JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION PERUBAHAN SOSIAL MASYARAKAT LUMAJANG DI DUNIA FOTOGRAFI TAHUN 1990-AN SAMPAI 2011 RENI ANISA HIDAYATI Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Siddiq Jember Jalan Mataram No. 1 Mangli. Kec. Kaliwates. Kabupaten Jember. Jawa Timur Anisahidayati047@gmail. ABSTRAK Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa. Perubahan sosial di dunia fotografi yang terjadi pada masyarakat di Lumajang ini bukan hanya terjadi pada para tukang foto atau para pelaku bisnis fotografi, akan tetapi perubahan sosial di dunia fotografi ini juga dapat dirasakan oleh masyarakat Lumajang tentang kebutuhannya akan dunia fotografi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui perubahan sosial masyarakat Lumajang di dunia fotografi pada tahun 1990-an - 2011, dan untuk mengetahui tentang latar belakang munculnya komunitas fotografi di Lumajang, serta untuk mengetahui pengaktualisasian perubahan sosial pada masyarakat Lumajang di dunia fotografi dengan teori perubahan sosial John Lewis Gillin & John Philip Gillin. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Pada metode sejarah di dalamnya terdapat beberapa komponen yang terdiri dari pengumpulan sumber atau yang disebut dengan heuristik, kritik sumber atau verifikasi, interpretasi, dan historiografi atau yang disebut sebagai penulisan seuatu penelitian sejarah. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa, perubahan sosial di dunia fotografi yang ada di Lumajang mulai terjadi cukup signifikan mulai tahun 1990-an yang ditandai dengan maraknya tren foto keluarga pada saat hari raya idul fitri, hingga puncaknya perubahan sosial ini terjadi mulai awal tahun 2000-an Ae 2011 mulai muncul adanya komunitas fotografi dan seminar fotografi yang diikuti oleh beberapa tukang foto yang ada di Lumajang, serta mulai adanya handphone yang dilengkapi dengan fitur kamera sebagai bentuk dari kemajuan teknologi di dunia fotografi pada masyarakat Lumajang. Kata Kunci: Fotografi. Perubahan Sosial. Lumajang ABSTRACT Based on the results of the research that has been done, it can be seen that the social changes in the world of photography that occur in the community in Lumajang are not only happening to photographers or photography business people, but social changes in the world of photography can also be felt by the people of Lumajang about their need for photography. The purpose of this research is to know the social change of Lumajang people in the world of photography in the 1990s - 2011, and to know about the background of the emergence of photography community in Lumajang, as well as to know the actualization of social change in Lumajang people in the world of photography with the theory of social change John Lewis Gillin & John Philip Gillin. This research uses the historical research method. In the historical method, there are several components consisting of source collection or what is called heuristics, source criticism or verification, interpretation, and historiography or what is called writing a historical research. The results of this study show that, social change in the world of photography in Lumajang began to occur quite significantly starting in the 1990s marked by the rise of the trend of family photos during Eid al-Fitr, until the peak of social change occurred in the early 2000s - 2011 began to emerge the existence of JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION photography communities and photography seminars attended by several photographers in Lumajang, as well as the start of mobile phones equipped with camera features as a form of technological progress in the world of photography in Lumajang society. Keywords: Photography. Social Change. Lumajang PENDAHULUAN Seni dan teknologi merupakan dua hal yang akan terus mengalami perkembangan dalam kehidupan manusia. Keduanya merupakan hasil dari ekstensifikasi pemikiran manusia, seni tercipta sebagai representasi olah karsa manusia yang dituangkan dalam gambar, gerakan ataupun hal lain yang memiliki unsur estetika, sedangkan teknologi diciptakan sebagai bentuk pengeksplorasian perasaan manusia (Susanto, 2. Seiring berjalannya waktu seni tidak hanya diekspresikan dan dituangkan dalam bentuk lukisan ataupun sketsa gambar akan tetapi dengan munculnya teknologi canggih dari masa ke masa maka kamera hadir sebagai alat fotografer untuk menuangkan dan mengekspresikan karya mereka melalui fotografi yang dihasilkan melalui kamera. Sehingga di era digital ini nilaiAe nilai seni tidak akan pernah binasa justru dengan menggunakan media digital akan menghasilkan sebuah karya yang semakin meluas. Fotografi telah mengalami proses sejarah yang sangat panjang yaitu dimulai ketika manusia menyadari bahwa kedudukannya atas benda-benda serta pengalaman yang telah dilalui, kemudian manusia mulai mengabadikan kisah hidupnya yaitu dengan cara membuat suatu monumen pengingat atau sebuah dokumentasi. Pada masa dimana manusia masih melakukan aktivitas berburu, manusia akan menirukan binatang hasil buruannya itu dalam sebuah tarian ritual, juru dongeng mulai mengisahkan keperkasaan dari para pemburu yang kemudian dari kisah-kisah itu mereka abadikan pada dinding goa dengan menggunakan simbol-simbol gambar dari sesuatu yang pernah manusia itu lihat, dari sinilah dasar dari tercatatnya sejarah melalui budaya visual (Mahatma, 2. Perubahan sosial merupakan perubahan dalam suatu hubungan interaksi yang terjadi antar individu, organisasi atau komunitas yang bertalian dengan struktur sosial ataupun pola pada nilai dan norma. Terdapat banyak definisi tentang perubahan sosial dalam arti yang lebih luas salah satunya yaitu definisi perubahan sosial yang dikemukakan oleh Wilbert Moore yang memberi pengertian tentang perubahan sosial yaitu sebagai suatu perubahan penting yang terjadi pada keseluruhan struktur sosial, sistem interaksi sosial dan pola-pola perilaku sosial, yang termasuk juga di dalamnya yaitu perubahan norma, nilai, dan fenomena kultural. (Goa, 2. Di tengah Ae tengah berkembangnya fotografi maka perubahan sosial di dunia fotografi juga pasti akan terjadi baik dari para pelaku fotografi itu sendiri ataupun pada hal Ae hal lain yang berhubungan erat dengan dunia fotografi, karena tidak dapat dipungkiri bahwa dalam kehidupan manusia perubahan Ae perubahan sosial pada lapisan masyarakat akan terjadi baik karena adanya faktor dorongan yang berasal dari luar maupun dari dalam masyarakat itu sendiri yang mengakibatkan adanya suatu perubahan sosial yang terjadi pada suatu kehidupan masyarakat tersebut. (Pratiwi, 2. dengan judul penelitiannya yaitu, "Fotografi di Hindia Belanda". Pada jurnal ini di dalamnya membahas tentang sejarah perkembangan dunia fotografi pada masa kedudukan kolonial Belanda yang dibahas secara kompleks mulai dari awal belum dikenal fotografi di Indonesia hingga berkembangnya fotografi di Indonesia, adanya para fotografer awal dan pembahasan pada poin ini terdapat persamaan antara jurnal ini dengan penelitian yang hendak dilakukan oleh peneliti JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION yaitu adanya penjelasan tentang fotografer keliling pada masa kolonial Belanda di Indonesia, kemudian adanya para pelaku bisnis fotografi yang dilakukan oleh para kolonial yakni dengan mendirikan studio foto pertama di Batavia ketika itu, hingga dampak dari adanya fotografi. (Sari, 2. dengan judul penelitiannya yaitu, "Karya Fotografi Sebagai Arsip Sejarah Perkembangan Busana Etnik Wanita Di Pulau Jawa", di dalamnya membahas tentang peran adanya fotografi bagi perkembangan busana etnik wanita di Pulau Jawa mulai tahun n 1800 an hingga 1900-an awal pada penelitian ini yang dijadikan sebagai objek kajian adalah etnik busana wanita sehingga yang menjadi titik fokusnya adalah pada perubahan dan perkembangan busana etnik yang dihubungkan dengan dunia fotografi. (Sopiah, 2. dengan judul penelitian yaitu "Perubahan Sosial - Ekonomi Masyarakat Desa Kiarajangkung Kecamatan Sukahening. Tasikmalaya (Tahun 1980 2. Pada skripsi yang ditulis oleh Siti Mulyani ini menjelaskan tentang bagaimana kondisi sosial ekonomi yang terjadi pada masyarakat Desa Kiarajangkung yang ada di Tasikmalaya sebelum mereka mengenal bisnis WC umum hingga setelahnya yakni pada tahun 1980 - 2000. (Jodi, 2. pada judul penelitiannya yaitu "Telaah Historis Atas Perkembangan Tukang Pangkas Rambut Di Kabupaten Jember Tahun 1970-2005". Pada skripsi ini yang menjadi fokus pada penelitiannya yakni tentang bagaimana perubahan yang terjadi pada tukang pangkas rambut mulai tahun 1970-2005 di Kabupaten Jember. dalam skripsi ini dijelaskan mulai dari dinamika sosial tukang pangkas rambut, historisasi profesi pangkas rambut, hingga perkembangannya. (Mafakhir, 2. dengan judul, "Sejarah Tukang Ojek Pariwisata Sunan Giri : Studi Tentang Perubahan Sosial Ekonomi Masyarakat Pegiren . Penelitian pada skripsi ini membahas tentang perubahan sosial tukang ojek di pariwisata sunan giri dari segi sosial ekonomi masyarakatnya dalam beberapa periode tahun yang ada pada penelitian. Dari beberapa penelitian terdahulu yang ada di atas, konteks kajian yang dilakukan pada penelitian ini terdapat banyak perbedaan dengan penelitian terdahulu yang telah dilakukan, baik dari segi fokus kajian yang diambil ataupun konteks pembahasan yang ada di dalamnya. Akan tetapi beberapa penelitian terdahulu memiliki beberapa persamaan dengan kajian pada penelitian ini baik tentang teori perubahan sosial yang dipakai pada penelitian ataupun beberapa objek kajiannya karena sesuai dengan data yang ada di lapangan ataupun beberapa referensi lainnya peneliti belum menemukan penelitian yang sama persis tentang perubahan sosial di dunia fotografi, inilah yang menjadi novelty dari penelitian yang penulis lakukan. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perubahan sosial di dunia fotografi yang terjadi pada masyarakat Lumajang tahun 1990-an - 2011, karena teknologi ataupun masyarakat itu sendiri seiring berjalannya waktu pasti mengalami perubahan di tengah-tengah kehidupan mereka. Dengan demikian peneliti akan merumuskan tentang kajian penelitian ini antara lain : Bagaimana perubahan sosial masyarakat Lumajang di dunia fotografi pada tahun 1990-an - 2011? Bagaimana latar belakang munculnya komunitas fotografi di Lumajang? Bagaimana pengaktualisasian perubahan sosial pada masyarakat Lumajang di dunia fotografi dengan teori perubahan sosial John Lewis Gillin & John Philip Gillin? LANDASAN TEORI JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION Pada penelitian ini menggunakan teori perubahan sosial John Lewis Gillin & John Phillip Gillin. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada kehidupan masyarakat yang diterima, serta berorientasi terhadap kondisi geografis, komposisi penduduk, ideologi, kebudayaan materiil, serta penemuan baru yang ada pada suatu masyarakat tersebut. (Suryono, 2. Pada penelitian ini juga terdapat beberapa konsep yang akan dijadikan sebagai acuan pada penelitian ini dengan tujuan untuk menghubungkan dan menjelaskan topik yang akan dibahas pada penelitian ini. Adapun konsep pada penelitian ini adalah : Perubahan Sosial Perubahan sosial secara umum dapat didefinisikan sebagai sebuah proses pergeseran atau berubahnya struktur/ tatanan yang ada pada masyarakat, yang meliputi sikap, pola pikir, serta kehidupan sosial untuk mendapatkan penghidupan yang lebih baik. John Lewis Gillin dan John Philip Gillin menyatakan bahwa perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada kehidupan masyarakat yang diterima, serta berorientasi terhadap kondisi geografis, komposisi penduduk, ideologi, materiil, kebudayaan, serta penemuan baru yang ada pada masyarakat itu sendiri. Adapun proses terjadinya perubahan sosial diawali dengan adanya kegiatan yang menjadi budaya baru sekaligus peradaban baru yang memiliki makna untuk membangkitkan semangat baru untuk menjadi sosok masyarakat yang baru dan mengubah segala kebiasaan lama dengan kebiasaan yang baru (Suryono, 2. Perubahan sosial merupakan perubahan yang terjadi pada suatu lembaga kemasyarakatan dalam masyarakat yang akan mempengaruhi sistem sosial seperti norma, nilai, sikap, serta pola perilaku dari kelompok - kelompok pada masyarakat. Perubahan yang terjadi pada suatu masyarakat tentang nilai - nilai sosial, pola kehidupan, serta norma pada kehidupan manusia. Pada dasarnya setiap masyarakat di dunia akan mengalami perubahan -perubahan yang diketahui jika membandingkan suatu masyarakat di masa tertentu dengan masyarakat di masa lampau (Angela, 2. Fotografi Fotografi berasal dari kata berbahasa Yunani yaitu photo dari kata phos yang bermakna cahaya sedangkan graphy dari kata graphe yang memiliki arti gambar atau Secara harfiah fotografi memiliki pengertian proses melukis atau menulis dengan menggunakan kamera sebagai medianya dan memanfaatkan sumber cahaya sebagai alat bantu untuk memotret (Sholichin, 2. Fotografi merupakan suatu metode untuk menghasilkan gambar melalui pantulan cahaya yang mengenai pada suatu objek media yang peka terhadap keberadaan cahaya. Selain itu roll film yang diletakkan pada kamera dan letaknya tidak terjangkau oleh cahaya juga ikut berperan penting dalam dunia fotografi. Menurut Sudjojono pada dasarnya fotografi merupakan kegiatan merekam serta memanipulasi cahaya demi mendapatkan hasil yang maksimal. Fotografi tidak harus didasarkan pada sebuah teori tentang bagaimana cara memotret saja karena gambar yang dihasilkan akan bersifat monoton, dan tidak memiliki nilai estetika, fotografi juga harus disertai dengan seni agar terdapat nilai estetika yang terkandung pada hasil potret tersebut (Achwani, 2. Fotografer Fotografer merupakan sebutan bagi seseorang yang memiliki pekerjaan sebagai juru foto atau tukang foto, baik bekerja secara personal atau melalui studio Profesi fotografer ini memiliki peran yang cukup besar dan bermakna bagi kehidupan manusia baik saat ini ataupun di masa lampau, karena dengan adanya fotografer kegiatan ataupun moment yang sangat berarti dapat diabadikan melalui JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION kamera yang dimiliki oleh seorang fotografer, apabila dilihat pada sudut pandang sejarah fotografer juga memiliki peran yang sangat penting mengenai foto tentang peristiwa sejarah di masa lalu yang dijadikan sebagai arsip foto (Pratama & Kahija. Seorang fotografer juga dapat diartikan orang yang profesional dan memiliki hobi dengan konsentrasi tingkat tinggi untuk mengobservasikan suatu objek dengan dalam, dengan melakukan observasi tersebut seorang fotografer akan menghasilkan sebuah karya visual yang memiliki nilai ekonomi tinggi sesuai dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya. Di Indonesia fotografer pertama yang berasal dari suku asli Jawa yaitu Kassian Cephas pada saat kedudukan kolonial di Indonesia yang kemampuannya dalam memotret tidak kalah saing dengan fotografer Eropa ketika itu (Yunianto, 2. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah. Sartono Kartodirdjo membedakan antara metode sebagai Aubagaimana seseorang memperoleh pengetahuan ituAy sedangkan metodologi sebagai Aumengetahui tentang bagaimana harus mengetahuiAy, dan apabila dikaitkan antara ilmu sejarah dengan metode sejarah yaitu Aubagaimana seorang sejarawan mengetahui sejarahAy dan metodologi adalah Aumengetahui tentang bagaimana mengetahui sejarahAy(Dailami et al. , 2. Pada metode penelitian sejarah. Ilmuwan sejarah yakni Kuntowijoyo menyebutkan terdapat 5 tahapan dalam melakukan penelitian sejarah diantaranya yaitu, pemilihan topik, pengumpulan sumber atau yang disebut dengan heuristik, verifikasi sumber yang terdiri dari kritik sejarah yang terbagi menjadi dua yakni kritik intern dan kritik ekstern, interpretasi yakni analisis sumber, dan heuristik atau penulisan(Kuntowijoyo, 2. Berikut adalah penjelasan dari kelima tahap pada penelitian sejarah antara lain : Pemilihan Topik Dalam penulisan sejarah, pemilihan topik menjadi tahapan yang paling awal untuk mempertimbangkan kesesuaian dan kemungkinan dari penyelesaian pada waktu tertentu, pada tahap pertama ini yang dilakukan oleh peneliti adalah memilih topik dan tema penelitian dengan judul "Perubahan Sosial Pada Masyarakat Lumajang Di Dunia Fotografi Tahun 1990-an - 2011" dengan menggunakan pendekatan analisis Pengumpulan Sumber (Heuristi. Heuristik berasal dari kata Yunani yaitu heuriskein yang memiliki arti memperoleh, sedangkan menurut G. J Reiner heuristik merupakan suatu teknik, seni, bukanlah suatu ilmu. Heuristik adalah suatu kemampuan serta keterampilan yang dimiliki oleh peneliti sejarah dalam menemukan, menangani, memperinci bibliografi, serta mengklasifikasikannya dalam merawat catatan-catatan baik secara tertulis maupun tidak tertulis (Abdurahman, 2. Pada penelitian sejarah, sumber dibagi menjadi dua macam, yakni sumber primer dan sumber sekunder. Berikut sumbersumber yang ditemukan oleh peneliti antara lain : Sumber Primer Sumber primer merupakan sumber yang paling utama digunakan oleh peneliti untuk membuktikan kekonkretan dari penelitian yang dilakukan. Sumber primer adalah sumber atau penulis sumber yang menyaksikan ataupun mendengar sendiri, maupun orang yang mengalami sendiri peristiwa dan ditulis pada sumber yang diteliti (Herlina, 2. Pada penelitian ini peneliti melakukan observasi secara langsung ke sasaran lokasi dengan melihat objek yang akan diteliti dan melakukan wawancara dengan narasumber atau fotografer sezaman dengan tahun penelitian. JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION Selain melakukan wawancara dengan narasumber yang sezaman dengan tahun penelitian ini, beberapa sumber primer lainnya juga ditemukan oleh Penulis seperti, beberapa hasil potretan milik fotografer yang ada di Lumajang, beberapa dokumen berupa sertifikat seminar fotografi pada tahun 1991 dan 2002, bukti berupa artefak atau benda sisa dari sejarah perjalanan fotografi di Lumajang yaitu kamera astoria, kamera Ricoh F-3, dan alat cetak foto milik dari beberapa tukang foto, dan background Hwa Fong Studio Foto tahun 1990-an yang masih disimpan. Sumber Sekunder Sumber sekunder adalah sumber sebagai pendukung dari adanya sumber primer, dalam artian sumber sekunder ini bisa digunakan sebagai sumber tambahan untuk melengkapi sumber primer pada penelitian sejarah yang Dan sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dengan keluarga fotografer tersebut, selain itu sumber sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah koran dari surabaya pos tentang iklan kamera, beberapa buku yang membahas tentang fotografi, artikel jurnal yang membahas tentang fotografi, skripsi, atau beberapa sumber yang berasal dari internet dan isinya membahas tentang fotografi. Kritik Sumber (Verifikas. Kritik sumber adalah salah satu tahapan yang harus dilalui pada penelitian sejarah, pada tahap ini penulis melakukan verifikasi data dan fakta di lapangan yang telah diperoleh oleh peneliti (Nurmaya, 2. Dalam kritik sumber ini terdapat dua jenis kritik sumber yaitu kritik eksternal dan kritik internal. Kritik Internal Kritik internal adalah kritik yang menganalisis bagian dalam atau substansi dari sumber yang ditemukan berdasarkan tahap yang telah dilakukan sebelumnya yaitu hasil penelusuran heuristik (Padiatra, 2. Dengan demikian peneliti melakukan evaluasi terhadap data ataupun sumber yang diperoleh seperti dokumen, arsip, foto, ataupun wawancara yang telah diperoleh dari narasumber agar data yang diperoleh bersifat kredibel dan Kritik Eksternal Kritik eksternal merupakan penelitian terhadap asal usul dari sumber, melakukan pemeriksaan pada catatan ataupun pada sebuah peninggalan untuk mendapatkan seluruh informasi serta untuk mengetahui apakah sumber , tersebut telah dilakukan perubahan ataupun tidak. Pada penelitian ini peneliti memastikan bahwa kesaksian yang diperoleh dari narasumber relevan, sehingga diperlukan kritik eksternal untuk memastikan apakah data yang diperoleh dari narasumber tersebut sesuai dengan yang ada di lapangan atau Analisis Sumber (Interpretas. Interpretasi adalah melakukan penafsiran serta analisis pada data yang telah diperoleh dari berbagai macam sumber oleh peneliti. Pada tahap analisis ini berisi tentang penjelasan secara menyeluruh tentang data yang telah diperoleh dan dikumpulkan melalui dokumen yang ditulis serta pengamatan yang dilakukan di lapangan, setelah itu diuraikan dan dideskripsikan ulang oleh peneliti untuk dijadikan Penulisan Sejarah (Historiograf. Historiografi merupakan tahap akhir dari beberapa tahap yang telah dilakukan pada metode penelitian sejarah, historiografi merupakan cara pemaparan, penulisan atau pelaporan dari hasil penelitian sejarah yang telah dilakukan. Historiografi JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION merupakan konstruksi penulisan dan hasil penafsiran sejarah. Dan adapun dalam konstruksi tersebut mengandung beberapa makna dan penafsiran, baik makna yang ditafsirkan secara individu maupun masyarakat (Nurhayati, 2. Hasil dari penelitian ini akan menjelaskan tentang bagaimana Perubahan Sosial Pada Masyarakat Lumajang di Dunia Fotografi itu terjadi. HASIL Perubahan Sosial Masyarakat Lumajang di Dunia Fotografi Pada Tahun 1990an - 2011 Perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat bisa terjadi karena adanya faktor kebutuhan yang harus terpenuhi oleh masyarakat itu sendiri. Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin canggih dan modern masyarakat akan dihadapkan dengan perkembangan teknologi yang juga akan hadir ditengah-tengah kehidupan mereka. Globalisasi merupakan salah satu fenomena sosial yang tidak bisa dihindari, dampak adanya globalisasi semakin cepat menyebar dalam kehidupan masyarakat terutama pada gaya hidup dan juga perilaku masyarakat (Nur Inayati. Selain itu dengan adanya perkembangan teknologi sebagai bagian dari fenomena globalisasi yang muncul di tengah kehidupan masyarakat Lumajang khususnya di bidang fotografi yang terus mengalami perkembangan secara kompleks, maka dengan demikian akan memunculkan adanya suatu kebutuhan baru bagi masyarakat Lumajang di dunia fotografi karena fotografi merupakan bagian dari perkembangan teknologi yang tidak akan terpisahkan pada kehidupan masyarakat Lumajang. Dimana kebutuhan tersebut lambat laun akan mengalami perubahan karena pada kehidupan masyarakat Lumajang akan terus mengalami perkembangan serta perubahan khususnya di dunia fotografi yang ada di tengah-tengah mereka juga akan ikut menyertainya. Perkembangan fotografi secara kompleks terjadi di Lumajang pada tahun 1980-an hingga 1990-an sebagai salah satu bentuk dari dampak adanya globalisasi dalam hal perkembangan dan kemajuan teknologi yang mulai masuk di tengah-tengah kehidupan masyarakat Lumajang, di daerah Lumajang dunia fotografi akan terus mengalami perkembangan hingga hari ini yang akan mempengaruhi terhadap perubahan kebutuhan masyarakat Lumajang akan dunia fotografi, yang awalnya masyarakat pada waktu sama sekali belum mengenal apa itu kamera dan hal lain yang berhubungan dengan fotografi, masyarakat daerah Lumajang ini akan mulai mengenal apa itu teknologi. Mulai tahun 1990-an perkembangan dunia fotografi di Lumajang telah mengalami banyak kemajuan sekaligus perubahan baik dari segi peralatan untuk memotret yang dimiliki oleh tukang foto, berdirinya beberapa studio foto hingga jumlah tukang foto yang sudah ada di beberapa daerah di Kabupaten Lumajang (Soha. Selain terjadi perubahan pada alat-alat yang digunakan untuk pemotretan dan mulai banyaknya tukang foto yang ada di daerah Lumajang, perubahan kebutuhan akan dunia fotografi pada masyarakat Lumajang juga mengalami perubahan. Perubahan kebutuhan pada masyarakat Lumajang yang terjadi di dunia fotografi terbagi ke dalam dua bagian, yakni perubahan kebutuhan yang terjadi pada seluruh masyarakat Lumajang yakni sebagai pelanggan foto dan perubahan kebutuhan yang terjadi pada seluruh masyarakat Lumajang sebagai fotografer atau pelaku bisnis fotografi di Lumajang. Adapun pembagiannya adalah sebagai berikut : Pelanggan Foto Pada Tahun 1990-an JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION Masyarakat Lumajang pada tahun 1990-an sudah banyak yang mengenal dunia fotografi, pandangan masyarakat tentang dunia fotografi yaitu tempat yang dibutuhkan ketika seseorang akan menyelesaikan pendidikannya mereka akan melakukan foto ijazah yang biasanya dilakukan di studio foto atau biasanya tukang foto akan dihadirkan di sekolah-sekolah untuk melakukan sesi foto, selain itu pada suatu acara penting yaitu hajatan ketika masyarakat mengadakan sebuah acara pernikahan pada tahun 1990-an masyarakat Lumajang sudah banyak yang mengundang tukang foto untuk mendokumentasikan acara pernikahannya tersebut. Berikut adalah cuplikan wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada Purbaya : "Saya dulu itu waktu hari raya idul fitri iseng-iseng main ke rumah temen sambil bawa kamera waktu itu, kemudian beberapa masyarakat yang ada di situ itu kan lumayan banyak yang kenal soalnya saya sudah lama membuka jasa foto keliling tapi ini pada waktu hari raya saya iseng ke tempat teman gak niat mau motret sebenarnya, tiba-tiba mereka bilang "mas pur foto ayo mas pur foto". Nah ketika itu saya mulai ramai sekali orang-orang minta foto untuk keluarga waktu hari raya dulu itu" (Purbaya, 2. Lambat laun kebutuhan masyarakat Lumajang akan dunia fotografi mulai mengalami perubahan, adapun perubahan yang dimaksud adalah dimana masyarakat yang awalnya menjadikan dunia fotografi ini hanya untuk suatu hal maupun kegiatan yang sifatnya formal ataupun penting. Pada tahun 1990-an akhir masyarakat Lumajang mulai menjadikan dunia fotografi ini juga sebagai tempat untuk mengekspresikan diri dengan keluarga pada hari raya idul fitri, artinya masyarakat Lumajang pada tahun tersebut mulai eksis untuk melakukan foto-foto bukan hanya untuk kepentingan yang sifatnya formal saja. Pada tahun 1990-an Purbaya seorang tukang foto yang keliling yang ramai pada saat hari raya idul fitri, ketika melakukan pemotretan keliling masih menggunakan sepeda pancal, istri dari Purbaya yang menjadi salah satu saksi dari perjuangan beliau dalam melakukan pemotretan keliling pada tahun 1985 hingga 1990-an, berikut penuturan istri dari Purbaya : AuDulu bapak itu waktu jadi tukang foto keliling masih pakai sepeda pancal pada waktu itu, jadi pagi itu bapak keliling untuk memotret terus pulang istirahat sama makan, habis itu jam 2 berangkat keliling lagi untuk memotret, saya waktu itu tidak pernah melarang bapak itu buat beli kamera, jadi kalau ada uang ya beli kalau tidak ada uang ya apa sekiranya yang bisa dijual kita jual pada waktu ituAy (Julaikha, 2. Budaya untuk berfoto bersama keluarga pada saat perayaan hari raya Idul Fitri ini mulai marak pada tahun 1990-an, khususnya di daerah Kunir pada saat studio Impian milik Purbaya ini didirikan masyarakat semakin antusias untuk melakukan pemotretan, terutama pada saat hari raya Idul Fitri di studio foto milik Purbaya memiliki antrian pelanggan yang sangat panjang bahkan untuk memenuhi permintaan pelanggan yang ingin melakukan pemotretan dan rumahnya jauh dari lokasi studio foto Purbaya juga tetap melakukan pemotretan keliling pada saat hari raya Idul Fitri. Berikut cuplikan penjelasan dari Purbaya ketika diwawancarai oleh peneliti tentang bagaimana suasana studio foto ketika perayaan Idul Fitri : AuDulu awal ketika saya membuka studio foto masih menggunakan kamera yang memakai film dan pakai roll untuk JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION hasil cetakannya masih hitam putih untuk awal-awal, tapi meskipun demikian studio saya hampir setiap hari selalu ramai, apalagi ketika hari raya Idul Fitri itu di sini selalu ramai, saya waktu hari raya itu juga keliling di beberapa lokasi tapi saya jadwalkan misalkan mulai hari ini di daerah Jatimulyo kemudian besokn nya geser ke daerah Pandanwangi dan yang paling ramai ketika itu di daerah pesisir pantai Selatan di sana masyarakatnya sangat antusias sekali untuk berfoto dan menariknya lagi pada waktu itu hanya saya yang memotret di sana jadi ya pada waktu itu saya cukup terkenal di daerah pesisir SelatanAy (Purbaya,2. Ita Mustofa merupakan salah satu pelanggan dari studio Impian milik Purbaya yang pernah melakukan pemotretan pada tahun 1990-an di studio Impian pada saat hari raya Idul Fitri bersama beberapa temannya ketika masih duduk di bangku SMP, pelanggan ini juga turut menyaksikan bagaimana situasi di studio foto milik Purbaya tahun 1990-an pada saat hari raya Idul Fitri. Berikut cuplikan wawancara dengan Ita Mustofa sebagai salah satu pelanggan studio foto milik Purbaya pada tahun 1990- an : AuTahun 1990 saya sudah tahu kalau Pur tukang foto itu punya studio foto di Jatigono, baru tahun 1992 itu saya pernah foto di sana sama teman-teman waktu itu saya dan teman-teman masih kelas 7 SMP, dulu itu foto disana waktu hari raya Idul Fitri rame banget kalau foto pas Hari Raya banyak yang ngantri, tapi selain foto pas hari raya itu dulu om Pur juga motret saya dan teman-teman waktu ada kegiatan di sekolah biar ada kenangkenang, dulu juga waktu saya foto untuk satu kali pemotretan biayanya masih ditarik 5. 000 ada juga yang 10. 000 tergantung hasil dari ukuran fotonya nanti, pada waktu itu untuk hasil potretannya sudah berwarna tapi masih belum ada editannyaAy (Mustofa,2. Munculnya perubahan kebutuhan masyarakat Lumajang akan dunia fotografi memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap kondisi perekonomian dari tukang foto yang membuka jasa foto keliling pada saat perayaan hari raya idul fitri, karena dengan ramainya masyarakat yang antusias untuk berfoto maka roda perekonomian dari tukang foto akan terus berputar. Tukang Foto / Pelaku Bisnis Fotografi Pada Tahun 1990-an - 2011 Adanya perubahan kebutuhan baru pada dunia fotografi yang hadir di tengah-tengah masyarakat Lumajang bukan hanya berdampak pada kebutuhan pelanggan atau masyarakat yang suka untuk berfoto akan tetapi juga memengaruhi adanya kebutuhan baru dari para tukang foto itu sendiri. Semakin berkembangya teknologi dalam dunia fotografi tukang foto harus mampu untuk terus menerus mengikuti perkembangan zaman yang semakin modern, sehingga hal demikian dapat memengaruhi adanya sikap atau aktivitas yang kemudian berubah menjadi gaya hidup dari tukang foto yaitu beberapa tukang foto ini akan mulai tertarik untuk mengoleksi beberapa kamera yang digunakan untuk memotret, ketika ada kamera model baru pasti ada keinginan rasa untuk membeli, karena hal demikian ini dilakukan juga untuk mengikuti perkembangan zaman yang pastinya tipe kamera pada tahun 1990-an sangat jauh berbeda dan pastinya terdapat banyak perubahan dari segi fitur yang ada pada kamera selain itu peralatan yang ada di studio semakin berkembangnya waktu model background dan hiasan sangat berbeda pada JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION tahun 1990-an dengan era saat ini, pada tahun 1990-an tidak semua orang bisa menjadi seorang tukang foto karena terjun di dunia fotografi membutuhkan modal yang cukup mahal ditambah lagi pada tahun 1990-an tidak semua masyarakat memiliki tingkat perekonomian yang baik, berikut cuplikan wawancara dengan Slamet seorang fotografer sebagai pemilik studio Aladin Foto di Candipuro : AuDulu itu zaman saya masih motret saya beli kamera harganya 000 ribuan, tapi tahun segitu uang 600. 000 ribu itu sudah sangat banyak sekali, jadi dulu itu kalau mau jadi tukang foto susah selain kameranya masih analog juga harus punya cukup uang untuk modalnya, bisa jadi tukang foto dulu itu dari masyarakat kelas menengah ke atas karena ya memang terjun di dunia fotografi itu butuh biaya yang lumayan besar, saya dulu punya tema-teman tukang foto kebanyakan dari orangorang Cina yang ada di Lumajang itu dulu yang awal-awal jadi tukang foto ada Hwa Fong. Cahaya Foto. Trio itu semuanya orang-orang CinaAy (Slamet, 2. Dalam beberapa macam kebutuhan manusia terdapat dua kebutuhan yang menjadi faktor terjadinya perubahan kebutuhan dunia fotografi oleh tukang foto, adapun kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan Harga Diri Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan harga diri adalah kebutuhan pada suatu individu agar keberadaanya diakui oleh pihak lain. Pada hal ini seorang tukang foto juga butuh diakui bahwa dirinya benar-benar seorang tukang foto dan menjadi fotografer merupakan profesi yang digelutinya, dengan demikian tukang foto harus memiliki banyak relasi agar dirinya semakin dikenal oleh banyak orang baik dari kalangan tukang foto ataupun masyarakat daerah Lumajang (Muhibbin & Marfuatun, 2. Perubahan berupa kebutuhan baru di dunia fotografi bagi para tukang foto bukan hanya tentang mengoleksi kamera saja untuk memotret, akan tetapi munculnya perkumpulan beberapa tukang foto yang kemudian dari beberapa tukang foto ini mengadakan sebuah perkumpulan atau hanya sekedar untuk ngopi bersama juga mulai menjadi kebiasaan baru yang menjadi gaya hidup baru bagi beberapa tukang foto yang ada di Lumajang pada tahun 1990-an, dari perkumpulan yang dilakukan oleh beberapa tukang foto ini yang kemudian akan membentuk sebuah komunitas bagi para pegiat ataupun pecinta dunia fotografi yang akan memudahkan para tukang foto untuk menjalin relasi antar tukang foto dan untuk memvalidasi atau mengukuhkan pandangan orang lain bahwa dirinya adalah seorang tukang foto. Kebutuhan aktualisasi diri Aktualisasi diri merupakan suatu proses usaha yang dimiliki seseorang dalam mengaktualisasikan potensi, bakat ataupun kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan ini juga disebut dengan kebutuhan pada perwujudan diri. Kebutuhan ini biasanya dapat dipenuhi setelah kebutuhan rasa aman, fisiologis, kasih sayang, dan pengakuan dari orang lain terpenuhi (Arianto & Erlita. Pada hal ini sesuai dengan apa yang terjadi pada perubahan kebutuhan tukang foto di dunia fotografi terdapat salah satu hal yang memicu adanya perubahan tersebut pada tukang foto di Lumajang, adapun perubahannya yaitu dunia fotografi di Lumajang mulai tahun 1991 hingga tahun 2000-an terdapat JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION kegiatan seminar fotografi yang diselenggarakan di Lumajang, hal ini dapat menunjukkan adanya perubahan kebutuhan pada tukang foto di dunia fotografi, yang awalnya seorang tukang foto hanya fokus pada profesi yang digelutinya entah ketika para tukang foto ini mulai terjun di dunia fotografi dengan melalui proses belajar kepada pendahulunya ataupun belajar secara otodidak. Sehingga dengan adanya seminar fotografi yang diikuti oleh para tukang foto yang ada di Lumajang pada tahun 1990-an hingga tahun 2000-an hal ini merupakan salah satu bentuk perubahan kebutuhan tukang foto di dunia fotografi karena dengan melalui seminar fotografi ini para tukang foto akan mengembangkan bakat yang mereka miliki di dunia pemotretan dan belajar lebih dalam lagi mengenai teknik-teknik fotografi, maka dengan adanya suatu kebutuhan aktualisasi diri dari para tukang foto yang ada di Lumajang perubahan kebutuhan tukang foto di dunia fotografi mulai mengalami Perubahan kebutuhan masyarakat Lumajang di dunia fotografi memang berdampak secara keseluruhan terhadap kehidupan masyarakat itu sendiri baik sebagai pelanggan foto ataupun tukang foto. Akan tetapi terdapat beberapa tukang foto di Lumajang yang tidak mengalami perubahan kebutuhannya di dunia fotografi, maksudnya adalah seiring berkembangnya waktu beberapa tukang foto ini tetap berpegang teguh pada prinsip awal yang mereka jadikan sebagai pegangan dalam artian mereka hanya fokus di dunia fotografi hanya untuk berbisnis dan menghasilkan keuntungan tidak ada tujuan lain. Beberapa tukang foto yang memiliki prinsip demikian kebanyakan adalah tukang foto Cina yang ada di Lumajang, beberapa dari mereka tidak mengikuti adanya trend dari perkembangan di dunia fotografi seperti tidak mengikuti komunitas fotografi ataupun mengikuti seminar fotografi karena sebagian besar tukang foto ataupun pemilik studio foto dari Cina lebih memandang dunia fotografi sebagai jalan untuk berbisnis yang menguntungkan dan tidak terpengaruh dengan tukang foto amatir ataupun tukang foto yang suka untuk mengikuti kegiatan seminar ataupun komunitas fotografi (Irwandi et al. , 2. Dunia fotografi di Lumajang mulai mengalami kemajuan dan perkembangan yang cukup kompleks mulai terjadi pada tahun 1990-an karena kamera yang digunakan semakin canggih yakni mulai dari LSR beralih ke DSLR, (Agus, 2. Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya teknologi semakin banyak fotografer yang ada di Lumajang, akan tetapi seiring dengan berkembangnya waktu beberapa tukang foto yang mulai memotret pada tahun 1980-an dan masih melakukan pemotretan banyak dari mereka yang kurang mengikuti perkembangan zaman sehingga terdapat beberapa dari para tukang foto ini yang telah berhenti untuk memotret ada juga yang masih berlanjut akan tetapi sudah jarang diminati karena kurangnya mengikuti trend fotografi modern. Berikut adalah beberapa fotografer di Lumajang pada awal lahirnya dunia fotografi di Lumajang hingga Tahun 1990-an: Tabel 1 . Daftar Fotografer Mulai Tahun 1935 Ae 2000-an N0. Nama Alamat Keterangan Lie Chi Wei Tompokersan Ae Fotografer pertama Lumajang di Lumajang . Cina/Pemilik pertama Hwa Fong JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION studio foto Lee Sau Tjen/Soha Tompokersan - Fotografer penerus Lumajang generasi 1 Hwa Fong Studio Foto Trio Tompokersan - Fotografer . 0Lumajang Sutantodirejo Tompokersan - Pemilik Lumajang Cahaya Foto . Kardjono Tompokersan - Fotografer Keliling Lumajang Alun-Alun Lumajang . 0-a. David Sutanto Tompokersan - Pemilik JJ Studio Lumajang Foto dan fotografer . Sukari Kedung Pakis - Pasirian Pemilik Irak Foto 0-a. Slamet Candipuro - Lumajang Pemilik Aladin Foto Triastuti Tompokersan - Penerus Cahaya Lumajang Foto generasi ketiga . Purbaya Jatigono - Kunir Pemilik Impian Purbaya Foto/Tukang keliling . Miftahul Ulum Pasirian - Lumajang Pemilik Aries studio/Tukang foto keliling . Agus Damiri Jatigono - Kunir Fotografer . /Pemilik Agus Foto. Didik Indrayana Lumajang Kota Fotografer . 0(Domisili Jakart. /anggota KFI. Insta Lumajang Sumber : Data Pribadi Dari Hasil Wawancara PEMBAHASAN Munculnya Komunitas Fotografi di Lumajang Tahun 1990-an Ae 2011 Komunitas merupakan kumpulan dari beberapa berbagai populasi yang hidup pada waktu dan daerah tertentu yang saling berinteraksi dan juga memengaruhi satu sama lain, dalam ilmu sosiologi komunitas dapat diartikan dengan kelompok orang yang saling melakukan interaksi dan berada pada lokasi tertentu, akan tetapi definisi ini terus mengalami perkembangan dan diperluas menjadi individu-individu yang memiliki kesamaan dalam hal konsep diriistik tanpa melihat unsur lokasi ataupun tipe interaksinya (Sholihah, 2. Adapun definisi dari komunitas itu sendiri menurut Soerjono Soekanto adalah bahwa masyarakat merupakan orang yang hidup bersama dan menghasilkan sebuah JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION kebudayaan, dan di dalam komunitas itu sendiri terdapat beberapa unsur di antaranya yaitu, manusia ataupun individu, kelompok sosial, kebudayaan, teritorial, dan status ataupun peran. Dan salah satu yang menjadi aspek penting dalam sebuah komunitas adalah komunikasi, karena dalam komunitas tidak hanya terdapat dua ataupun tiga orang akan tetapi dalam jumlah yang lumayan banyak seseorang masuk di dalamnya, sehingga kenyamanan dan tata cara berkomunikasi sangat diperlukan dalam sebuah komunitas agar kedekatan antar anggota semakin tercipta di dalamnya (Kurniawan. Pada awal abad ke 20, fotografi menjadi salah satu hobi atau kegemaran baru yang melahirkan beberapa fotografer profesional ataupun amatir di berbagai wilayah di Hindia Belanda. Hal ini mendorong para tukang foto untuk membuat sebuah wadah atau komunitas yang dapat menghimpun para pecinta fotografi di dalamnya. Indonesia komunitas fotografi pertama di bawah kepemimpinan masyarakat lokal Indonesia adalah komunitas Perhimpunan Amatir Foto yang disingkat dengan PAF yang diketuai oleh R. Soelarko, dan sebelumnya komunitas ini bernama Preanger Amateur Fotografen Vereniging (PAFV) yang didirikan oleh orang-orang Eropa pada waktu itu (Syarifulloh et al. , 2. Tahun 1990-an akhir hingga 2000-an awal mulai banyak masyarakat Lumajang yang terjun di dunia fotografi , hal ini merupakan salah satu faktor yang memengaruhi terbentuknya komunitas fotografi di Lumajang karena perkumpulan dari beberapa masyarakat yang memiliki hobi dan tujuan yang sama dengan melalui beberapa proses yang dilakukan secara bersama-sama melalui sebuah wadah yang disebut sebagai komunitas tersebut. Sejak saat itu juga fotografi di Lumajang mulai mengalami perkembangan yang cukup signifikan dan mulai populer di kalangan masyarakat Lumajang. Komunitas fotografi di Lumajang tidak terbentuk begitu saja, melainkan dengan melalui beberapa tahapan yaitu mulai dari adanya perkumpulan dari beberapa tukang foto di Lumajang pada tahun 1990-an, awal perkumpulan dari beberapa tukang foto di Lumajang ini merupakan inisiatif dari pemilik studio Cahaya foto yang mengundang beberapa tukang foto amatir ataupun tukang foto profesional di Lumajang untuk mengikuti kegiatan seminar fotografi yang diselenggarakan di Gedung serba guna Yos Sudarso Lumajang di Citrodiwangsan. Kecamatan Lumajang. Kabupaten Lumajang. Pada kegiatan perkumpulan beberapa tukang foto ini diikuti oleh sekitar 20-an tukang foto yang ada di Lumajang. Cahaya Foto dalam menyelenggarakan kegiatan ini didukung dan disponsori oleh produk Konica dan bekerjasama dengan PT Perdana Bangun Pusaka (Triastuti,2. Adanya kegiatan yang diselenggarakan oleh Cahaya Foto merupakan salah satu faktor penting dalam terciptanya sebuah komunitas fotografi di Lumajang karena dari adanya perkumpulan yang telah dilakukan dari beberapa tukang foto dari beberapa daerah di Kabupaten Lumajang akan membentuk relasi baru dari beberapa tukang foto tersebut, selain pada kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh Cahaya Foto beberapa tukang foto di Lumajang pada tahun 1990-an sering melakukan kegiatan hunting foto bersama dan sesekali melakukan pertemuan meskipun hanya sekedar untuk ngopi bersama beberapa tukang foto pada waktu itu, akan tetapi pada tahun tersebut komunitas fotografi masih belum dibentuk melainkan hanya perkumpulan dari beberapa tukang foto saja dan belum disebut sebagai komunitas (Agus,2. Tahun 1990-an akhir hingga tahun 2000-an tukang foto di daerah Lumajang mulai tertarik dengan kegiatan seminar tentang fotografi, terdapat beberapa tukang foto di Lumajang yang cukup aktif untuk mengikuti kegiatan seminar baik di daerah Lumajang maupun luar Lumajang, hal ini dibuktikan dari beberapa sumber yang telah JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION diperoleh oleh peneliti yaitu berupa sertifikat yang didapatkan oleh beberapa tukang foto ketika mengikuti seminar fotografi pada waktu itu . Beberapa tukang foto yang pernah mengikuti seminar fotografi di antaranya yaitu fotografer di daerah Pasirian yang bernama Miftahul Ulum yang pernah mengikuti seminar fotografi di Universitas Negeri Jember dan Universitas Merdeka di Malang pada tahun 1998. Selain itu juga seorang fotografer yang bernama Purbaya dari Jatigono Kecamatan Kunir, selain pernah mengikuti seminar pertama di Lumajang yang diselenggarakan oleh Cahaya Foto. Purbaya juga pernah mengikuti kegiatan seminar fotografi dengan tema Lokakarya Fotografi yang diselenggarakan oleh JJ studio foto di Hotel Lumajang pada 29 Januari 2000. 137 Fotografer lain yang juga pernah mengikuti kegiatan seminar adalah Agus seorang fotografer yang berasal dari Jatigono Kecamatan Kunir yang pernah mengikuti kegiatan seminar fotografi yang diselenggarakan di Rumah Makan Lestari Jember pada 17 Juni 2004 (Miftahul,2. Tahun 2010 komunitas fotografi di Lumajang mulai dibentuk, berdirinya komunitas fotografi di Lumajang telah mengalami perjalanan yang cukup panjang yaitu diawali dengan berkumpulnya beberapa tukang foto pada kegiatan seminar yang diselenggarakan oleh Cahaya Foto di Lumajang yang berlanjut dengan adanya kegiatan hunting foto yang dilakukan oleh beberapa tukang foto yang ada di Lumajang dan setelah itu mulai terciptanya interaksi dari antar tukang foto sehingga menciptakan rasa kebersamaan dari antar tukang fotografer untuk saling mendukung karena adanya kesamaan hobi dan tujuan sehingga komunitas Lumajang itu terbentuk. Berdasarkan sumber yang didapatkan oleh peneliti keberadaan komunitas fotografi di Lumajang mulai ada pada tahun 2010, pada tahun tersebut merupakan awal dari adanya komunitas fotografi di Lumajang, peneliti menyatakan bahwa tahun 2010 merupakan tahun dari awal adanya komunitas fotografi di Lumajang karena pada saat penelitian ini hingga selesai dilakukan peneliti masih belum menemukan data lebih tua yang mengungkapkan bahwa ada komunitas fotografi yang dibentuk di Lumajang sebelum tahun tersebut, adapun komunitas fotografi yang didirikan pada tahun 2010 adalah Community Of Photography Lumajang atau yang disingkat dengan CPL, komunitas ini didirikan oleh Dwi Laksono seorang tukang foto yang mulai terjun di dunia fotografi pada tahun di Lumajang. Berikut cuplikan dari hasil wawancara kepada salah satu anggota yang pernah mengikuti komunitas Community Of Photography di Lumajang. Miftahul Ulum menuturkan : AuDulu saya pernah mengikuti beberapa komunitas fotografi kalau tidak salah saya pernah ikut empat komunitas fotografi waktu itu, jadi ada CPL. KFI. FAFI. PFH, itu beberapa komunitas fotografi yang pernah saya ikuti tapi kalo yang asli komunitas fotografi di Lumajang itu yang CPL itu dulu didirikan sama om Dwi Laksono sekarang beliau sudah almarhum, kalo untuk tiga komunitas itu diikuti seluruh Indonesia, saya dulu juga punya beberapa teman yang pernah ikut komunitas CPL ini yang saya ingat beberapa itu ada om Heri yang sekarang bekerja di pemerintahan. Indra Jaya, ada mas Budi sekarang jadi guru di SMADA Lumajang, jadi itu beberapa teman yang pernah ikut kounitas CPL yang saya ingatAy (Miftahul,2. Setelah berdirinya Community Of Photography Lumajang (CPL) di Lumajang selisih dua tahun setelahnya yaitu tahun 2012 terdapat komunitas fotografi lain yang berdiri di Lumajang yaitu komunitas fotografi Insta Lumajang. Komunitas ini didirikan pada tahun 2012 oleh Jay Dacow, dibentuknya komunitas fotografi ini JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION merupakan hasil inspirasi dari komunitas Insta Nusantara yang didirikan pada 1 Maret 2012, beberapa anggota termasuk dari pendiri komunitas fotografi Insta Lumajang merupakan anggota dari Insta Nusantara sehingga dengan mengikuti dan menjadi anggota dari komunitas fotografi Insta Nusantara beberapa tukang foto di Lumajang memiliki inisiatif untuk mendirikan komunitas fotografi di daerahnya sendiri dengan memberi nama yang serupa dengan komunitas yang diikuti oleh para tukang foto yang ada di Lumajang sebagai bentuk inspirasi bagi para tukang foto yang ada di Lumajang Berikut cuplikan dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan salah satu tukang foto di Lumajang sekaligus sebagai salah satu anggota dari komunitas Insta Nusantara dan Insta Lumajang. Didik Indrayana menuturkan : AuTahun 2000-an, dulu sering motret interior (Hasil Pekerjaa. , karena emang bekerja di bidang design interior. Habis gitu beli kamera buat ngefile. Nah di situ akhirnya ketemu teman yg bekerja di bidang fotografi . , dia nangani dokumen Dan karena aku suka iseng dan pengen belajar akhirnya aku banyak motret apa apa yg di dekat rumah. Saya Ikut INUB. Insta Nusantara Upload Bersama. Nah di situ ternyata foto fotoku sering dikomentari temen temen Fotografer Akhirnya aku coba ikut beberapa komunitas fotografi di antaranya yang pernah aku ikuti itu ada KFI. Insta Nusantara, sama Insta Lumajang, yang Insta Lumajang ini aku ikut soalnya pas itu sering di Lumajang, dulu itu ketika saya stay di Jakarta ada 2 komunitas fotografi di Lumajang Insta Lumajang sama satunya itu CPL tapi pas saya sudah ada di Lumajang dua komunitas ini sudah tidak aktif lagi. Dan kebetulan juga dulu aku itu nggak terlalu sulit untuk belajar estetika, baik komposisi, harmoni warna, dimensi. Karena ilmu itu sudah aku dapatkan di waktu aku kuliah, aku kuliah ambil di Fak Arsitektur. Akhirnya aku terus belajar dan belajar sampai saat ini. Segala genre aku sudah pernah ikuti. Dari Makro. Landscape. Street Photo, sampai ke Modelling. Kalau di modelling aku banyak bermain Tak jarang aku sering ngadain Hunting sama temen temen dengan konsepku. Dan disini juga aku terkadang mendapat job, prewedding, presweet dll. Tapi sebenernya usahaku bukan di fotografi, jadi saya punya usaha di Lumajang namanya Pring Pitu. Ay (Didik,2. Komunitas fotografi di Lumajang hingga saat ini mulai tersebar merata di beberapa daerah Kabupaten Lumajang, akan tetapi hal yang sangat disayangkan adalah kedua komunitas fotografi pertama yang ada di Lumajang sudah tidak aktif di dunia Fotografi, hal ini dikarenakan tidak adanya penerus dari para anggota komunitas fotografi yang ada di Lumajang, bahkan banyak dari beberapa tukang foto yang pernah menjadi anggota dari komunitas fotografi tersebut telah berhenti untuk menjadi seorang fotografer. Sehingga dengan demikian adanya dukungan sosial sangatlah penting bagi para tukang foto dalam memperjuangkan hobinya yang dapat bermanfaat bagi tukang foto itu sendiri maupun bagi orang lain, dukungan sosial merupakan segi-segi struktural jaringan yang mencakup tentang aturan-aturan hidup, keikutsertaan dalam kegiatan sosial, frekuensi kontak, dan keterlibatan dalam jaringan Dukungan sosial ini mengacu pada bantuan emosional, instrumental, ataupun finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Maksud dari pernyataan tersebut adalah bahwa dukungan sosial sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION dengan adanya dukungan sosial tersebut merupakan bentuk dari adanya rasa menghargai dan juga mengapresiasi terhadap sebuah karya yang telah diciptakan maupun suatu hal yang telah dicapai oleh manusia, sehingga dengan demikian adanya dukungan sosial antar fotografer sangatlah diperlukan hal ini sebagai sarana untuk saling melakukan interaksi dan saling belajar antar fotografer dengan tujuan untuk memperluas jaringan pengetahuan tentang fotografi (Putri, 2. Aktualisasi Perubahan Sosial Pada Masyarakat Lumajang Di Dunia Fotografi Dengan Teori Perubahan Sosial John Lewis Gillin & John Philip Gillin Menurut Lewis Gillin dan Philip Gillin perubahan-perubahan sosial sebagai salah satu cara hidup yang diterima oleh masyarakat, baik yang terjadi karena perubahan kondisi geografis yang terjadi pada suatu wilayah tersebut, kebudayaan yang bersifat material, komposisi penduduknya, adanya penemuan-penemuan ataupun ideologi baru dalam masyarakat (Dr. Indraddin. Sos. Si. Irwan. Pd. , 2. Teori perubahan sosial milik John Lewis Gillin dan john Philip Gillin relevan dengan perubahan yang ada pada masyarakat Lumajang di dunia fotografi. Adapun perubahan yang terjadi sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh John Lewis Gillin dan John Philip Gillin adalah karena beberapa faktor antara lain yaitu : Perubahan Kondisi Geografis Di daerah Kabupaten Lumajang merupakan daerah yang memiliki iklim tropis yang tergolong tipe C dengan curah hujan tahunan antara 500 dan 2. 500 ml memiliki suhu di beberapa daerahnya yaitu 24A C hingga 23A C. Kondisi geografi daerah Lumajang mulai pada masa kerajaan Majapahit ada hingga pada masa kolonial Belanda, kedudukan Jepang, hingga pasca kemerdekaan dan era modern saat ini letak geografis daerah Kabupaten Lumajang memiliki tanah yang subur dengan kekayaan alam yang melimpah dan beraneka ragam sumber daya alam terkandung di dalamnya, keberadaan gunung semeru juga selain memiliki dampak negatif terhadap Kabupaten Lumajang akan tetapi keberadaan Gunung Semeru juga tidak kalah penting memiliki dampak positif bagi kondisi kesuburan tanah yang ada di daerah Lumajang. Selain memiliki kondisi geografi yang bagus kabupaten Lumajang juga memiliki beberapa letak strategis apabila dipakai untuk membuka sebuah jasa maupun perdagangan seperti di daerah Lumajang bagian pusat kota yaitu di daerah Kecamatan Lumajang salah satunya yaitu Tompokersan dan sekitarnya (Asro, 2. Hal ini sama dengan yang dilakukan oleh para fotografer dari kalangan orangorang Cina yang membuka bisnis mereka di dunia fotografi di daerah Tompokersan yaitu di pusat kota Lumajang, karena beberapa dari para tukang foto ini merupakan imigran yang kemudian memilih untuk menetap di Lumajang dan membuka bisnis, karena di daerah Lumajang kota mereka akan memiliki peluang yang besar untuk keberhasilan bisnis yang mereka miliki di dunia fotografi. Kebudayaan Yang Bersifat Material Budaya memiliki arti sebagai akal budi sedangkan material memiliki makna yaitu akal yang akan digunakan sebagai bahan untuk membuat barang lain. Akan tetapi pengertian dari kebudayaan material apabila diartikan secara keseluruhan yaitu kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan yang dihasilkan oleh masyarakat yang nyata dan konkret. Makna lain dari kebudayaan material yaitu kebudayaan yang memiliki wujud JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION nyata seperti berupa benda - benda yang dapat dilihat, diraba ataupun disentuh (Mustawhisin et al. , 2. Pada salah satu faktor terjadinya perubahan sosial di dunia fotografi adalah adanya kebudayaan yang bersifat material, adapun kebudayaan bersifat material yang dimaksud dalam dunia fotografi yang ada di Lumajang yaitu para tukang foto yang ada di Lumajang dalam mendirikan studio foto, memotret pelanggan yang melakukan foto, dan mencetak foto. Pada beberapa hasil kebudayaan material yang diciptakan oleh para tukang foto di dunia fotografi sesuai dengan perkembangannya mulai dari tahun 1935 hingga 2012 dunia fotografi di Lumajang mengalami perubahan yang cukup signifikan adapun perubahannya yaitu meliputi dekorasi atau background yang ada pada studio foto, hasil potretan yang dilakukan oleh para tukang foto, dan hasil dari cetakan foto oleh para tukang foto. Dengan adanya beberapa budaya yang bersifat material yang dihasilkan oleh para tukang foto di Lumajang maka perubahan sosial akan terjadi di dalamnya karena faktor dari perkembangan waktu dimana beberapa kebudayaan yang dihasilkan oleh para tukang foto tersebut mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk merupakan pengelompokan penduduk yang didasarkan atas beberapa aspek di antaranya yaitu secara geografis, sosial, biologis, geografis, dan ekonomi. Sedangkan komposisi penduduk dalam arti demografi yaitu komposisi penduduk yang dikelompokkan menurut umur dan jenis kelamin. Pada aspek komposisi penduduk yang ada di Kabupaten Lumajang akan memengaruhi adanya perubahan sosial di dalamnya karena setiap tahunnya jumlah penduduk tidak akan terus mengalami peningkatan dan tidak juga akan terus mengalami penurunan. Setiap tahunnya pada setiap daerah yang ada di Lumajang akan mengalami perubahan komposisi penduduk baik apabila dilihat dari jenis kelamin ataupun umur dari penduduk tersebut (Gatiningsih & Sutrisno, 2. Komposisi penduduk apabila diartikan sebagai demografi, mayoritas penduduk yang ada di Kabupaten Lumajang mayoritas merupakan suku Jawa dan Madura terdapat juga sekumpulan etnis Tionghoa yang ada di Kabupaten Lumajang, sedangkan agama mayoritas yang dianut oleh masyarakat di Kabupaten Lumajang adalah agama Islam dan terdapat beberapa agama lain juga yang ada di dalamnya yaitu Kristen dan Hindu. Salah satu data demografi di Lumajang yang dapat menyatakan adanya perubahan pada komposisi penduduk yang ada di Lumajang yaitu. Dalam kurun waktu tahun 2011 hingga tahun 2012 pertumbuhan penduduk di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 292 jiwa atau sebanyak 0,19 persen (Lumajang, 2. Adanya Penemuan Baru Adanya penemuan baru merupakan penyebab dari adanya suatu perubahan pada kehidupan masyarakat. Pengertian penemuan baru ini menurut Koentjaraningrat dibagi menjadi dua yaitu discovery dan Discovery merupakan suatu penemuan unsur kebudayaan yang baru, baik penemuan tersebut berupa alat, maupun suatu gagasan yang diciptakan oleh individu atau serangkaian dari para individu. Discovery ini akan menjadi invention jika masyarakat telah mengakui, mau menerima, dan mau untuk menerapkan penemuan baru tersebut. Penemuan baru pada JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION perubahan sosial juga dapat diartikan dengan penemuan suatu unsur kebudayaan baru yang dapat mengubah kondisi sosial pada suatu masyarakat, dan penemuan baru ini bisa berupa alat, teknologi, ataupun sebuah ide yang diciptakan oleh individu ataupun kelompok (Sumarno. Jika diaktualisasikan ke dalam perubahan sosial pada masyarakat di dunia fotografi yang ada di Lumajang, adanya penemuan baru berupa benda atau alat yaitu kamera astoria yang diproduksi oleh Jepang sebagai awal dari adanya penemuan baru di dunia fotografi yang ada di Lumajang, meskipun bukan tukang foto pertama di Lumajang yang menemukan kamera tersebut akan tetapi dengan membawa dan memasukkan penemuan baru berupa kamera maka pada kehidupan masyarakat yang ada di Lumajang akan mengalami perubahan yaitu mulai adanya dunia fotografi yang berkembang di Lumajang, selain itu bentuk lain dari adanya perubahan sosial di dunia fotografi yang ada di lumajang tentang penemuan baru yaitu adanya komunitas fotografi di Lumajang mulai tahun 2010, (Miftahul,2. Dimana dalam hal ini sebelum dibentuknya sebuah komunitas fotografi beberapa tukang foto sering berkumpul akan tetapi tidak ada pengakuan dari masyarakat bahwa dari perkumpulan beberapa tukang foto tersebut merupakan sebuah komunitas karena dari beberapa tukang foto ini belum terikat kedalam suatu komunitas yang dibentuk. Sehingga dari perkumpulan beberapa tukang foto tersebut kemudian memunculkan ide baik digagas secara individu ataupun kelompok. Para tukang foto ini mendirikan sebuah komunitas fotografi di Lumajang yaitu CPL dan InstaLumajang, sehingga hal demikian dapat disebut dengan penemuan baru invention karena adanya komunitas fotografi ini masyarakat mengakui bahwa orang-orang yang tergabung didalamnya adalah seorang tukang foto entah itu amatir maupun profesional selain itu keberadaan komunitas fotografi ini diterima oleh masyarakat karena selagi hal tersebut bersifat positif dan tidak merugikan masyarakat lain maka tidak akan menjadi masalah. Adanya kamera dan terbentuknya suatu komunitas fotografi tersebut dapat mempengaruhi adanya perubahan sosial pada masyarakat di dunia fotografi. Dari beberapa faktor yang menyebabkan adanya perubahan sosial tersebut mulai dari perubahan kondisi geografis, kebudayan yang bersifat material, komposisi penduduk, dan adanya penemuan baru pada masyarakat Lumajang. Dunia fotografi di Lumajang mengalami perubahan yang cukup signifikan mulai dari awal lahirnya dunia fotografi di Lumajang yaitu tahun 1935 kemudian mulai mengalami perubahan pada tahun 1950-an sampai tahun 1990-an dunia fotografi terus mengalami perkembangan dan perubahan hingga puncak dari perubahan dunia fotografi di Lumajang yaitu mulai tahun 2000-an, dimana dunia fotografi pada era ini mulai mengalami perubahan dari beberapa aspek yang saling terkait dan seluruh hal yang berhubungan dengan dunia fotografi, perubahan yang paling mencolok adalah dunia fotografi pada tahun 2011 hingga 2012 yaitu bahwa fotografi bukan hanya tentang kamera pocket digital seperti yang dimiliki oleh tukang foto, akan tetapi pada era ini teknologi canggih yang semakin berkembang yaitu handphone (Soha, 2. Juga masuk ke dalam dunia fotografi sebagai dampak dari perkembangan teknologi yang ada. JURNAL KOMUNIKASI DIGITAL - DIGICATION Adanya teknologi telepon genggam ataupun seluler pertama kali dikenalkan di Indonesia pada tahun 1985, akan tetapi mulai beoperasi pada Ponsel android pertama di Indonesia yaitu HTC Magic yang dirilis pada tahun 2009. Telepon genggam yang terdapat fitur kamera sangat booming pada awal diperkenalkan lensa yang sudah terintegrasi dengan telepon genggam (Art, 2. Dengan adanya telepon genggam yang dilengkapi dengan fitur kamera inilah, yang kemudian dapat menjadi puncak dari adanya perubahan sosial yang terjadi pada masyarakat Lumajang di dunia fotografi. Dimana masyarakat yang awalnya sangat gemar untuk berfoto di studio dengan menggunakan kamera DSLR kemudian telah berubah menggunakan telepon genggam untuk mendokumentasikan beberapa momen ataupun kegiatan yang mayarakat tersebut lakukan, sehingga dengan demikian perubahan-perubahan sosial pada dunia fotografi semakin tampak mulai dari berubah dibidang ekonomi, sosial, ataupun budaya pada masyarakat Lumajang baik perubahan tersebut terjadi kepada para pelaku bisnis di dunia fotografi ataupun seluruh masyarakat yang terlibat dalam dunia fotogafi yang ada di wilayah Lumajang. SIMPULAN Di Lumajang latar belakang keberadaan tukang foto serta mulai terjadinya perubahan di dunia fotografi mulai ada setelah berdirinya Hwa Fong studio foto sebagai cikal bakal dari lahirnya dunia fotografi di Kabupaten Lumajang. Dengan demikian perubahan sosial pada masyarakat Lumajang di dunia fotografi mulai terjadi baik kepada para pelaku bisnis di dunia fotografi dan seluruh lapisan masyarakat Lumajang yang menjadi pelaku atau pelanggan foto di dunia fotografi karena adanya beberapa indikator yang memicu terjadinya perubahan sosial pada masyarakat Lumajang di dunia fotografi diantaranya yaitu karena adanya perubahan kondisi geografis, penemuan baru, maupun kebudayaan yang bersifat material. Seiring dengan terjadinya perubahan sosial pada masyarakat Lumajang di dunia fotografi, maka fotografi di Lumajang terus mengalami perkembangan dan perubahan mulai dari munculnya tren foto keluarga pada saat hari raya idul fitri dengan menggunakan kamera analog maupun DSLR hingga beralih menggunakan handphone sebagai bagian dari kemajuan teknologi yang ada di Lumajang. Diharapkan kepada peneliti - peneliti selanjutnya yang mengambil tema tentang fotografi , untuk melakukan penelitian tentang perkembangan fotografi di Lumajang dengan mencari dan menelusuri lebih jauh tentang para tukang foto yang ada di Lumajang mulai tahun 1950-an hingga 1990-an karena bisa jadi terdapat beberapa tukang foto tahun 90-an yang ternyata belum diketahui oleh penulis. DAFTAR PUSTAKA