HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? Case Study at Governance Institute of Home Affairs Wijonarko1 e-ISSN: 2723-6234 p-ISSN: 2723-6226 Indonesian Journal of Librarianship Vol. 1 No. 1, Juni (2020): pp. 54-65 Dikirim: 21/05/2020; Direvisi: 03/06/2020; Disetujui: 28/06/2020; Publikasi Online: 30/07/2020; Pengutipan Artikel: Wijonarko, W. (2020). HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? Case Study at Governance Institute of Home Affairs. Indonesian Journal of Librarianship 1 (1), pp.54-65. DOI: https://doi.org/10.33701/ijolib.v1i1.1050 Korespondensi Penulis: Email: wnarko2018@gmail.com Afiliasi: Perpustakaan Pascasarjana Institut Pemerintah Dalam Negeri Jatinangor Penerbit Library Department of Governance Institute of Home Affairs (IPDN) Editorial Office Jalan Ir. Soekarno KM 20 Jatinangor, Kab. Sumedang, Jawa, Barat, Indonesia (45363) Website: http://ejournal.ipdn.ac.id/ijolib e-Mail: perpustakaan@ipdn.ac.id, ijolib@ipdn.ac.id © Wijonarko This work is licensed under the Creative Commons Attribution Non Commercial Share Alike 4.0 International License 1 Pustakawan Madya, Perpustakaan Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jl. Ir. Soekarno KM 20 Jatinangor, Kab. Sumedang, Prov. Jawa Barat (45363) 54 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP Abstract Problem Statement: One of the problems in this research is the lack of interest of readers in reading printed books and prefers to use internet media in search of information. Besides that, technology-based facilities are still not fully provided in libraries and limited human resources in libraries as a challenge for librarians. Librarian attitude and ability is needed to attract readers' interest in utilizing media provided by the library. Purpose: The purpose of this study is to investigate efforts to improve the professionalism of university librarians in dealing with users in Era Society 5.0 in order to improve the quality of library services as a means of developing knowledge and increase the interest of users in the use of library facilities. Methods: The research method used is descriptive method which describes the phenomena that occur and explains the criteria of professional librarians in the era of society. Result: The interest of users in the Jatinangor IPDN library environment in using the internet to search for information is higher than reading books in the library. Yet according to the results of the questionnaire also showed that 100% of respondents as a library stated the importance of the existence of the library. Conclusion: In an effort to increase the professionalism of librarians in the era of society 5.0, it is necessary to develop the soft skills of librarians. Soft skills that must be possessed by librarians include listening skills, communications skills, and public relations skills. Librarians should deepen and understand the marketing profession in an effort to attract the interest of users. Keywords: Librarian, Era Society 5.0, Soft Skill Abstrak Permasalahan: Salah satu permasalahan dalam penelitian ini yaitu kurangnya minat pemustaka dalam membaca buku cetak dan lebih memilih menggunakan media internet dalam pencarian informasi. Disamping itu fasilitas yang berbasis teknologi masih belum sepenuhnya disediakan di perpustakaan dan keterbatasan sumber daya manusia di perpustakaan sebagai tantangan pustakawan. Sikap dan kemampuan pustakawan dibutuhkan untuk menarik minat baca pemustaka dalam memanfaatkan media yang disediakan perpustakaan. Tujuan: Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan perguruan tinggi dalam menghadapi pemustaka di Era Society 5.0 guna meningkatkan kualitas layanan perpustakaan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan minat pemustaka dalam penggunaan fasilitas perpustakaan. Metode: Metode penelitian yang digunakan yaitu metode deskriptif dimana memaparkan fenomena yang terjadi dan menjelaskan kriteria pustakawan profesional di era society. Hasil: Minat pemustaka di lingkungan perpustakaan IPDN Jatinangor dalam penggunaan internet untuk pencarian informasi lebih tinggi daripada membaca buku di perpustakaan. Padahal menurut hasil kuesioner pun menunjukkan bahwa 100% responden sebagai pemustaka menyatakan pentingnya keberadaan perpustakaan. Kesimpulan: Dalam upaya meningkatkan profesionalisme pustakawan di era society 5.0 saat ini diperlukan pengembangan soft skill pustakawan. Soft skill yang harus dimiliki pustakawan meliputi listening skills, communications skills, dan public relation skills. Pustakawan seharusnya lebih mendalami dan mengerti profesi marketing dalam upaya menarik minat pemustaka. Kata kunci: Pustakawan, Era Society 5.0, Soft Skill. I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Keberhasilan perkembangan ilmu pengetahuan melewati beberapa fase yang berkaitan dengan seluruh kalangan masyarakat dari masa ke masa. Perubahan zaman dari masa ke masa menghasilkan berbagai perkembangan ilmu pengetahuan. Era 55 HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? revolusi industri 1.0 dengan ditemukannya mesin uap sebagai peralatan pengganti tenaga manusia dan hewan, sedangkan era revolusi industri 2.0 ditandai dengan ditemukannya tenaga listrik yang mempermudah produksi suatu barang. Era revolusi industri 3.0 ditandai berkurangnya peranan manusia dengan ditemukannya komputer dan robot sehingga dalam menjalankan produksi dapat digantikan oleh sistem komputer dan robot. Era revolusi 4.0 (era teknologi informasi) mengalami perkembangan pengetahuan teknologi siber (internet) yang digabungkan dengan teknologi otomatisasi yaitu komputer. Era yang saat ini sedang berkembang adalah era revolusi 5.0 yang disebut juga dengan era society 5.0 dimana tidak berbeda jauh dengan era revolusi industri 4.0 yang diartikan sebagai konsep bermasyarakat yang berbasis teknologi sehingga manusia lebih dipermudah dengan adanya teknologi berbasis IT yaitu internet dalam kehidupan seharihari baik dalam mendapatkan informasi maupun fasilitas yang disediakan dalam pemuas kebutuhan hidup. Era revolusi 4.0 disebut juga dengan era digital 4.0 berkembang sebelum munculnya era revolusi 5.0. yaitu era society 5.0. Artikel online yang diterbitkan pada 11 Februari 2019 dalam kolom pakar UGM oleh Prof. Dr. Aried Budiman menerangkan bahwa pada tanggal 21 Januari 2019 kantor PM Jepang meluncurkan roadmap yang lebih humanis yang dikenal dengan super-smart society atau society 5.0. Society 5.0 diartikan tatanan masyarakat yang berpusat pada manusia dan berbasis teknologi. Melalui society 5.0 kecerdasan buatan memperhatikan pada pandangan kemanusiaan yang akan merubah jutaan data yang telah dikumpulkan melalui internet pada segala bidang dalam kehidupan (UGM, 2019). Perubahan ini akan membantu manusia untuk menjalankan kehidupan yang lebih bermakna. Dimana manusia dalam hal ini tidak hanya sebagai objek akan tetapi sebagai subjek yang bekerja bersama sistem fisik dalam mencapai tujuan. Buku merupakan sumber ilmu pengetahuan yang paling utama yang dirasakan masyarakat pada masanya. Perubahan era revolusi hingga saat ini merubah pandangan buku menjadi bukanlah satu-satunya sumber ilmu pengetahuan. Diawali dengan adanya komputer hingga teknologi siber atau internet sehingga masyarakat pun dapat mendapatkan informasi yang diinginkan. Teknologi pun terus berkembang hingga masyarakat saat ini dipermudah dengan adanya handphone sebagai alat komunikasi yang dapat digunakan untuk mencari sumber ilmu dan informasi. Dunia pendidikan formal merupakan salah satu pendorong perkembangan ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan buku masih menjadi informasi utama sebagai rujukan penelitian yang merupakan sumber terpercaya dan sudah tervalidasi. Sarana utama yang menjadikan pengembangan ilmu pengetahuan di pendidikan formal adalah perpustakaan. Perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun media lainnya yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap penggunaannya (Ibrahim, 2015). Dengan kemudahan yang ditawarkan di era society 5.0 membuat masyarakat lebih memilih mencari informasi melalui internet yang lebih efisien. Perpustakaan di era industri 4.0 sudah mengalami banyak perubahan yang menyediakan fasilitas yang berbasis teknologi komputer seperti file-file dalam bentuk DVD, audio pengetahuan, e-book, e-journal, elearning, dan lainnya. Sejalan dengan pengembangan di era society 5.0 dibutuhkan kreativitas pustakawan agar minat baca masyarakat tidak berkurang. Pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/atau pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan (PPID, 2007). Permasalahan. Fenomena yang terjadi di wilayah perpustakaan IPDN Jatinangor Sumedang menunjukkan pemustaka memiliki minat lebih tinggi dalam mengakses informasi melalui internet dibandingkan untuk mencari informasi dengan membaca buku. Media buku hanya digunakan untuk mengerjakan tugas formal yang memang menjadi 56 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP tuntutan dalam mendapatkan nilai dan yang telah dianjurkan oleh pengajar. Tantangan bagi pustakawan untuk menyusun strategi dalam peningkatan minat baca dikalangan masyarakat khususnya masyarakat usia muda kategori pelajar dan mahasiswa. Pesaing yang menjadi tantangan pustakawan saat ini adalah aplikasi-aplikasi yang digemari oleh masyarakat usia muda yang lebih menarik dibandingkan berkunjung ke perpustakaan ataupun mengakses secara online fasilitas e-library. Namun, keterbatasan fasilitas berbasis teknologi faktanya masih belum dilengkapi sepenuhnya oleh perpustakaan IPDN Jatinangor. Sehingga dalam upaya meningkatkan dan memenuhi fasilitas perpustakaan dibutuhkan kreatifitas pustakawan dalam menarik minat pemustaka. Tantangan pustakawan tidak hanya meningkatkan minat pemustaka dan penyesuaian fasilitas di era society 5.0, akan tetapi keterbatasan personel perpustakaan dalam melakukan pelayanan sehingga pemustaka harus benar-benar mengatur sumber daya manusia yang dimiliki dan fasilitas untuk mengimbangi kebiasaan dan keinginan pemustaka di era society 5.0 saat ini. Kajian Literatur Terdahulu. Menurut Tawwaf dalam penelitiannya menemukan bahwa untuk menghadapi era globalisasi yang disebut juga dengan era digital pustakawan dituntut untuk memiliki kompetensi yang bersifat profesional dan personal (Tawwaf, 2018). Menurut Rhoni Rodi dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa pustakawan akademik memiliki peran sangat penting di era digital saat ini, pustakawan harus memiliki kreativitas dan inovasi yang dapat dilakukan dengan meningkatkan pengalaman (Rodin, 2017). Dalam penelitian oleh Tiara menyimpulkan bahwa dasar dari profesionalisme adalah kompetensi dimana kemampuan, kreativitas, ide dan usaha pustakawan merupakan salah satu keberhasilan sebuah perpustakaan (Safitri, 2017). Menurut Sungadi menyimpulkan bahwa pada era internet pustakawan sebagai aktor perpustakaan perlu mengupdate pengetahuan dan kompetensinya, kompetensi pustakawan perlu ditingkatkan melalui pendidikan nonformal (Sungadi, 2017). Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Nur Rochmah menunjukkan bahwa soft skill staff perpustakaan berpengaruh terhadap pelayanan prima di perpustakaan FISIPOL UGM (Rochmah, 2016). Untuk menjadikan pustakawan ini eksis, harus memiliki keterampilan mendengarkan, kemampuan menerima informasi dengan baik, menjaga hubungan masyarakat, kemampuan menjaga hubungan sosial, menjaga hubungan interpersonal, menjaga hubungan kemampuan mengatur waktu dengan baik, dan membangun komunikasi dengan siapa pun yang kesemuanya itu tergolong pada jajaran soft skill (Suwarno, 2015) . Pernyataan Kebaruan Ilmiah (State of The Art). Berdasarkan peneliti terdahulu dan fenomena yang terjadi dalam menghadapi tantangan di era society 5.0, keberhasilan pustakawan dipengaruhi oleh kemampuan yang dimilikinya. Penelitian ini berbeda dengan beberapa penelitian sebelumnya karena karakteristik masyarakat sebagai pemustaka berada di wilayah Jatinangor dan kawasan pendidikan. Dan cara pandang pustakawan dalam penyesuaian peraturan yang diberlakukan pada suatu institusi negeri dalam pengawasan pemerintah pastinya berbeda sehingga kemampuan softs skill pustakawan sangat perlu dikembangkan demi tercapainya sasaran dalam pelayanan perpustakaan. Tujuan. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana upaya untuk meningkatkan profesionalisme pustakawan perguruan tinggi dalam menghadapi pemustaka di Era Society 5.0 guna meningkatkan kualitas layanan perpustakaan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan dan meningkatkan minat pemustaka dalam penggunaan fasilitas perpustakaan. 57 HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? II. METODE Metode penelitian menurut Sugiyono menyatakan bahwa cara ilmiah yang digunakan untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan menemukan, mengembangkan, dan membuktikan suatu pengetahuan tertentu sehingga dapat dipergunakan untuk memahami, menyelesaikan dan mengantisipasi permasalahan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian secara deskriptif, metode deskriptif ialah suatu rumusan masalah yang berhubungan dengan pertanyaan terhadap adanya variabel mandiri maupun independen (Sugiyono, 2013). Objek dalam penelitian ini adalah pemustaka, perpustakaan dan pustakawan di perpustakaan IPDN Jatinangor Sumedang. Data yang diperlukan adalah data primer yang merupakan hasil kuesioner yang disebarkan penulis kepada pemustaka dan data sekunder mengenai pelayanan perpustakaan IPDN Jatinangor Sumedang. Penulis memaparkan karakteristik pemustaka perpustakaan IPDN Jatinangor di era society 5.0 yang berpengaruh terhadap kebiasaan dalam mencari sumber informasi dan bagaimana pengaruh terhadap perpustakaan di era society 5.0 sehingga bagaimana peranan pustakawan untuk menghadapi tantangan di era society 5.0. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Era Society 5.0. Hasil penelitian menunjukkan dari 62 responden hanya sebesar 83,9% pemustaka yang secara berkala menggunakan layanan perpustakaan dan 16,1% menyatakan tidak secara berkala dalam penggunaan layanan perpustakaan Institut Pemerintah Dalam Negeri Jatinangor. Pemustaka memiliki minat yang lebih tinggi dalam penggunaan internet dalam pencarian informasi dibandingkan dengan membaca buku atau pun menanyakan langsung informasi kepada narasumber. Hal tersebut ditunjukkan dalam hasil penelitian sebagai berikut: Grafik 1. Minat Pemustaka Perpustakaan IPDN Jatinangor Sumedang dalam Kegiatan Mencari Informasi 43,50% membaca buku 27,40% menggunakan smartphone 14,50% bertanya langsung pada narasumber 62,90% mencari tahu informasi melalui internat meminjam buku 1,60% menggunakan wifi 1,60% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% Jumlah Pemustaka Sumber: Data Hasil Kuisioner, 2020 Berdasarkan Grafik 1. Menunjukkan bahwa 43,5 % pemustaka yang memiliki minat membaca buku dalam mendapatkan informasi, sedangkan 27,4% pemustaka menggunakan smartphone dalam kegiatan melakukan pencarian informasi. Pentingnya 58 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP mendapatkan informasi kepada narasumber tidak menjadi minat pemustaka dalam pencarian informasi yang menunjukkan hanya sebesar 14,15%. Dan dalam hasil kuesioner menunjukkan minat tertinggi pemustaka dalam pencarian informasi adalah melalui internet yaitu sebesar 62.9%. Sedangkan dalam meminjam buku dan menggunakan wi-fi yang merupakan sarana penggunaan internet sebesar hanya 1%. Dari hasil kuisioner ini menunjukkan minat penggunaan internet dalam pencarian informasi lebih tinggi daripada membaca buku di perpustakaan. Padahal menurut hasil kuesioner pun menunjukkan bahwa 100% responden sebagai pemustaka menyatakan pentingnya keberadaan perpustakaan. Perpustakaan di Era Society 5.0. Menurut Bafadal perpustakaan adalah suatu unit kerja dari suatu badan atau lembaga tertentu yang mengelola bahan-bahan pustaka, baik berupa buku-buku maupun bukan berupa buku yang diatur secara sistematis menurut aturan tertentu sehingga dapat digunakan sebagai sumber informasi oleh setiap penggunaannya (Ibrahim, 2015). Dalam artikel yang ditulis oleh Romi Februyanto S menyatakan bahwa perpustakaan ideal adalah perpustakaan yang mampu memberdayakan masyarakat, yang menjadi pusat kegiatan masyarakat dan perpustakaan yang mampu membangkitkan potensi membaca masyarakat. Menurut artikel yang diterbitkan perpustakaan nasional oleh Dedi peran perpustakaan dalam era yang penuh ketidakpastian antara lain: a. Layanan perpustakaan harus bertransformasi dengan basis inklusi sosial sehingga perpustakaan menjadi tempat pembelajaran seumur hidup, b. Perpustakaan harus berfungsi sebagai katalisator perubahan budaya masyarakat, c. Perpustakaan harus berfungsi sebagai agen perubahan sosial dimana menjadi ruang semua kalangan masyarakat, pola pikir dan artikulasi kepentingan dan dialog yang tanpa batas, d. Perpustakaan harus dapat membangun ekosistem pengetahuan dan literasi masyarakat dimana sebagai jembatan informasi dan kimunikasi seluruh masyarakat dan institusi yang berkempentingan pengembangan ilmu pengetahuan, dan e. Perpustakaan harus mampu melakukan mobilisasi pengetahuan termasuk mengemas ulang informasi dimana dapat memberikan saran kepada pengambilan masukan di kalangan masyarakat. (Junaedi, 2018) Perubahan era industri 4.0 menjadi era society 5.0 memiliki pengaruh terhadap pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan erat dengan dunia pendidikan. Perpustakaan merupakan salah satu fasilitas yang berkaitan erat dengan institusi pendidikan yang tentunya berpengaruh dan merupakan sarana informasi ilmu pengetahuan. Pengembangan perpustakaan agar menjadi ideal sangat perlu dilakukan dalam menghadapi perkembangan di era society 5.0. Pada era society 5.0 perpustakaan dituntut untuk menyeimbangkan ketersediaan pelayanan fisik dan pelayanan melalui sistem teknologi internet yang dilakukan oleh pustakawan beserta pengelola perpustakaan dalam penyediaan layanan informasi kepada pemustaka. Pengembangan sumber daya manusia, fasilitas yang disediakan hingga bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan diharuskan melakukan penyesuaian sesuai dengan kebutuhan perpustakaan di era society 5.0. Pelayanan perpustakaan era society 5.0 dituntut untuk lebih efektif dan efisien bagi pemustaka sehingga ketertarikan untuk menggunakan fasilitas perpustakaan dapat terjaga. Menjadi sarana rekreasi adalah salah satu cara agar ketertarikan masyarakat sebagai pemustaka bertambah. Bukan hanya penampilan gedung secara fisik yang perlu di perhatikan, dengan adanya e-library perpustakaan pun harus memberikan layanan visual sebaik mungkin bagi pemustaka. Perpustakaan Institut Pemerintaha Dalam Negeri berada dikawasan kampus Institut IPDN sendiri, pemustaka perpustakaan IPDN adalah masyarakat pada umumnya, praja, 59 HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? dosen dan staff lainnya dilingkungan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor. Pelayanan perpustakaan IPDN Jatinangor masih di dominasi melalui tatap muka langsung dari pada menggunakan media online yang sebenarnya saat ini perlu dipergunakan secara maksimal. Namun, dalam menghadapi tantangan era society 5.0 perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri masih dalam tahap perencanaan dan pengembangan. Perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri telah memiliki fasilitas sebagai berikut: 1. E-library, E-library yang dimiliki perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri masih sangat sederhana, pemustaka hanya dapat melihat katalog bahan pustaka yang tersedia di perpustakaan. Dalam menghadapi tantangan di era society saat ini keanekaragaman layanan yang disediakan seharusnya dapat dikelola dengan baik oleh pustakawan. Aktifitas perpustakaan online seharusnya dapat berjalan aktif dan terus diperbaharui oleh staf perpustakaan sehingga pelayanan dapat maksimal dilakukan dimanapun pemustaka ingin mengakses bahan pustaka. 2. E-book, E-book adalah salah satu fasilitas yang telah tersedia di perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Buku-buku online yang disediakan perpustakaan belum mengalami pembaharuan sehingga pemustaka tetap harus datang langsung ke perpustakaan jika membutuhkan informasi atau buku secara lengkap. Kategori yang tersedia pun belum terlalu banyak sehingga e-book yang disediakan perpustakaan tidak dapat memenuhi ketersediaan yang ideal untuk perpustakaan online. Kerjasama pustakawan dengan pihak lain dalam penyelenggaraan e-book seharusnya dapat dilakukan secara berkala sehingga pemenuhan permintaan informasi melalui media online bagi pemustaka dapat dilakukan secara berkala. 3. E-journal, Jurnal online yang disediakan oleh perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri merupakan situs jurnal dari pihak lain yang dapat diakses oleh pemustaka dengan user id yang harus tersedia. Ketersediaan situs jurnal online secara gratis belum dimilki oleh pihak perpustakaan IPDN. Pustakawan dan pihak yang terkait perpustakaan saat ini sedang mengusahakan untuk dapat membuat jurnal sendiri sehingga dapat diakses secara gratis bagi peneliti sebagai bahan referensi. 4. E-Magazine atau E-bulletin, dan E-bulletin merupakan berita tentang suatu topik tertentu yang disediakan oleh perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Topik yang disediakan perpustakaan belum bervariasi.Tema tentang pemerintahaan masih menjadi focus utama penyediaan bulletin maupun majalah di situs online perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Penyediaan bulletin atau pun majalah secara bervariasi harus dilakukan perpustakaan sehingga fungsi perpustakaan sebagai sarana rekreasi dapat dijalankan. Buletin dalam bidang astronomi, ilmu kesehatan sederhana, tentang sejarah suatu wilayah bias menjadi referensi penambahan kategori majalah yang dapat dipublikasi oleh perpustakaan. 5. Katalog Laporan akhir online Laporan akhir yang di sediakan perpustakaan IPDN merupakan laporan akhir seluruh praja yang telah menyelesaikan kewajiban akhir sehingga dinyatakan lulu. Laporan akhir online hanya dapat diakses di lingkungan kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri melalui jaringan lokal dengan alamat http://elib.ipdn.ac.id/la Di era society 5.0 saat ini sebaiknya laporan akhir dapat diakses dimana pun berada dengan berbagai syarat ketentuan agar publikasi yang telah dilakukan dengan mudah di akses dan tidak disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. 60 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP Memang saat ini seluruh fasilitas media online di perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri sedang dalam perencanaan. Sehingga peran strategis pustakawan dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengembangan perpustakaan sangatlah penting demi tercapainya tujuan dan target pencapaian dalam pelayanan di era society 5.0. Pustakawan di Era Society 5.0. Dalam jurnal oleh Riandy mengatakan bahwa pustakawan adalah profesi yang memerlukan kriteria tertentu berkaitan dengan bidang tugas yang akan dikerjakan (Siregar, 2015). Berdasarkan artikel online oleh Tri Hardiningtyas mengatakan bahwa keterampilan yang harus dimiliki seseorang yang berprofesi sebagai pustakawan yaitu : a. Pustakawan memiliki perubahan secara cepat yang menyesuaikan keadaan yang menantang b. Pustakawan harus memiliki ahli berkomunikasi baik melalui lisan maupun tertulis kepada pemustaka c. Pustakawan harus memiliki pikiran yang positif d. Pustakawan harus memiliki nilai tambah yang bukan hanya ahli dalam mengklasifikasi koleksi perpustakaan e. Pustakawan sudah selayaknya memiliki pemikiran kewirausahaan Dimana mengemas informasi agar dapat dijual kepada pemustaka f. Pustakawan dituntut untuk bekerjasama dengan bidang profesi lain mengingat informasi yang berkembang sangat pesat saat ini. (Hardiningtyas, 2016) . Menurut Berthal soft skills diartikan sebagai perilaku personal dan interpersonal yang mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (Muqowin, 2012). Secara umum soft skills diartikan sebagai kemampuan di luar kemampuan teknis dan akademis, yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal (Prastiwi, 2011)). Dalam mewujudkan pengembangan ilmu pengetahuan di era society 5.0 diperlukan peranan pustakawan. Perlunya pengembangan soft skill bagi pustakawan pun didukung oleh pernyataan Endang yang menyatakan bahwa pustakawan seharusnya memperkaya diri masing-masing dengan soft skill agar lebih profesional di bidang perpustakaan (Fatmawati, 2007). Sehingga sangat penting keahlian soft skill pustakawan untuk melayani pemustaka dalam menghadapi tantangan perkembangan zaman di era society 5.0. Untuk menghadapi era society 5.0 dan meningkatkan profesionalisme pustakawan Institut Pemerintahan Dalam Negeri di Jatinangor, diperlukan pengembangan soft skill bagi masing-masing pustakawan. Soft skill (Suwarno, 2013) adalah upaya untuk meningkatkan profesionalime pustakawan meliputi : 1. Listening skills Kemampuan dalam menerima pendapat, saran, dan ide – ide dari pemustaka. Berbagai karakter pemustaka perlu dihadapi dengan bijak oleh pustakawan. Kemampuan personal skill dalam hal ini sangat dibutuhkan dalam mengatur diri sendiri dalam menghadapi karakter pemustaka yang kurang baik. Kemampuan sebagai pendengar dimana pustakawan mendengarkan dan menerima masukan, kritik, saran dan ide dari pemustaka. Sarana perpustakaan di era society 5.0 bukan hanya media fisik seperti gedung perpustakaan yang digunakan oleh pemustaka akan tetapi melalui situt e-library yang dimiliki sebuah institusi pendidikan. Saran, kritik, dan ide-ide dapat disampaikan pemustaka melalui berkomunikasi langsung dengan petugas pelayanan perpustakaan atau media tanpa tatap muka (e-library). Pustakawan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor saat ini telah menyediakan kotak kritik dan saran dalam upaya meningkatkan pelayanan dan kepuasan pemustaka. Namun agar pelayanan lebih maksimal di era society 5.0 saat ini penyediaan fasilitas kegiatan operasional melalui internet menjadi suatu keharusan. Dalam penerimaan saran dan kritik secara online melalui pesan dalam program perencanaan digital library sangat 61 HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? dibutuhkan. Kemampuan pustakawan sebagai pendengar seharusnya dapat dilakukan melalui pesan singkat dalam fasilitas digital library yang pastinya dapat dilihat setiap saat oleh pustakawan dan dapat menjadi bahan perkembangan perpustakaan secara berkesinambungan. 2. Communication skills Kemampuan pustakawan secara baik, efektif, ramah dan menyenangkan dalam berkomunikasi dan menjaga hubungan baik dengan pemustaka. Sehingga pustakawan dituntut memiliki pengetahuan yang luas, cara penyampaian informasi yang mudah dimengerti dan memberikan arahan yang tepat kepada pemustaka. Kemampuan pustakawan dalam menjalin komunikasi yang baik secara berkelanjutan dengan pemustaka. Dalam upaya peningkatan fasilitas yang disediakan perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor, pustakawan bukan hanya menjadi pendengar. Penyebaran kuesioner dalam upaya komunikasi secara tertulis untuk melakukan perubahan dan perbaikan layanan pun telah dilakukan sehingga dapat ditindaklanjuti sesuai prosedur. Koordinasi pustakawan dalam melakukan pelayanan ini dibutuhkan agar semua kegiatan dapat tercapai. Kemampuan pengembangan ilmu pengetahuan diyakini dapat menghindari miss communication antara pustakawan dengan pemustaka. Persamaan persepsi dan pandangan saat berkomunikasi dapat membuat pustakawan mengerti keinginan pemustaka dan pemustaka akan merasa puas mendapatkan layanan perpustakaan. Perkembangan cara komunikasi pustakawan Institut Pemerintahan Dalam Negeri di era society 5.0 perlu dilakukan secara berkelanjutan hingga dapat selaras dengan ilmu pengetahuan yang terus berkembang terus-menerus. Penyediaan fasilitas berbasis internet dan pengetahuan perpustakaan dalam penggunaan fasilitas ini adalah upaya pustakawan mengimbangi kebutuhan pemustaka di era society yang dapat diakses kapan pun. Sehingga communication skills harus diikuti dengan penguasaan ilmu pengetahuan di era society 5.0 saat ini. Dalam pengembangan ilmu pengetahuan pustakawan Institut Pemerintahan Dalam Negeri. 3. Public relation skill Kemampuan pustakawan dalam membangun jalinan kerja sama atau relasi dengan pemustaka, institusi, organisasi lainnya (penyedia bahan pustaka) dalam upaya meningkatkan kemampuan dan kualitas layanan perpustakaan serta penunjang kegiatan operasional perpustakaan. Kemampuan pustakawan dalam menjalin hubungan kerja sama dengan pemustaka, tenaga pendidik, institusi yang berkaitan dan organisasi lainnya dalam penunjang kegiatan operasional serta upaya peningkatan layanan perpustakaan dan peningkatan kemampuan pustakawan. Kolaborasi listening skills dan communication skills dapat menghasilkan public relation skill yang baik. Kemampuan menjalin hubungan kerja sama antara pemustaka, tenaga pendidik, institusi yang berkaitan dan organisasi lainnya (penerbit buku atau pemenang vendor penyedia bahan pustaka) tidak dapat disamakan, masing-masing memiliki cara yang berbeda. Pustakawan Institut Pemerintahan Dalam Negeri telah menjalin kerja sama dengan tenaga pendidik (dosen) di kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri, penerbit sebagai penyedia bahan pustaka dan Pemerintah selaku penyusun kebijakan di bidang perpustakaan. Dalam menjalin hubungan bersama pemustaka, pustakawan lebih mengedepankan bagaimana cara meningkatkan layanan dan perkembangan bahan pustaka penunjang kegiatan belajar mengajar di wilayah kampus sampai suatu tujuan perpustakaan sebagai tempat rekreasi dapat terpenuhi. Menjalin kerja sama dengan tenaga pendidik telah dilakukan pustakawan Institut Pemerintahan Dalam Negeri Jatinangor. Pustakawan menerima masukan mengenai bahan pustaka yang dibutuhkan sebagai referensi bahan ajar bagi tenaga pendidik dan 62 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP pemustaka sebagai terdidik. Di era society 5.0 penggunaan media internet dapat mempermudah diskusi dalam menentukan bahan pustaka yang dibutuhkan. Pustakawan dan tenaga pengajar tidak perlu saling menyesuaikan waktu untuk bertatap muka dalam proses diskusi. Diskusi dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun sehingga waktu dapat lebih efisien. Institusi lain yang berpengaruh kepada kegiatan operasional perpustakaan salah satunya adalah Perpustakaan Nasional maupun Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan. Merupakan keharusan pustakawan bekerja sama dengan institusi pusat dalam bidang perpustakaan, kerja sama dijalin dalam upaya mengikuti aturan yang berlaku di Indonesia, mendapatkan petunjuk perkembangan perpustakaan dan juga menambah wawasan bagi pustakawan atas kebijakan yang diterapkan sehingga pustakawan lebih terarah dan tepat sasaran dalam menghadapi tantangan di era society 5.0 saat ini. Penerbit buku ataupun vendor pengadaan bahan pustaka akan selalu berkaitan erat dengan perpustakaan. Pustakawan Institut Pemerintahan Dalam Negeri telah menjalin kerja sama dengan penerbit atau vendor pengadaan bahan pustaka sehingga kebutuhan bahan pustaka perpustakaan dapat terpenuhi. Pustakwan Institut Pemerintahan pun telah menjalankan prosedur dalam permintaan dan penerimaan bahan pustaka yang telah diserahkan oleh penerbit. Dan penerbit buku maupun vendor pengadaan bahan pustaka dapat merekomendasikan buku-buku terbaik yang diperlukan sesuai dengan bidang ilmu yang dibutuhkan di perpustakaan. Sehingga mempermudah pustakawan dalam menjalankan kegiatan operasional perpustakaan. Bukan hanya buku-buku fisik, pustakawan di era society pun harus mencari dan berkerjasama pada pengelola bahan pustaka e-book, e-magazine, ataupun e-bulletin yang dapat mempermudah pemustaka mengakses informasi. Public relation skill pustakawan berpengaruh terhadap perkembangan perpustakaan sebagaimana ilmu pengetahuan yang terus berkembang sehingga perlunya pustakawan mendapat masukan baik dari pemustaka, tenaga pendidik, institusi pusat di bidang perpustakaan serta penyedia bahan pustaka. Kerjasama ini pun akan lebih mudah jika sudah difasilitasi media online sebagai salah satu alat kerjasama sehingga dapat dilakukan dengan cepat dan efisien. Diskusi Temuan Utama Penelitian. Dalam penelitian ini penulis mendeskripsikan hasil temuan, memaparkan keadaan perpustakaan dan peran strategis pustakawan di era society 5.0. Fenonema yang ditemukan di lingkungan perpustakaan Institut Pemerintahan Dalam Negeri bahwa seluruh responden mengatakan bahwa perpustakaan merupakan fasilitas yang penting. Namun pada kenyataannya penggunaan perpustakaan masih sangat kurang, sebagian besar responden sebagai pemustaka lebih memilih media internet sebagai fasilitas untuk mencari informasi. Pada umumnya memang karakteristik masyarakat di era society merupakan masyarakat yang memenuhi kebutuhan hidupnya dengan menggunakan internet termasuk mencari informasi. Kesuksesan ditentukan sebesar 80% dari soft skill seseorang (Purwoastuti & Walyani, 2015). Maka peran strategis profesionalisme masing-masing pustakawan dalam pengembangan perpustakaan sangat penting agar layanan perpustakaan dapat disesuaikan dengan karakteristik masyarakat di era society 5.0 sebagai pemustaka dapat terpenuhi. 63 HOW TO IMPROVE LIBRARIANS PROFESSIONALITY IN ERA OF SOCIETY 5.0? IV. KESIMPULAN Berdasarkan fenomena dan hasil analisis penulis menyimpulkan bahwa dalam menghadapi tantangan di era society 5.0 dan meningkatkan profesionalisme diperlukan pengembangan soft skill pustakawan. Soft skill yang harus dimiliki pustakawan meliputi listening skills, communications skills, dan public relation skills. Dalam mewujudkan peningkatan minat pemustaka dalam menggunakan fasilitas perpustakaan di era society 5.0. Kemampuan pustakawan harus berimbang dengan pemahaman karakter masyarakat di era society 5.0 saat ini. Pustakawan seharusnya lebih mendalami dan mengerti profesi marketing dalam upaya menarik minat pemustaka. Pustakawan pun harus menguasai teknologi berbasis internet, mengerti akan fasilitas yang disediakan perpustakaan berbasis online. Pustakawan dituntut lebih mahir dan pintar daripada pemustaka agar semua kegiatan operasional perpustakaan dapat berjalan semaksimal mungkin. Diskusi Keterbatasan Penelitian. Keterbatasan penelitian yang dilakukan oleh penulis diantaranya mengenai jumlah responden yang terbatas sehingga hanya dapat mewakilkan sebagian karakteristik pemustaka di era society 5.0. Komunikasi yang dilakukan dengan responden pun mengalami keterbatasan sehingga sumber informasi yang diberikan kurang terperinci dan mendalam. Responden yang identik mengalami kemiripan dipengaruhi oleh lokasi pemustaka yang memang berada di satu wilayah. Sedangkan pada umumnya pemustaka Institut Pemerintahan Dalam Negeri merupaan masyarakat di wilayah kampus Institut Pemerintahan Dalam Negeri. Jangkauan pemustaka ini mengalami keterbatasan sehingga hanya dapat dilakukan di wilayah kampus Institut Pemerntahan Dalam Negeri melalui media online. Analisis sebaiknya menyebarkan kuesioner lebih banyak sehingga dalam pelaksanaan penelitian dapat lebih bervariasi dan berbagai tingkatan dengan kebutuhan yang sama. Diskusi Arah Masa Depan Penelitian. Perubahan karakteristik masyarakat sebagai pemustaka di era society 5.0 menjadi tantangan bagi pustakawan. Perubahan peran profesionalisme pustakawan dalam peningkatan kemampuan mendengar, berkomunikasi dan menjalin hubungan melalui media online menjadi sebuah keharusan. Penelitian ini merupakan dasar informasi sebagaimana peran pustakawan yang akan terus berkembang mengikuti perkembangan persepsi, kebutuhan pemustaka dan perkembangan teknologi dalam proses pelayanan sebagai aktivitas pengembangan ilmu pengetahuan yang akan terus berubah secara berkelanjutan. Sehingga diharapkan peneliti ini dapat dilanjutkan dalam upaya pengembangan perpustakaan dalam menghadapi persaingan sarana pencarian informasi di dunia pendidikan pada khususnya dan meningkatkan minat penggunaan perpustakaan oleh masyarakat pada umumnya. V. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih kepada dewan editor Indonesia Journal of Librarianship, mitra bestari, dan seluruh pihak yang telah membantu serta mendukung terlaksananya penelitian ini hingga publikasi. VI. DAFTAR REFERENSI Fatmawati, E. (2007). Soft skil Pustakawan. Buletin Pustakawan, 2(3), 33–38. http://eprints.undip.ac.id/63792/1/Fix-Soft_Skill..._BULETIN_PUSTAKAWAN_Mei__Agust_2007.pdf Hardiningtyas, T. (2016). Peran Pustakawan dalam Pengelolaan Perpustakaan - Sebelas Maret University Library. Librarian Papers. https://library.uns.ac.id/peran-pustakawan-dalampengelolaan-perpustakaan/ Ibrahim, B. (2015). Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. PT. Bumi Aksara. Junaedi, D. (2018). Tantangan Kepustakawanan Di Era Disrupsi (pp. 1–30). Perpurnas. https://press.perpusnas.go.id/ProdukDetail.aspx?id=301 64 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP Muqowin. (2012). Pengembangan Soft Skills Guru. PT. Pustaka Insan Madani. PPID, P. (2007). UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2007 TENTANG PERPUSTAKAAN. November, 2–4. http://ppid.perpusnas.go.id/upload/regulasi/094607UU_No_43_tahun_2007_Tentang_Perpustakaan.pdf Prastiwi, W. Y. (2011). Pengembangan Soft Skill, Hard Skill dan Life Skill Peserta Didik Dalam Menghadapi Era Globalisasi. Infodiknas.Com. http://www.infodiknas.com/030pengembangan-soft-skill-hard-skill-dan-life-skill-peserta-didik-dalam-menghadapi-eraglobalisasi.html Purwoastuti, E., & Walyani, E. S. (2015). Mutu Pelayanan Kesehatan & Kebidanan. PT. Pustaka Baru. Rochmah, N. (2016). Pengaruh Soft Skill Staf Perpustakaan Terhadap Pelayanan Prima di Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Berkala Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 12(2), 144–149. https://doi.org/10.22146/bip.17294 Rodin, R. (2017). Upaya Pustakawan Akademik Menumbuhkan Kreativitas dan Inovasi di Era Digital ( Studi di Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam di Propinsi Bengkulu ). LIBRARIA: Jurnal Ilmu Perpustakaan Dan Informasi, 6(1), 73–95. http://libraria.fpptijateng.or.id/index.php/lib/article/download/8/5 Safitri, T. H. (2017). Pustakawan Profesional di Era Digital. Jurnal Kepustakawanan Dan Masyarakat Membaca, 33(2), 59–66. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkdmm/article/view/JKDMMV33No2%3B059066/pdf Siregar, M. R. A. (2015). Kompetensi yang harus di Miiliki Seorang Pustakawan (Pengelola Perpustaakaan). Jurnal Iqra’, 09(02), 211–222. https://media.neliti.com/media/publications/196919-ID-peran-pustakawan-dalammeningkatkan-laya.pdf Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Alfabeta. Sungadi. (2017). No. 57 Juni 2017 ISSN: 0853-1544. Buletin Perpustakaan, 57, 11–25. https://journal.uii.ac.id/Buletin-Perpustakaan/issue/download/957/69 Suwarno, W. (2013). Mengembangkan Soft Skill Di DUnia Kepustakawanan. In Prosiding Peranan dan Kompetensi Pustakawan FPPTI Jawa Timur (Issue September, pp. 244–262). https://fppti-jatim.or.id/public/wp-content/uploads/2017/07/prosiding2.pdf#page=252 Suwarno, W. (2015). Dekonstruksi Peran Pustakawan. Jurnal Kajian Kepustakawan, 53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004 Tawwaf, M. (2018). Dinamika dan Tantangan Pustakawan di Era Globalisasi. Pustabiblia: Journal of Library and Information Science, 2(2), 229–241. https://doi.org/10.18326/pustabiblia.v2i2.229-241 UGM, H. F. (2019). Kolom pakar: Industri 4.0 vs Society 5.0 – Fakultas Teknik. Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. https://ft.ugm.ac.id/kolom-pakar-industri-4-0-vs-society5-0/ 65