Jurnal Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Vol. 6 No. 2 (Desember 2. : 122-130 ANALISIS PERILAKU PELAJAR TERHADAP LINGKUNGAN STUDI KASUS PENDIDIKAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Student Behavior Analysis of Environmental Case Study in Secondary Education Bogor Regency Barkatina. Lailan Syaufinab. Hari Wijayantoc Program StudiPengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Kampus IPB Dramaga. Bogor 16680 Catiens227@gmail. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Kampus IPB Dramaga. Bogor 16680 Departemen Statistika. FakultasMatematika dan Ilmu dan Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor. Kampus IPB Dramaga. Bogor 16680 Abstract. One of the causes of environmental problem in Indonesia is human factor, especially human behavior. Students as young generation play very important role on the awareness of environmental condition at school. There are several factors that influence the behavior intention towards environmental behavior of students, including the school environment, community environment, family environment, perception, attitude, subjective norm. Behavior intention affects how attitude of students on the This study aimed to . analyze the influence of environmental of school, communities, families, perceptions, attitudes, subjective norm variable to the intention of behavior, . analyze the relationship between the intention of behavior to the behavior of students on the environment and . formulate strategies to be developed in the schools with regard to the environmental life. The research was qualitative and quantitative research. The research methode was survey methode and the research model was descriptive research or explanation. The analysis Structural Equation Modeling (SEM) using software LISREL 8. 8 for behavior The Strengths. Weakness. Opportunities. Treaths (SWOT) analisys used to formulate strategies to be developed in the schools with regard to the environmental life. Research quisionnaire was tested by SPSS 16. 00 for validity and reliability test. The result of validity test quisionnaire product moment showed that family environment variable (LK4. LK5. LK6. LK. variabel was not reliable. The result of Structure Equation Modeling (SEM) analisys showed that the intention of behavior was influenced by subjective norms, perceptions, the school environment, attitude, family environment and community environment. Strengths. Weakness. Opportunities. Treaths (SWOT) analysis showed that Senior High Schools in Sub districts Parung,Ciseeng. Gunung Sindur of Bogor Regency was in cell 5 (Growth/Stabilit. Strategy formulated by the study is introduction of environmental culture school or green school to schools and communities. Keywords: Environmental education. SEM. Student behavior. SWOT (Diterima: 06-04-2016. Disetujui: 23-06-2. Pendahuluan Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat, aktivitas pembangunan yang kurang bijaksana menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, tidak saja merusak sumberdaya alam tetapi juga akibat dari kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya menimbulkan pencemaran lingkungan. Interaksi antara manusia dan lingkungan alam ada sejak adanya manusia di bumi. Apabila interaksi antara manusia dan alam baik maka tidak akan menimbulkan masalah terhadap manusia. Alam menunjang seluruh kehidupan manusia, tetapi jika manusia mengeksplorasi dan mengeksploitasi alam maka timbulah masalah yang merugikan manusia akibat perilaku manusia yang bersifat merusak. Keraf . berpendapat bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional, sebagian besar bersumber dari perilaku manusia. Lewin . 1 dalam Brigham 1. yang dikutip oleh Azwar . merumuskan model hubungan perilaku yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E) yaitu B = f (P,E). Teori tindakan beralasan . heory or reasoned actio. yang dikemukakan oleh Ajzen dan Fishbein . 0 dalam Brehm dan Kassin 1990. Ajzen, 1. yang dikutip oleh Azwar . mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan, dan dampaknya terbatas hanya pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak banyak ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tetapi juga oleh norma-norma subjektif . ubjektive norm. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma Ae norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu. Pelajar merupakan salah satu elemen masyarakat dan kelompok usia remaja yang memiliki sumberdaya potensial dimasa yang akan datang dan nantinya akan doi: 10. 19081/jpsl. JPSL Vol. : 122-130. Desember 2016 terjun dimasyarakat. Siswa merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dan berhadapan dengan orang lain, mulai dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat sampai dengan lingkungan sekolah atau lembaga pendidikan (Muslich, 2. Kabupaten Bogor memiliki 40 kecamatan dan terdapat 167 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 293 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian ini dilakukan di tiga kecamatan yaitu Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur dengan alasan peneliti mengetahui banyak hal tentang kondisi ditiga kecamatan tersebut karena tempat peneliti beraktivitas. Pada umumnya Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) yang berada di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng. Kecamatan Gunung Sindur adalah sekolah dengan status swasta dan hanya 3 sekolah Di Kecamatan Parung terdapat 4 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 3Sekolah Menengah kejuruan (SMK). Di Kecamatan Ciseeng terdapat 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 5 Sekolah Menengah Kejuran (SMK) sedangkan di Kecamatan Gunung Sindur terdapat 3 Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 3 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) (Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor, 2. Sekolah yang ada di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng. Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor belum ada yang mendapatkan predikat sekolah Adiwiyata atau sekolah yang mendapatkan penghargaan lingkungan Sekolah berbudaya dan berwawasan lingkungan merupakan sekolah yang menerapkan cinta dan peduli lingkungan sehingga menghasilkan sumberdaya manusia (SDM) dan perilaku berbudaya lingkungan yang dilandasi oleh kesadaran dan pemahaman atas kondisi lingkungan sekolah dan lingkungan sekitar ditinjau dari aspekkebijakan berwawasan lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif, pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Tujuan program Adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat, persepsi, norma subjektif, sikap terhadap intensi perilaku dan pengaruh intensi perilaku terhadap memformulasikan strategi yang akan dikembangkan di sekolah Ae sekolah berkaitan dengan lingkungan hidup. Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) yang berada di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur. Kabupaten Bogor. Jumlah dan jenis sekolah penelitian tiap kecamatan terdapat pada Tabel 1. Waktu penelitian dimulai pada bulan April 2015 sampai Agustus 2015. Bahan dan Alat Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar kuisioner untuk responden dan lembar wawancara untuk stakeholder. Lembar kuisioner menggunakan skala pengukuran likert 4 point. Sedangkan alat yang digunakan berupa kamera untuk dokumentasi objek penelitian. Adapun stakeholder dalam penelitian ini adalah pejabat Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Bogor dan Kepala Sekolah atau kurikulum sekolah sampel. Analisis Data Penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Metode penelitiannya adalah metode survei. Model penelitian menggunakan model penelitian deskriptif dan eksplanasi. (Kusnendi, 2. Desain penelitian yang digunakan untuk mengukur perilaku adalah model persamaan struktural Structural Equation Modeling (SEM) menggunakan software LISREL 8. Variabel dalam model persamaan structural ada 2 macam antara lain variable eksogen yaitu variabel penyebab yang tidak dijelaskan dalam model dan variabel endogen yaitu variabel akibat yang dijelaskan dalam model. Variabel laten yaitu variabel yang tidak dapat diobservasi langsung tetapi diukur melalui indikator-indikator terukur atau variabel manifes (Kusnendi, 2. Variabel manifes diukur dengan skala likert 1, 2, 3 dan 4. Setiap sekolah dengan kategori baik, sedang dan kurang dihitung perolehan nilai skala likert tiap variabel manifes, kemudian hasil penjumlahan skala likert 3 dan 4 pada tiap-tiap variabel di analisis persentase dengan cara hasil yang diperoleh dibagi dengan jumlah total responden, kemudian dikali 100% (Tabel . Untuk mengembangkan strategi yang diterapkan di sekolah mengenai lingkungan hidup yang berada di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng, dan Kecamatan Gunung Sindur dilakukan analisis Strengths. Weakness. Opportunities. Treaths (SWOT) (Rangkuti, 1. Rating diperoleh dengan mencari rata-rata . dari setiap nilai yang diberikan oleh Bobot diperoleh dengan membagi nilai rating tiap variabel dengan total jumlah rating. Perkalian antara rating dan bobot menghasilkan skor. Kuisioner hasil penelitian terhadap siswa di uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS 16. Uji validitas menggunakan korelasi product moment dan uji reliabilitas Alpha CronbachAos dengan selang kepercayaan 5%. T Tabel untuk responden sebanyak 300 adalah 0. 113 dan responden sebanyak 400 adalah Sehingga t Tabel untuk responden sebanyak 363 Dari uji validitas product moment dan uji reliabilitas alpha cronbachAos di dapatkan variabel lingkungan keluarga ke 4,5,6,7 (LK4. LK5. LK6. LK. ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. : 122-130 tidak reliabel. Variabel LK4 tentang recycle. Variabel LK5 tentang penghematan energi listrik. Variabel LK6 tentang jadwal pembagian tugas dirumah. Variabel LK7 tentang penghematan air. Populasi pada penelitian ini adalah beberapa sekolah menengah yang ada di Kecamatan Ciseeng. Kecamatan Parung. Kecamatan Gunung Sindur. Sekolah dalam penelitian ini berada di bawah pembinaan Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor. Tabel 2. Kriteria hasil analisis Nilai Rentang Kriteria Faktor internal Faktor 25Ae 4. Sangat Kekuatan Peluang 5 Ae 3. Baik Kekuatan Peluang 75Ae 2. Kelemahan Ancaman 00Ae 1. Kelemahan Ancaman Tidak Baik Sangat Tidak Baik Pemilihan sekolah menengah yang menjadi tempat penelitian menggunakan teknik purposive sampling dengan pertimbangan tertentu atau kriteria khusus antara lain sekolah tersebut bukan jenis sekolah boardingschool atau semiboarding school dan sekolah tersebut menggunakan kurikulum yang digunakan di Indonesia. Selain itu dipilih tiap kecamatan 3 sekolah dengan kriteria sekolah memiliki kualitas baik, sedang dan kurang baik. Penentuan kualitas sekolah berdasarkan seleksi masuk peserta didik, jenis akreditasi sekolah dan jumlah siswa. Kriteria sekolah dengan predikat baik adalah memiliki nilai akreditasi A, siswa masuk sekolah dengan seleksi nilai, memiliki prestasi baik akademik maupun non-akademik. Kriteria sekolah dengan predikat sedang adalah memiliki nilai akreditasi A, memiliki jumlah siswa lebih dari 100 siswa, memiliki jurusan lebih dari satu dan setiap strata memiliki lebih dari satu kelas. Sedangkan sekolah dengan kriteria kurang baik adalah memiliki nilai akreditasi B atau C, memiliki jumlah siswa kurang dari atau sama dengan 100 siswa dan setiap strata hanya terdiri dari satu kelas. Pengambilan purposive sampling. Sampel dari penelitian ini adalah kelas XI dari sekolah yang dipilih karena kelas XII sudah melaksanakan Ujian Nasional (UN) dan kelas XI merupakan kelas tertinggi dalam pendidikan dasar 12 tahun setelah siswa-siswa kelas XII lulus. Setiap sekolah diambil satu kelas dari tiap jurusan sebagai Ketika pengambilan data diperoleh total responden 363 responden dengan rincian berdasarkan jumlah responden tiap kecamatan adalah 114 responden dari Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) yang berada di Kecamatan Ciseeng, 164 dari Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) yang berada di Kecamatan Parung, dan 85 responden dari Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah kejuruan (SMA/SMK) yang berada di Kecamatan Gunung Sindur. Sedangkan berdasarkan kriteria sekolah diperoleh reponden dengan rincian 47 responden dari sekolah dengan kriteria kurang baik yang terdiri dari 20 responden berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 27 responden berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Sekolah dengan kriteria sedang diperoleh 144 responden berasal dari Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan 172 responden dari sekolah dengan kriteria baik yang seluruh responden berasal dari Sekolah Menengah Atas (SMA). Tabel 1. Jumlah pendidikan menengah tiap kecamatan, sekolah contoh dan jurusan responden. Kecamatan Jumlah sekolah SMA SMK Sekolah contoh SMA Jurusan SMK SMA SMK Parung IPA/MIA. IPS/IIS Tekik Komputer Jaringan (TKJ). Pemasaran. Akuntansi Ciseeng IPA. IPS Pemasaran. Akuntasi. Administrasi Perkatoran Gunung Sindur IPA/MIA. IPS/IIS Teknik Komputer Jaringan (TKJ). Pemasaran. Akuntansi Hasil dan Pembahasan Persentase Sekolah Berdasarkan Kualitas Sekolah Sampel Hasil persentasi yang terdapat pada Tabel 3 menunjukkan pada beberapa variabel manifes sekolah dengan kategori baik lebih besar persentasenya dari pada sekolah dengan kategori sedang dan kategori tidak baik. Structural Equation Modeling (SEM) Perilaku Pelajar Terhadap Lingkungan Analisis SEM menggunakan variabel manifes yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Variabel124 variabel yang tidak reliabel tidak dimasukkan dalam analisa SEM. Dari uji SEM pada Gambar 1 menunjukkan bahwa variabel peubah laten eksogen yang berpengaruh terhadap peubah laten endogen intensi perilaku (IP) adalah pertama norma subjektif (NS) dengan loading faktor sebesar 0. Menurut Azwar . sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niatan berperilaku tertentu. Norma subjektif yaitu keyakinan kita mengenai apa yang orang lain inginkan agar kita perbuat. Berdasarkan penelitian Hanung . menyatakan bahwa norma personal berpengaruh terhadap perilaku pro lingkungan. Yang kedua adalah persepsi (P) dengan loading faktor sebesar 0. Hasil penelitian Sari . menyatakan bahwa persepsi JPSL Vol. : 122-130. Desember 2016 berpengaruh terhadap perilaku hidup bersih dan sehat Yang ketiga adalah lingkungan sekolah (LS) dengan loading faktor sebesar 0. Menurut Azwar . menyatakan bahwa lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Balitbang Propinsi Jawa Tengah tentang Perilaku Sosial Anak Sekolah Terhadap Lingkungan Hidup dan Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup disimpulkan bahwa pentingnya peran sekolah dan lingkungan tempat tinggal dalam pendidikan lingkungan hidup (Balitbang. Yang keempat adalah sikap (S) dengan loading faktor sebesar 0. Penelitian Siegel . menyebutkan bahwa sikap berpengaruh terhadap intensi perilaku pelajar. Namun demikian menurut Iskandar . banyak kajian dan penelitian yang menyatakan bahwa sikap ternyata belum tentu menghasilkan kecenderungan bertingkah laku, artinya bahwa sikap yang positif terhadap sesuatu hal belum tentu diikuti oleh kecenderungan tingkah laku positif Yang kelima adalah lingkungan keluarga (LK) dengan loading faktor sebesar 0. Yang terakhir adalah lingkungan masyarakat (LM) dengan loading faktor sebesar -0. Noriko . menjelaskan bahwa pengetahuan masyarakat yang rendah terhadap merasakan manfaat lingkungan sebagai faktor penting yang mendukung kehidupan. Pengetahuan masyarakat yang rendah juga berdampak pada rendahnya partisipasi masyarakat dalam mendukung Pendidikan Lingkungan Hidup. Lebih lanjut dijelaskan bahwa penyebab siswa kurang berperilaku positif terhadap lingkungan adalah terdapatnya kebiasaan masyarakat yang umumnya kurang memperhatikan lingkungan hidup seperti membuang sampah sembarangan, merokok di tempat umum, dan sebagainya. Sedangkan menurut Noor . yang dikutip oleh Lendrawati . lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi karakter dan watak seseorang. Lingkungan sangat mempengaruhi keberhasilan penanaman nilai-nilai etika dan estetika untuk membentuk karakter. Situasi kemasyarakatan dengan sistim nilai yang dianutnya, mempengaruhi sikap dan cara pandang masyarakat secara keseluruhan. Tabel 3. Analisis Persentase Variabel Peubah Laten Endogen Berdasarkan Kualitas Sekolah Sampel Variabel Peubah Laten Eksogen Lingkungan sekolah (LS) Variabel Manifes Eksogen Nilai karakter lingkungan setiap materi mata Kantin sehat Memanfaatkan lahan sekolah Lomba lingkungan hidup Sarana dan prasarana kebersihan Kondisi sarana dan prasarana Sanksi Lingkungan (LM) Sikap (S) Norma Subjektif (NS) Persepsi (P) Kerja bakti lingkungan Bank sampah Ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan Lingkungan keluarga (LK) Variabel Peubah Endogen Intensi perilaku (IP) Perilaku lingkungan (PL) Pendidikan ayah Pendidikan ibu Sarana kebersihan Recycle Penghematan energi listrik Jadwal pembagian tugas piket rumah dan menanam tanaman hias Penghematan air Bekal makanan kesekolah Tanggungjawab lingkungan Kesadaran Pengetahuan Pengalaman Norma Personal Norma subjektif di sekolah Persepsi di lingkungan sekolah Persepsi di lingkungan masyarakat Persepsi di lingkungan keluarga Simbol LS1 LS2 LS3 LS4 LS5 LS6 LS7 LM1 LM2 LM3 LK1 LK2 LK3 LK4 LK5 LK6 LK7 LK8 NS1 NS2 Baik Sedang Kurang Baik Sedang Kurang Laten Variabel Manifes Endogen Intensi Perilaku dilingkungan keluarga Intensi perilaku di lingkungan masyarakat Intensi perilaku di lingkungan sekolah Perilaku lingkungan dirumah Perilaku lingkungan dimasyarakat Perilaku lingkungan ditempat umum Simbol IP1 IP2 IP3 PL1 PL2 PL3 ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. : 122-130 Gambar 1. Structural Equation Modeling (SEM) perilaku pelajar terhadap lingkungan AnalisisStrengths. Weakness. Opportunities. Ttreaths (SWOT) Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng. Kecamatan Gunung Sindur Untuk menentukan strategi penyusunan SWOT yang menjadi responden adalah kepala sekolah atau wakil kurikulum sekolah dan guru mata pelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH), dan guru-guru yang mengajar mata pelajaran lainnyaberdasarkan pada ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang sekolah adiwiyata. Penelitian dilakukan di 9 sekolah sehingga di peroleh 9 responden. Penilaian tingkat eksternal tertera pada Tabel 4. Dari Tabel 4 menunjukkan nilai lingkungan internal yang sangat tidak baik, tidak baik dan baik. Kategori variabel sangat tidak baik adalah variabel ke 1, 2 dan 3 mengenai visi, misi dan tujuan sekolah. Dari semua sekolah yang disurvei tidak ada satupun yang mencantumkan visi sekolah yang memuat tentang lingkungan hidup. Untuk misi ada 3 sekolah yang mencantumkan lingkungan hidup sebagai salah satu indikatornya dan ada 6 sekolah yang memuat tentang lingkungan hidup pada tujuan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Untuk kategori tidak baik terdapat pada variabel ke 4 yaitu ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran lingkungan hidup. Dari sekolah-sekolah yang disurvei ada 3 sekolah yang tidak ada taman/kebun sekolah dikarenakan lahan sekolah yang sempit. Beberapa sekolah telah melaksanakan pembuatan biopori. Variabel 11 yaitu ekstrakulikuler dibidang lingkungan hidup saat ini. Sekolah dengan kategori tidak baik hampir tidak ada ekstrakulikuler, sedangkan sekolah dengan kategori sedang ada 2 yang memiliki ekstrakulikuler dan belum memasukkan unsur lingkungan hidup. Sekolah dengan kategori baik hanya beberapa ekstrakulikuler yang memasukkan unsur lingkungan hidup seperti karya ilmiah remaja, pramuka. Variabel ke 12 yaitu pelaksanaan aksi lingkungan Hasil wawancara ada 1 sekolah di Kecamatan Parung yang pernah melaksanakan aksi lingkungan hidup seperti pembuatan biopori di sekolah sedangkan aksi lingkungan hidup yang lain tidak pernah Variabel ke 14 yaitu pengelolaan lahan dan pemanfaatan lahan dalam kegiatan pembelajaran saat Dari hasil pengamatan ada 3 sekolah yang tidak memiliki taman dikarenakan lahan yang sempit. Ada 2 sekolah yang membiarkan lahannya kosong atau belum dimanfaatkan secara maksimal. Ada 1 sekolah yang telah memiliki kebun/taman sekolah dan sudah mencoba melakukan pengelolaan sampah tetapi tidak berjalan lama dan variabel ke 18 yaitu penghematan air, listrik dan alat tulis lainnya. JPSL Vol. : 122-130. Desember 2016 Tabel 4. Validitas Penilaian Rating Tingkat Internal Variabel indikator Internal Pelaksanaan visi sekolah memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup saat ini Pelaksaan misi sekolah memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup Pelaksanaan tujuan sekolah memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup saat ini Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran lingkungan hidup Ketersediaan anggaran dari sekolah untuk mengembangkan lingkungan hidup disekolah. Pelaksanaan budaya dan lingkungan sekolah ramah lingkungan saat ini Bobot Rating Skor Keterangan Sangat tidak Sangat tidak Sangat tidak Kelemahan Tidak baik Kelemahan Baik Kekuatan Baik Kekuatan Kelemahan Kelemahan Pelaksanaan pengelolaan sampah sekolah saat ini Baik Kelemahan Kompetensi tenaga pendidik dibidang lingkungan hidup Baik Kekuatan Kompetensi tenaga kependidikan dalam bidang lingkungan hidup saat ini Baik Kekuatan Kualitas peserta didik dibidang lingkungan hidup saat ini Baik Kekuatan Ekstrakulikuler dibidang lingkungan hidup saat ini Tidak baik Kelemahan Pelaksanaan aksi lingkungan hidup saat ini Tidak baik Kelemahan Baik Kekuatan Tidak baik Kelemahan Baik Kekuatan Baik Kekuatan Memelihara dan merawat gedung sekolah oleh warga sekolah saat ini Pengelolaan lahan dan pemanfaatan lahan dalam kegiatan pembelajaran saat ini Memelihara sarana dan prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup Kondisi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup saat ini Pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah saat ini Baik Kekuatan Penghematan air, listrik dan alat tulis lainnya Baik Kekuatan Jumlah Sumber : Data diolah . Tabel 5. Penilaian Ranting Tingkat Eksternal Variabel Indikator Eksternal Bobot Rating Skor Daya saing kompetitor sekolah sejenis dibidang lingkungan Tidak baik Ancaman Perlombaan/kompetisi lingkungan hidup antar sekolah saat ini Tidak baik Ancaman Kompetensi lulusannya dalam bidang lingkungan hidup Baik Peluang Kultur masyarakat yang berbudaya lingkungan Baik Peluang Tidak baik Ancaman Tidak baik Ancaman Dukungan pemerintah (KEMENDIKNAS/KLH) dalam bidang lingkungan hidup . arana/prasarana, pelatihan, anggara. saat Kerjasama dan kemitraan sekolah dengan pihak swasta dalam bidang lingkungan hidup saat ini Jumlah Keterangan Sumber : Data diolah . Dari Tabel 5 didapatkan nilai lingkungan eksternal dengan kategori tidak baik yaitu terdapat pada variabel 1, 2, 5, 6. Dan variabel kategori baik yaitu variabel no 3, 4. Pada variabel no 1 tentang daya saing/kompetitor sekolah sejenis di bidang lingkungan hidup. Sekolah-sekolah yang menjadi sampel hampir tidak ada persaingan antar sekolah di bidang lingkungan hidup. Pada umumnya persaingan antar sekolah mengenai jumlah siswa tiap tahun ajaran baru. Hal ini berkaitan dengan variabel soal no 2 yaitu perlombaan/kompetensi antar sekolah saat ini. Untuk sekolahkejuruan swasta perlombaan/kompetisi antar sekolah dibidang lingkungan hidup seperti lomba sekolah sehat antar kecamatan tidak pernah ada. Variabel 5 yaitu dukungan pemerintah Kementerian Pendidikan Nasional/Badan Lingkungan Hidup (KEMENDIKNAS/BLH) dalam bidang lingkungan hidup . arana/prasarana, pelatihan, anggara. saat Disekolah-sekolah yang menjadi sampel yang berstatus swasta dukungan dari pemerintah baik sarana/prasarana. Variabel 6 tentang kerjasama dan kemitraan sekolah dengan pihak swasta dalam hal lingkungan hidup sangat jarang dilakukan. Pada umumnya kerjasama antar sekolah dengan swasta terutama sekolah kejuruan mengenai penempatan lulusan disuatu perusahaan. ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. : 122-130 Variabel 3 dan 4 dengan predikat baik. Variabel 3 tentang kompetensi lulusan dalam bidang lingkungan Dari analisis kuisioner yang disebar ke para siswa menunjukkan bahwa mereka sadar tentang arti pentingnya memelihara lingkungan meskipun sebagian besar tidak menerapkannya dalam kehidupan seharihari. Masih dijumpai pelajar mencoret-coret dinding toko, membuang sampah di jalanan. Variabel 4 mengenai kultur masyarakat berbudaya lingkungan. Masyakarat disekitar sekolah menjaga kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal sehingga terlihat Tetapi masih terlihat tumpukan sampah di beberapa desa yang ada dikecamatan tempat penelitian. Berdasarkan hasil analisis identifikasi Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS) diketahui total skor faktor internal sebesar 2. sedangkan total skor faktor eksternal sebesar 2. (Gambar . Setelah kedua nilai tersebut dipetakan ke dalam matriks Internal Eksternal (IE), maka diperolah hasil plotting yang menunjukkan berada pada sel V, yaitu posisi sekolah menengah yang berada di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur Kabupaten Bogor ditinjau dari lingkungan hidup saat ini pada kondisi pertumbuhan/stabilitas. Strategi pertumbuhan melalui integrasi horisontal adalah dengan memperkenalkan sekolah berbudaya lingkungan atau sekolah hijau dilembaga pendidikan terutama sekolah-sekolah dan menerapkannya sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki ketrampilan membudidayakan lingkungan. Alternatif Strategis Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng Kecamatan Gunung Sindur Penentuan strategi berdasarkan faktor-faktor yang telah diperoleh dari hasil Internal Strategic Factors Analysis Summary (IFAS) dan External Strategic Factors Analysis Summary (EFAS). Menurut Duran . bahwa strategi tersebut merupakan hasil perpaduan faktor internal . ekuatan dan kelemaha. dan faktor eksternal . eluang dan ancama. Berdasarkan hasil analisis, maka dapat dirumuskan matriks SWOT terdapat pada Tabel 6. Total Skor Strategi Internal (IFAS) Total Skor Strategi Eksternal (EFAS) Gambar 2. Matriks Internal Eksternal (IE) Keterangan : Posisi sekolah menengah di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur Pendidikan Strategi arahan pengembangan pertama (S-O) adalah Lingkungan Hidup (PLH) untuk mendukung meningkatkan kompetensi kepala sekolah, wakil kepala pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, dalam sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan menentukan kebijakan Kepala Sekolah akan selalu dalam bidang lingkungan hidup melalui pelatihan. Strategi Dari 9 kepala sekolah atau kurikulum yang pengembangan kedua (W-O) adalah di survei ada 3 Kepala Sekolah yang belum mengetahui kurikulum hijau dengan Kurikulum 2013 (K-. atau tentang program adiwiyata. Selain itu dari sekolah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang yang menjadi sampel tidak pernah ada pembinaan atau melibatkan warga sekolah, orang tua. Menambahkan pelatihan dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) nilai karakter lingkungan pada visi, misi dan tujuan Kabupaten Bogor terhadap kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik maupun tenaga kependidikan. ekologis/lingkungan dalam semua mata pelajaran. Menurut Noriko . meningkatkan kompetensi Menurut penelitian Tarmiji . melalui metode pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa Sekolah pembelajaran yang mensinergikan dua bentuk Menengah Atas (SMA) tentang lingkungan hidup, kurikulum pembelajaran diharapkan pemahaman siswa pemerintah perlu melakukan upaya peningkatan terhadap materi pembelajaran bersifat integratif, kompetensi Kepala Sekolah tentang lingkungan hidup kompherensif, aplikatif, sekaligus juga lebih JPSL Vol. : 122-130. Desember 2016 Aumembumi dan mengakarAy. Dengan metode ini, peserta didik belajar tidak hanya mendengar dan menyimak penjelasan guru di ruang kelas, tetapi juga dapat belajar sambil melihat, merasakan, dan mengikuti keseluruhan proses dari setiap pembelajaran. Tabel 6. Matriks SWOT analisa strategi Sekolah Menengah Atas/ Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK) di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur IFAS Opportunities Kompetensi lulusannya dalam bidang lingkungan hidup saat ini. Kultur masyarakat yang berbudaya lingkungan saat ini Treaths Daya saing kompetitor sekolah sejenis Perlombaan/kompetensi lingkungan hiup antar sekolah saat ini Dukungan pemerintah (Kemendiknas/BLH) dalam bidang lingkungan hidup Kerjasama dan kemitraan sekolah dengan pihak swasta dalam bidang lingkungan hidup. Strength Kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan dalam bidang lingkungan hidup Kualitas tenaga kependidikan dalam bidang lingkungan hidup saat ini Memelihara dan merawat gedung sekolah oleh warga sekolah saat ini Memelihara sarana dan prasarana pendukung lingkungan hidup saat Kondisi sarana dan prasarana pendukung pembelajaran lingkungan hidup saat ini Pengelolaan dan pemeliharaan fasilitas sanitasi sekolah. Penghematan air, listrik dan alat Ketersediaan anggaran dari sekolah yang mendukung pelaksanaan lingkungan hidup saat ini Weakness Pelaksanaan visi, misi, dan tujuan memuat kebijakan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup saat ini Ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung lingkungan hidup saat ini Pelaksanaan pengelolaan sampah sekolah saat ini Ekstrakulikuler di bidang lingkungan hidup saat ini Pengelolaan lahan dan pemanfaatan lahan dalam kegiatan pembelajaran saat ini S- O - Peningkatan kompetensi kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang lingkungan hidup melalui pelatihan. W-O - Integrasi kurikulum hijau dengan Kurikulum 2013 (K-. atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang melibatkan warga sekolah, orang tua dan masyarakat sekitarnya. TAeS - Meningkatkan kualitas sekolah dengan mewujudkan sekolah peduli lingkungan sehingga mampu bersaing di tingkat daerah, maupun - Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pihak pemerintah maupun swasta dalam bidang lingkungan W-T - Sosialisasi sekolah adiwiyata dan pendidikan dan lingkungan melalui sekolah, media massa, masyarakat oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH). Strategi arahan pengembangan yang ketiga (T-S) adalah . Meningkatkan kualitas sekolah dengan mewujudkan sekolah peduli lingkungan sehingga mampu bersaing di tingkat daerah, maupun nasional. Selama ini masyarakat hanya beranggapan bahwa sekolah yang berkualitas adalah sekolah yang dapat meraih nilai ujian nasional (UN) tertinggi, menjuarai berbagai perlombaan. Yang artinya unggul secara Dengan menciptakan lingkungan sekolah menjadi hijau atau bahkan mendapatkan penghargaan sekolah berbudaya lingkungan/sekolah adiwiyata diharapkan akan meningkatkan kualitas sekolah di mata masyarakat. Sekolah tidak hanya unggul di bidang akademis tetapi juga unggul di bidang lingkungan hidup. Menjalin kerjasama dan kemitraan dengan pihak pemerintah maupun swasta dalam bidang lingkungan hidup. Dari analisis SWOT ketersediaan anggaran lingkungan merupakan salah satu kekuatan. Sekolah-sekolah sampel menyediakan anggaran untuk penghijauan hanya sebatas menanam pohon pucuk merah, tanaman hias, penyediaan tempat Hal ini disebabkan salah satu point akreditasi sekolah adalah ketersediaan sarana dan prasarana kebersihan seperti tempat sampah yang layak serta adanya tanaman hias disekitar lingkungan sekolah. Tetapi anggaran untuk pengolahan sampah dan lainlain belum menjadi prioritas terutama sekolah dengan predikat sedang dan kurang baik. Untuk itu disarankan untuk menjalin kerjasama dengan pihak swasta Strategi arahan pengembangan keempat (W-T) adalah sosialisasi sekolah adiwiyata dan pendidikan lingkungan ke sekolah, media massa, masyarakat oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH). Dari hasil wawancara banyak responden yang kurang mengetahui tentang adiwiyata. Oleh karena itu perlu adanya sosialisasi kesekolah-sekolah dan diikuti dengan pelatihan atau aksi sosial seperti pelatihan hidroponik, aksi lingkungan pembuatan lubang biopori. Sosialisasi tentang pentingnya menjaga lingkungan ke masyarakat oleh aparat desa. Dari renstra jangka panjang, jangka pendek di Kecamatan Ciseeng. Kecamatan Parung. Kecamatan Gunung Sindur ada ISSN 2086-4639 | e-ISSN 2460-5824 JPSL Vol. : 122-130 program penghijauan. Kurang atau tidak adanya sarana kebersihan desa-desa yang berada di Kecamatan Ciseeng. Kecamatan Parung. Kecamatan Gunung Sindur mengakibatkan banyak penduduk yang membuang sampah di sepanjang pinggir jalan umum. Hal ini di perparah dengan tidak terbiasanya masyarakat untuk membawa katung plastik atau menyimpan sampah saat diperjalanan sehingga saat diperjalanan ketika hendak membuang sampah mereka membuang di jalanan. Kesimpulan . Berdasarkan hasil penelitian terkait perilaku pelajar dan analisa strategi, maka diambil kesimpulan dan saran sebagai berikut: Dari analisa SEM menunjukkan bahwa variabel yang berpengaruh terhadap intensi perilaku pelajar adalah . norma subjektif, . persepsi, . lingkungan sekolah, . sikap, . lingkungan keluarga, . lingkungan masyarakat, dan Intensi perilaku pelajar mempengaruhi perilaku pelajar Sehinga pengembangan kesadaran lingkungan perlu pelatihan dilembaga pendidikan terutama sekolahsekolah. Dari analisa SWOT sekolah-sekolah yang berada di Kecamatan Parung. Kecamatan Ciseeng dan Kecamatan Gunung Sindur berada pada sel 5 (Pertumbuhan/Stabilita. Strategi pertumbuhan melalui integrasi horisontal adalah dengan memperkenalkan sekolah berbudaya lingkungan atau sekolah hijau dilembaga pendidikan terutama sekolah-sekolah dan menerapkannya sehingga menghasilkan lulusan yang memiliki ketrampilan membudidayakan lingkungan. Strategi yang digunakan untuk pengembangan sekolah berbudaya lingkungan antara lain: 1. Peningkatan kompetensi kepala sekolah, tenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam bidang lingkungan hidup melalui pelatihan, workshop. Integrasi kurikulum hijau dengan Kurikulum 2013 (K-. atau Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang melibatkan warga sekolah, orang tua dan masyarakat sekitarnya. Meningkatkan mewujudkan sekolah peduli lingkungan sehingga mampu bersaing di tingkat daerah, maupun nasional dan menjalin kerjasama dan kemitraan dibidang lingkungan hidup dengan pemerintah maupun swasta. Sosialisasi sekolah adiwiyata dan pendidikan lingkungan ke sekolah, media massa, masyarakat oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH). Daftar Pustaka