E-ISSN: 2809-8544 PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN VARIASI SATWA TERHADAP MINAT KUNJUNG KEMBALI MASYARAKAT KABUPATEN GARUT PADA TAMAN SATWA CIKEMBULAN KADUNGORA GARUT THE EFFECT OF INFRASTRUCTURE AND ANIMAL VARIATION ON THE INTEREST OF RETURN VISITS OF THE GARUT REGENCY COMMUNITY TO CIKEMBULAN KADUNGORA GARUT ZOO PARK Aditya Lukmanul Hakim1*. Tinneke Hermina2. Fitrin Rawati Suganda3 Universitas Garut. Indonesia Email: 24023121063@fekon. id1*, tinneke. hermina@uniga. fitrinrawati@uniga. Abstract Ecotourism is a strategic sector in developing sustainable destinations that prioritize environmental conservation and education. Cikembulan Zoo, located in Garut Regency, is one of the educational tourism locations that offers recreational and learning experiences for the community. However, the dynamics of the number of visits show fluctuations, which require an evaluation of the determinants of visitor loyalty. This study aims to analyze the contribution of infrastructure and animal diversity to the intention of repeat visits by the Garut Regency community to Cikembulan Zoo in Kadungora District. The quantitative method used is the Structural Equation Modeling approach based on Partial Least Square (SEM-PLS). Data were obtained through questionnaires and analyzed using SmartPLS software. The results of the analysis show that infrastructure has a significant positive effect on the intention to revisit with a coefficient value of 0. Meanwhile, animal variation also contributes positively with a coefficient of 0. The coefficient of determination (RA) value of 0. indicates that the two independent variables are simultaneously able to explain 93. 4% of the variation in the intention to revisit. Keywords: Infrastructure. Animal Variety. Return Visit Interest. Zoo. Abstrak Ekowisata merupakan sektor strategis dalam pengembangan destinasi berkelanjutan yang mengedepankan konservasi dan pendidikan lingkungan. Taman Satwa Cikembulan, yang terletak di Kabupaten Garut, menjadi salah satu lokasi wisata edukatif yang menawarkan pengalaman rekreasi sekaligus pembelajaran bagi masyarakat. Namun demikian, dinamika jumlah kunjungan menunjukkan adanya fluktuasi, yang menuntut evaluasi terhadap faktor-faktor penentu loyalitas Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi infrastruktur dan keberagaman satwa terhadap intensi kunjungan ulang masyarakat Kabupaten Garut ke Taman Satwa Cikembulan di Kecamatan Kadungora. Metode kuantitatif digunakan dengan pendekatan Structural Equation Modeling berbasis Partial Least Square (SEM-PLS). Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan dianalisis menggunakan perangkat lunak SmartPLS. Hasil analisis menunjukkan bahwa infrastruktur memberikan pengaruh positif yang signifikan terhadap minat kunjung kembali dengan nilai koefisien sebesar 0,649. Sementara itu, variasi satwa juga berkontribusi positif dengan koefisien sebesar 0,325. Nilai koefisien determinasi (RA) sebesar 0,934 mengindikasikan bahwa kedua variabel independen secara simultan mampu menjelaskan 93,4% variasi dalam minat kunjung kembali. Kata kunci: Infrastruktur. Variasi Satwa. Minat Kunjung Kembali. Taman Satwa. PENDAHULUAN Umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasar pada adanya sumberdaya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih, adanya aksesibilitas yang tinggi untuk SIBATIK JOURNAL | VOLUME 4 NO. https://publish. ojs-indonesia. com/index. php/SIBATIK PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN VARIASI SATWA TERHADAP MINAT KUNJUNG KEMBALI MASYARAKAT KABUPATEN GARUT PADA TAMAN SATWA CIKEMBULAN A Aditya Lukmanul Hakim et al DOI: https://doi. org/10. 54443/sibatik. dapat mengunjunginya, adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka, sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir, serta memiliki daya tarik yang tinggi terhadap keindahan alamnya ataupun nilai khusus suatu objek buah karya manusia pada masa lampau. Kabupaten Garut merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi wisata yang cukup besar serta merupakan daerah dataran tinggi dan pegunungan dengan suasana sejuk. Daerah ini juga masih memiliki beberapa gunung aktif yang membuat banyaknya sumbersumber air panas sebagai salah satu potensinya. Sumber-sumber air panas ini sudah dikelola oleh pihak-pihak swasta maupun pemerintah sebagai sebuah daya tarik wisata. Selain itu. Kabupaten Garut juga merupakan salah satu daerah dengan kekayaan hayati yang cukup Daerah ini memiliki fauna endemik Jawa Barat, yaitu Surili dan tempat penangkaran Elang Jawa. Selain itu, kekayaan hayati Kabupaten Garut juga dapat dilihat dari berbagai kawasan wisata alamnya, misalnya Taman Wisata Alam Talaga Bodas. Cagar Alam Kamojang. Cagar Alam Laut Sancang. Taman Wisata Alam Papandayan, dan Taman Wisata Alam Gunung Guntur. Menurut Damanik dalam (Iskandar, 2. menjelaskan bahwa potensi wisata adalah semua objek . lam, budaya, buata. yang memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya tarik bagi wisatawan karena memiliki peluang untuk dijadikan sebagai daya tarik wisata. Semua potensi wisata masih tergolong embrio obyek dan daya tarik wisata. Setelah unsur-unsur aksesibilitas, amenitas, dan hospitality menyatu dengan potensi obyek tersebut maka ia merupakan produk wisata yang siap dikonsumsi oleh Sachmud dalam (Tanjung, 2. menjelaskan bahwa objek wisata merupakan andalan utama bagi pengembangan kawasan wisata, dan didefinisikan sebagai suatu keadan alam dan perwujudan ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah dan tempat yang memiliki daya tarik untuk dikunjungi wisatawan . Sedangkan Suwantoro dalam (Wahrudin, 2. menjelaskan bahwa atraksi wisata diartikan sebagai segala perwujudan dan sajian alam serta kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan serta dinikmati wisatawan di suatu kawasan wisata. Daya tarik wisata atau objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan ke suatu darah tujuan wisata. Selain daya tarik wisata yang memanfaatkan penuh potensi alam sekitarnya, di Kabupaten Garut juga ada sebuah daya tarik wisata yang dikelola oleh swasta yang memiliki potensi wisata yang unik karena hanya ada satu di Kabupaten Garut, yaitu Taman Satwa Cikembulan. Taman Satwa Cikembulan memiliki luas 5 hektar. Kawasan ini memiiki empat kelas satwa sebagai daya tarik utamanya, yaitu reptil, primata, mamalia, dan aves . dengan 114 spesies. Kawasan ini juga memiliki kurang lebih 530 ekor satwa dengan orang utan, harimau sumatra, dan macan tutul sebagai primadona yang menjadi pusat tontonan Kawasan Taman Satwa Cikembulan juga memiliki beberapa permainan anakanak seperti outbond, lapangan sepak bola kecil, dan juga terapi ikan. Kawasan ini juga memiliki restoran dan gazebogazebo sebagai fasilitas pendukung sebuah daya tarik wisata. SIBATIK JOURNAL | VOLUME 4 NO. https://publish. ojs-indonesia. com/index. php/SIBATIK PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN VARIASI SATWA TERHADAP MINAT KUNJUNG KEMBALI MASYARAKAT KABUPATEN GARUT PADA TAMAN SATWA CIKEMBULAN A Aditya Lukmanul Hakim et al DOI: https://doi. org/10. 54443/sibatik. Potensi Taman Satwa Cikembulan sebagai salah satu daya tarik wisata di Kabupaten Garut sudah cukup menarik. Hal tersebut membuat daya tarik wisata ini memiliki peningkatan kunjungan setiap taunnya. Selain itu, sebagai daya tarik wisata baru di Kabupaten Garut. Taman Satwa Cikembulan juga dapat bersaing dengan daya tarik wisata Daya tarik wisata yang mampu mendukung keberadaan kawasan wisata yang lain adalah dengan memperkenalkan budaya masyarakat lokal. Menurut Saadah dikutip (Arifudin, 2. bahwa Budaya adalah pengalaman dengan pendukungnya yaitu manusia dan wilayah. Wisatawan dengan minat budaya, memilih untuk tinggal lebih lama dengan maksud untuk dapat menikmati budaya yang berbeda. Berbeda sekali dengan mereka yang hanya ingin menikmati budaya sebagai tontonan yang menarik semata. Maka pelestarian budaya memberi pencerahan bagi wisatawan yang ingin belajar lebih banyak lagi tentang Dalam Bab Sosial dan Budaya, mengenai Kebudayaan. Kesenian, dan Pariwisata dinyatakan bahwa menjadikan kesenian dan kebudayaan tradisional Indonesia sebagai wahana bagi pengembangan pariwisata nasional dan mempromosikannya keluar negeri secara konsisten sehingga dapat menjadi wahana persahabatan bangsa. Ekowisata merupakan sektor strategis dalam pengembangan destinasi berkelanjutan yang mengedepankan konservasi dan pendidikan lingkungan. Taman Satwa Cikembulan, yang terletak di Kabupaten Garut, menjadi salah satu lokasi wisata edukatif yang menawarkan pengalaman rekreasi sekaligus pembelajaran bagi masyarakat. Namun demikian, dinamika jumlah kunjungan menunjukkan adanya fluktuasi, yang menuntut evaluasi terhadap faktor-faktor penentu loyalitas pengunjung. Dua aspek utama yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah kualitas infrastruktur dan keberagaman satwa yang TINJAUAN PUSTAKA Infrastruktur Infrastruktur merupakan elemen vital dalam menunjang kenyamanan dan aksesibilitas pengunjung ke lokasi wisata. Menurut Kotler . , ketersediaan infrastruktur yang memadai seperti jalur transportasi, fasilitas umum, serta keamanan akan memperkuat persepsi positif pengunjung dan mendorong keinginan untuk melakukan kunjungan ulang. Adapun menurut Prasetyo dan Firdaus dalam (Sofyan, 2. menjelaskan bahwa infrastruktur ekonomi, infrastruktur dalam bentuk nyata atau fisik untuk menunjang aktivitas ekonomi, public utilities berupa tenaga, gas, air, telekomunikasi, sanitasi dan public work berupa irigasi, jalan, drainase, bendungan serta untuk sektor transportasi berupa jalan, pelabuhan dan seterusnya. Variasi Satwa Keanekaragaman jenis satwa menjadi daya tarik utama dalam taman satwa. Suwarno . menjelaskan bahwa semakin beragam jenis satwa yang ditampilkan, semakin tinggi pula daya tarik wisata yang dihasilkan, yang pada gilirannya berpengaruh terhadap kepuasan SIBATIK JOURNAL | VOLUME 4 NO. https://publish. ojs-indonesia. com/index. php/SIBATIK PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN VARIASI SATWA TERHADAP MINAT KUNJUNG KEMBALI MASYARAKAT KABUPATEN GARUT PADA TAMAN SATWA CIKEMBULAN A Aditya Lukmanul Hakim et al DOI: https://doi. org/10. 54443/sibatik. dan minat kunjung ulang pengunjung. Sedangkan menurut Yudianto dalam (Supriani, 2. menjelaskan bahwa keanekaragaman hayati atau biodiversity merupakan ungkapan pernyataan terdapatnya berbagai macam variasi bentuk, penampilan, jumlah dan sifat yang terlihat pada berbagai tingkatan persekutuan makhluk, yaitu tingkatan ekosistem, tingkatan jenis dan tingkatan genetika. Minat Kunjung Kembali Minat kunjung kembali didefinisikan sebagai kecenderungan perilaku individu untuk mengulangi pengalaman kunjungan yang sama di masa mendatang berdasarkan penilaian positif terhadap kunjungan sebelumnya (Zeithaml et al. , 1. Sedangkan menurut Nugraha & Soleha dalam (Zaelani, 2. menjelaskan bahwa minat berkunjung pada dasarnya adalah rasa ingin seseorang untuk berkunjung ke suatu objek wisata yang menarik untuk dikunjungi dengan tujuan untuk rekreasi dan hiburan. Jadi, minat berkunjung ulang adalah suatu dorongan seseorang untuk melakukan kunjungan kembali dengan tujuan yang sama. METODE Menurut Rahardjo dikutip (Arifudin, 2. bahwa metode penelitian merupakan salah satu cara untuk memperoleh dan mencari kebenaran yang bersifat tentatif, bukan kebenaran Hasilnya berupa kebenaran ilmiah. Kebenaran ilmiah merupakan kebenaran yang terbuka untuk terus diuji, dikritik bahkan direvisi. Oleh karena itu tidak ada metode terbaik untuk mencari kebenaran, tetapi yang ada adalah metode yang tepat untuk tujuan tertentu sesuai fenomena yang ada. Budiharto dikutip (Lahiya, 2. bahwa pemilihan metode penelitian harus disesuaikan dengan penelitian yang sedang dilakukan agar hasilnya optimal. Metode Penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Menurut (Sugiyono, 2. menjelaskan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif atau statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik analisis SEM-PLS. Responden sebanyak 160 orang dipilih menggunakan purposive sampling, yakni masyarakat Kabupaten Garut yang telah mengunjungi Taman Satwa Cikembulan. Instrumen penelitian berupa kuesioner dengan skala Likert lima poin. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum analisis struktural untuk memastikan akurasi instrumen pengukuran. Sugiyono sebagaimana dikutip (Arifudin, 2. mengatakan bahwa, teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang SIBATIK JOURNAL | VOLUME 4 NO. https://publish. ojs-indonesia. com/index. php/SIBATIK PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN VARIASI SATWA TERHADAP MINAT KUNJUNG KEMBALI MASYARAKAT KABUPATEN GARUT PADA TAMAN SATWA CIKEMBULAN A Aditya Lukmanul Hakim et al DOI: https://doi. org/10. 54443/sibatik. Lebih lanjut Sugiyono sebagaimana dikutip (Judijanto, 2. mengatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas infrastruktur memiliki pengaruh yang lebih dominan terhadap minat kunjungan kembali dibandingkan dengan variasi satwa. Hal ini sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa faktor-faktor fisik seperti aksesibilitas, kenyamanan, dan fasilitas penunjang sangat berperan dalam menciptakan pengalaman positif bagi pengunjung (Kotler, 2. Ketika infrastruktur pendukung di taman satwa memadai, pengunjung merasa lebih puas dan cenderung untuk kembali lagi. Sementara itu, meskipun variasi satwa memiliki pengaruh yang lebih kecil, keberagaman jenis satwa tetap memainkan peran penting dalam menciptakan pengalaman yang menarik dan edukatif bagi pengunjung. Jenis-jenis satwa yang langka atau menarik, seperti harimau sumatra, orangutan, dan macan tutul, menjadi daya tarik utama yang mampu menciptakan kesan mendalam pada pengunjung, yang pada gilirannya memotivasi mereka untuk melakukan kunjungan ulang. Penting bagi pengelola Taman Satwa Cikembulan untuk terus meningkatkan infrastruktur, baik dari sisi fasilitas umum maupun aksesibilitas, agar dapat menarik lebih banyak pengunjung dan meningkatkan loyalitas mereka. Selain itu, pengembangan koleksi satwa yang unik dan interaktif juga perlu diperhatikan untuk menjaga daya tarik taman satwa ini, mengingat tingginya kontribusi variasi satwa terhadap pengalaman pengunjung. SIBATIK JOURNAL | VOLUME 4 NO. https://publish. ojs-indonesia. com/index. php/SIBATIK PENGARUH INFRASTRUKTUR DAN VARIASI SATWA TERHADAP MINAT KUNJUNG KEMBALI MASYARAKAT KABUPATEN GARUT PADA TAMAN SATWA CIKEMBULAN A Aditya Lukmanul Hakim et al DOI: https://doi. org/10. 54443/sibatik. Model Pengukuran (Outer Mode. Seluruh indikator dari masing-masing konstruk memiliki nilai loading factor di atas 0,70, yang menunjukkan bahwa indikator tersebut valid dalam mengukur konstruk yang dimaksud. Model Struktural (Inner Mode. Infrastruktur Ie Minat Kunjung Kembali: Koefisien sebesar 0,649 menandakan hubungan positif dan kuat antara kualitas infrastruktur dan keinginan pengunjung untuk kembali. Variasi Satwa Ie Minat Kunjung Kembali: Koefisien sebesar 0,325 mengindikasikan bahwa keberagaman satwa juga berperan dalam meningkatkan minat kunjung ulang meskipun dengan pengaruh yang lebih rendah. Nilai Koefisien Determinasi (RA) Nilai RA sebesar 0,934 menunjukkan bahwa variabel infrastruktur dan variasi satwa mampu menjelaskan 93,4% perubahan pada minat kunjung kembali. Hal ini menunjukkan model memiliki daya prediktif yang sangat tinggi. Hal ini sejalan dengan penelitian (Soraya et al, 2. yang menunjukkan aksesibilitas memiliki pengaruh sebesar 46,4% terhadap peningkatan kunjungan kembali wisatawan, sedangkan 53,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak di masukan dalam model penelitian ini. Karakteristik wisatawan yang berkunjung di sekitar Lampung Selatan: berusia muda, berpenghasilan UMR dan kebanyakan wanita dengan tujuan untuk berlibur pada akhir pekan menggunakan mobil pribadi. Preferensi wisata lebih memilih wisata alam dan kuliner. Dari sisi sarana-prasarana, prioritas wisatawan adalah penyediaan air bersih, sedangkan kelancaran lalu lintas dankualitas jalan yang nyaman merupakan aksesibilitas yang diingikan wisatawan. KESIMPULAN Dari hasil analisis yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kualitas infrastruktur dan keberagaman satwa secara signifikan mempengaruhi minat masyarakat untuk melakukan kunjungan ulang ke Taman Satwa Cikembulan. Pengaruh infrastruktur lebih dominan dibandingkan variasi satwa, namun keduanya saling melengkapi dalam meningkatkan loyalitas pengunjung. Pengelola taman satwa disarankan untuk terus meningkatkan aspek infrastruktur, terutama terkait kenyamanan dan kemudahan akses bagi pengunjung. Di sisi lain, pengembangan koleksi satwa yang unik dan interaktif juga perlu diperhatikan guna meningkatkan pengalaman wisata yang berkesan. DAFTAR PUSTAKA