartisipasi dalam melakukan ritual tersebut. Pendekatan etnografi yang menjadi pusat dalam penelitian adalah apa yang individu dalam suatu masyarakat lakukan atau perilaku, kemudian apa yang mereka bahas dan apakah ada hubugannya antara perilaku dengan apa yang seharusnya dilakukan dalam masyarakat tersebut,atau kesimpulan secara keseluruhan perilaku dengan tema kebudayaan tertentu. Adapaun yang dimaksud dengan perilaku komunikasi adalah tindakan atau kegiatan seseorang, kelompok atau kegiatan seseorang kelompok atau khalayak ketika terlibat dalam proses komunikasi . uswanto, 2008 : 3-. Etnografi komunikasi memandang perilaku yang lahir dari integrasi tiga keterampilan yng dimiliki setiap individu sebagai makhluk sosial, ke tiga keterampilan tersebut meliputi keterampilan linguistic, keterampilan interaksi, dan keterampilan budaya ( kuswanto,2008 : . Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah ( natural settin. disebut juga sebagai metode etnographi, 975 | MattaresseAo tradition For pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi (Rusl. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian antropologi budaya: disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian Pada sub bab ini peneliti menyajikan tentang gambaran umum lokasi penelitian dan bagaimana ritual MataresseAo ini dilaksanakan Di Desa Saotengnga Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai. Gambaran umum lokasi penlitian meliputi gambaran umum wilayah Kabupaten Sinjai dan gambaran umum objek penelitian yaitu MattaresseAo. Gambaran umum MattaresseAo Di Desa Saotengnga Kecamatan Sinjai Tengah Kabupaten Sinjai terdiri dari fungsi, makna, tradisi dari MattarsseAo tersebut. Gambaran umum Desa Sotengnga Desa Saotengnga merupakan salah satu Desa yang berada Di Kecamatan Sinjai Tengah Kabupatan Sinjai dengan luas wilayah 11,45 km 2 dan jumlah penduduk dari Desa Saotengnga sebanyak 3005 jiwa yang terdiri dari 1440 laki-laki dan 1565 perempuan dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 844 KK. Desa Saotengnga itu sendiri memiliki batas-batas administrative dimana sebelah utara berbatas dengan Desa Bonto dan Desa Saohiring, sebelah timur berbatasan dengan Desa Kanrung. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Baru dan Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Pattongko. Desa Saotengnga terdiri dari 4 . dusun yaitu: Dusun Manimpahoi Dusun Tarangkeke Dusun Kaleleng Dusun Bacikoro MattaresseAo Tradition For Pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi. Dalam acara MattaresseAo( tujuh bulana. ini merupakan tradisi masyarakat suku bugis Sinjai Desa Saotengnga yang dilakukan dirumah sendiri ataupun dari pihak laki laki, tergantung dari pihak persetujuan kedua keluarga. Kegiatan MattaresseAo ini dilakukan pada pagi hari dimulai dari jam 09:00- wita sampai selesai dengan segala persiapan yang sudah disiapkan. Di dalam acara mattaresseAo tentunya persiapan sudah dilakukan 1 minggu sebelum acara dimulai seperti menentukan hari, tanggal dan tempat. Biasanya untuk menenentukan tanggal berdasarkan perhitungan masyarakat setempat atau menurut sanro, jadi tidak sembarang orang menentukan tanggal tersebut. Setelah menentukan tanggal yang baik dan sesuai pihak keluarga tersebut pergi memanggil tentangga atau kerabat ( mappaissen. untuk membantu dan turut meramaikan acara tersebut, peraturan saat mengundang masyarakat di Desa Saotengnga adalah mendatangi rumah masing masing hal ini bertujuan untuk saling menghargai atar sesama, sebelum acara dlaksanakan maka pihak keluarga tersebut pergi kepasar untuk membeli bahan dan perlengkapan yang akan digunakan dalam acara MattaresseAo, setelah memenuhi semua persyaratan maka tetangga akan datang membantu seperti membbuat kue dan memotong ayam dan lain lain. Dalam acara mattaresseAo ini ( tujuh bulana. tentunya ini merupakan sebuah acara besar seperti acara perkawinan, semua tamu yang hadir pada acara mattarese, membawa beras biasaya kurang lebih sekitar tiga liter, tentunya acara mattaresseAo ini berbeda dengan acara perkawinan tapi kurang lebih sama prosesnya karena masyarakat ikut berpartisipasi di dalamnya. Partisipan yang paling utama terlibat dalam acara ini adalah keluarga, ayah, ibu, nenek, kakek, selain itu harus ada pemandu dalam acara ini misalnya tetangga atau masyarakat lainnya. Seorang pemandu acara dalam acara mattaresseAo harus mahir dan sudah terbiasa melakukan ritua ini serta mampu memandu pelaksanaan acara mattaresse. Pelaksanaan yang dilakukan oleh pemandu tidak hanya secara verbal melainkan didukung olehh gerakan non verbal tujuannya adalah untuk memperjelas makna 976 | MattaresseAo tradition For pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi (Rusl. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 pesan yang terkandung dalam ritual ini. Dalam ritual ini pemandu harus memahami norma-norma dan nilai-nilai dalam acara mattaresseAo tersebut mulai dari pelaksanaan dan persiapan. MattaresseAo Mattaresse artinya makkatenni sanro . emegang duku. adalah penyampaian Kepada dukun atau sanro yang telah dipilih berdasarkan musyawarah dari pihak kedua keluarga atau nasehat dari kalangan masyarakat dan orang tua. Jika pemilihan dukun sudah disetujui maka dukun tersebut akan diberikan kepercayaan untuk melakukan ritual mattaresseAo. Yang melakukan ritual MattaresseAo adalah ibu hamil dan anak yang dikandugannya merupakan anak petama, kenapa yang melakukan ritua MattaresseAo hanya anak pertama, karena anak pertama merupakan anak yang membuka/ mengawali jalan kelahiran untuk adik adiknya nanti, ketika ibu hendak melahirkan anak kedua tidak perlu melakukan ritual MattaresseAo lagi, karena sudah dilaksanakan pada anak pertama, anak pertama yang melakukan ritual matterresseAo karena memberikan kelancara pada adik adiknya nanti ketika hendak dilahirkan artinya semoga anak kedua tersebut bisa lancar persalinannya sperti anak pertama. Anak pertama merupakan jalan untuk di ikuti pada anak kedua yang hendak lahir, misalnya anak pertama persalinannya lancar berarti anak kedua dan seterusnya juga lancar karena anak pertama merupakan patokan dari lacarnya kelahiran ataupun persalinannya. Ketika sanro atau dukun sudah datang maka seluruh persiapan akan disiapkan dan acara akan segera dimulai, persiapan yang perlu dipersiapkan adalah katufe . , kampalo, benno . , utti lampe . isang panjan. , utti ulaheng . isang ema. semua di satukan dalam satu tempat . , ketupat melambbangkan supaya anaknya nanti besar seperti ketupat, maksudya berisi dan gemuk, kampalo melambangkan supaya proses persalinannya lancar, pisang panjang melamangkan supaya anaknya nanti panjang umur . alampe umur. , pisang emas . tti ulahen. melambangkan begitu berharganya anaknya nanti . , kampalo artinya mempermudah kelahiran si bayi. Setelah semua sudah disiapkan maka maka sanro akan membacakan ritual didepan pajo bersama ibu hamil dan suaminya. Ketika selesai mabbasya . embaca do. maka kegiatan inti pun dimulai, sanro atau dukun memegang perut ibu hamil untuk di saula . i uru. untuk mengetahui apakah janin atau bayi yang ada dalam kandugannya sehat dan baik baik saja, tentunya sanro juga mengetahui apakah bayi yang ada dalam kandugannya merupakan laki atau perempuan, buka hanya itu tentunya sanro juga mengetahui bahwa waktu kelahirannya misalnya tanggal sekian. Ketikan sanro selesai mengurut ibu hamil, akan sanro akan memberikan pesan yang perlu di indahkan misalnya sanro melarang mandi sore, keluar malam, itu akan mempengaruhi pada kelahiran si bayi. Setiap masyarakat memiliki pantangan sendiri, bagi ibu hamil, ada beberapa pantangan misalnya berupa makanan, minuman, perkataan maupun perbuatah yang harus dihindari. Alex J. Ulaen . , misalnya memberikan informasi mengenai pantangan perilaku pada masyarakat di Kepulauan Sangihe dan Talaud. Sulawesi Utara. Fungsi Ritual MattaresseAo Fungsi acara tujuh bulanan ini (MattaresseA. Di Desa Saotengnga, adalah untuk memanjatkan doa kepada kepada Allah atas karunia yang telah diberikan, dan sebagai ungkapan rasa syukur untuk saling mengingatkan dan mendoakan secara lahirnya dan secara batinnya agar manusia selalu bersyukur atas rahmat yang Allah telah berikan yaitu berupa rezeki anak. Tujuan dari acara ini adalah agar ibu dan janin selalu dijaga dalam kesejahteraan dan keselamatan serta mensyukuri pemberian Tuhan, dan berdoa agar bayi yang dikandung selama dan sehat serta ibu dapat melahirka dengan mudah tanpa ada rasa aral yang melintang. Dalam acara tujuh bulanan ini megandung nilai nilai budaya yaitu nilai saling menghargai dan nilai Kehamilan seseorang memiliki banyak tahapannya. Kehamilan pada masa 2-3 bulan pertama tentu belum diyakini sebagai orang hamil karena tahapan ini baru disebut sebagai 977 | MattaresseAo tradition For pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi (Rusl. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 tahapan nyiram . atjadibrata, 2008:. atau disebut ngidam. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia . , ngidam itu artinya adalah hasrat, keinginan, kehendak yang kuat dari seorang ibu hamil untuk makan sesuatu. Umumnya dapat diketahui bahwa keinginan itu adal harapan yang sebelumnya tidak diinginkan, misalnya mengiginkan buah-buahan yang masam. Kehamilan pada tahap awal belum disebut sebagai kemailan yang sesugguhnya sehingga disebut sebagai keinginan untuk hamil, maka dari itu ngidam . dan karena perlu disiram . dengan berupa makanan atau nutrisi yang baik, sehingga janin tersebut bisa berkembang dengan sehat. Setelah melewati masa bulannya dan menginjak masa empat bulanan maka disebut sudah mampu melewati masa kritis. Kndungan ibu hamil sudah dianggap kuat, dan janin yang ada dalam kandungan sudah menjadi Aomakhluk manusiaAo Rasulullah SAW bersabda. Sesungguhnya salah seorang diantara kalian dipadukan bentuk ciptannya dalam perut ibunya selama 40 hari . alam bentuk man. lalu menjadi segumpal darah selama itu pula . elama 40 har. , lalu menjadi segumpal daging selama itu pula, kemudian Allah mengutus malaikat untuk meniupkan ruh pada janin tersebut, lalu ditetapkannya baginya empat hal: rizki, ajalnya, perbuatannya, serta kesengsaraanya dan kebahagiannya. Au(Bukhari dan Muslim dari Abdullah bin MasAoud Radhiyallahu' Aoanh. Dari Hudzaifah bin Usaid berkata. Au Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda. Auapabila nutfah telah berusia empat puluh hari dua malam, maka Allah mengutus Malaikat, lalu dibuatkan bentuknya, diciptakan pendegarannya, pengelihatannya, kulitnya, dagingnya, dan Kemudian malaikat bertanya, ra Rabbi, laki-laki ataukah perempuan?Ao lalu Rabb-mu menentkan sesuai kehendakn-Nya, dan malaikat menulisnya. Kemudian ia bertanya. AoYa Rabbi, bagaimana rezekinya? Lalu Rabb-mu menentukan sesuai dengan yang dikehendaki-Nya, dan malaikat menulisnya, kemudia malaikat itu keluar dengan membawa lembaran catatannya, maka ia tidak menambah dan tidak mengurangi apa yang diperintahkan itu. (HR. Musli. Dapat diketahui bahwa informasi ini menjadi sebuah rujukan salah satu penguat mengenai keyakinan betapa pentingya acara tradisi ini. Tradisi ini merupakan sebuah bentuk kesyukuran akan kehadiran bayi yang sehat, tradisi tujuh bulanan ini merupakan kesyukuran akan hadirnya bayi sebagai anggota baru didalam keluarganya. Dengan kata lain, masyarak setempat memaknai tradisi ini sebagai pendidikan mental sosial maupun spiritual baik kepada ibu hamil maupun keluarga dengan akan hadirnya anggota baru ke tengah-tengah keluarga tersebut. Memahami Nilai Anak dalam Kandungan. Memahami nilai anak dalam kandungan, sehubungan dengan hal itu kita akan berusaha mengetahui makna dari tradisi ini untuk memperkuat keyakinan kita semua, mengenai tingginya nilai janin atau bayi ketika masih dalam kandungan. Pertama, bayi yang ada dalam kandungan itu merupakan buah keinginan, hasrat, buah dari kehendak orang tuanya, bayi yang adala dalam kandungan tersebut merupakan impian dari orang tua. Sewaktu menikah, mereka ingin cepat memiliki anak dan diawali dengan kehamilan, ditunjukkan dengan adanya ngidam. Ngidam adalah sebuah perilaku budaya pada masa kehamilan, ngidam artinya, memiliki impian. Jika berharap anaknya lahir dalam keadaan sehat, seorang suami harus memenuhi idaman istri. Kesungguhan dan kemauan suami memenuhi ngidamnya sang istri adalah bentuk dari keseriusan ingin memiliki keturunan yang sehat. Hal ini menunjukkan makna bahwa janin dari yang ada dalam kandungan adalah janin yang di impikan, janin yang diidam-idamkan. Ada dua hal yang perlu dijaga dalam kepentingan masa ngidam yaitu menjaga fisik, baik fisik janin maupun fisik ibu hamil. Sementara pada sisi lain, ibu hamil harus menjaga juga psikologisnya, karena secara medis mengandung atau hamil bukan penyakit dan dikategorikan Tetapi, menjaga mental ibu hamil dan kesehatan fisik ibu hamil menjadi prioritas dan sangat penting untuk dilakukan. Oleh karena itu ngidam pada dasarnya berkaitan dengan masalah fisik maupun nutrisi ibu hamil dan psikologis itu sendiri. Ritual tujuh bulanan ini atau MattaresseAo merupakan bentuk pengakuan dari masyarakat Desa Saotengnga Kabupaten Sinjai, 978 | MattaresseAo tradition For pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi (Rusl. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 mengenai kesempurnaan terhadap perempuan dihdapan keluarga dan masyarakat. Kehamilan yang sehat merupakan bentuk dari kesungguhan ibu hamil dalam menjaga diri maupun janinnya,hal ini merupakan pembuktian dalam upaya mendapatkan status sosial di masyarakat dan keluarganya sendiri. Bagi masyarakat tertentu, kehamilan seseorang merupakan sebuah bentuk nyata dari kesuksesannya sebagai wanita, seorang wanita atau ibu rumah tangga akan dinilai gagal ketika tidak mampu hamil dan tidak bisa melahirkan serta dianggap mandul. Menurut penelitian Vita Priantina Dewi Sukandi . , bagi masyarakat Desa Jalan Cagak Subang. Jawa Barat. Seorang wanita Sempurna itu, bila dia bisa hamil dan melahirkan dengan sempurna. Dengan pengertian seperti itu maka upaya menjaga kehamilan dan berusaha untuk hamil lagi merupakan bagian penting dari upaya AoeksitensiAo dirinya dianggap sebagai seorang istri yang baik atau perempuan baik dimata keluarga dan masyarakat setempat. Tradisi ini merupakan pengakuan dari keluarga dan masyarakat terhadap janin itu sendiri, melalui tradisi mattaresseAo ini masyarakat secara keseluruhan memberikan restu dan pengakuannya akan kedatangan anggota baru di masyarakat. Dalam konteks sosial, ritual mattaresseAo Di Desa Saotengnga tidak dapat dipisahkan dari makna sosial budaya. Manusia merupakan makhluk yang bertradisi atau berupaca . omo ritu. , menampilkan ekspresi budayanya dalam bentuk ritual mattaresseAo. Dalam bahasa lain, kebudayaan merupakan ekspresi maupun aktualitas kemanusiaan, termasuk dalam ritual ini, yaitu ritual mattaresseAo yang mengiringi siklus hidup manusia. Mulai dari kehamilan, kelahiran, kehidupan maupun kematian. Ritual yang mengiringi siklus kehamilan ini, merupakan bentuk ekspresi dan simbol kebudayaan yang ditampilkan dalam bentuk budaya. Tradisi 7 bulanan . ini bukan hanya sekedar ritual MattaresseAo atau syukuran yang dilakukan oleh keluarga ibu hamil atas keberhasilan kehamilan seseorang, tetapi perlu di telaah makna yang terkandung dan makna budaya dari ritual budaya tersebut. Tradisi ini, perlu dipahami dalam konteks sosial budaya, sehingga dapat ditemukan nilai-nilai sosial yang terkandung dan makna budaya yang lebih mendalam dan spesifik. Berhubungan dengan hal itu, maka dibutuhkan upaya yang dapat memberikan penjelasan sosial budaya mengenai tradisi mattaresseAo. KESIMPULAN MattaresseAo . cara tujuh bulana. merupakan sebuah ritual yang dilakukan pada masyarakat Desa Saotengnga. Kec Sinjai Tengah. Kab. Sinjai. Sulawesi Selatan sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Meskipun ritual ini bukan ajaran islam tetapi ritual sangat digemari dan dilaksanakan oleh masyarakat setempat. MattaresseAo artinya makkatenni sanro dalam bahasa bugis. Ritual ini merupakan ritual yang sudah dilaksanakan pada nenek moyang terdahulu sehingga diwariskan pada anak cucunya, hingga saat ini masih dilaksanakan sampai Berdasarkan telaahan ini dapat ditemukan berbagai informasi bahwa tradisi ini merupakan tradisi tradisional yang dilaksanakan pada masyarakat Desa Saotengnga Kec. Sinjai Tengah. Kab. Sinjai. Sulawesi Selatan. Pada dasarnya tradisi adalah momentum pendidikan maupun pembelajaran, atau aktualisasi sosialisasi nilai-nilai budaya kepada genarasi yang lebih Acara MattaresseAo ini hanya merupakan sekedar alat, karena memiliki nilai dasar proses tertanam dalam bahan maupun peralatan, serta praktek yang dilakukan dalam pelaksanaan taradisi Bahkan jika dilihat dari sisi pendidikannya, tradisi ini mengandung proses pendidikan sosial, baik kepada calon ibu, bayi, suami, dan juga masyarakat sekitarnya. Melalui acara ini seseorang bisa menggali makna, fungsi, dan nilai edukatif di dalamnya, sesuai dengan peran sosialnya masing-masing. Dalam ritual tujuh bulanan ini terdapat sejumlah praktek yang sarat dengan maknamakna budaya. Praktek itu dapat disampaikan dalam bentuk simbolik, dan membutuhkan penjelasan atau peraturan dari pemimpin acara tersebut. Dalam konteks ini pendekatan 979 | MattaresseAo tradition For pregnant women in Saotengnga Village. Sinjai Regency. South Sulawesi (Rusl. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 Antropologi-Sosiologi interpretatif menjadi sangat relevan untuk digunakan dalam memahammi ritual ini. DAFTAR PUSTAKA