GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Pengaruh Performance Goal Orientation terhadap Perilaku Menyontek pada Mahasiswa Ancensius Tombo Bamba1*. Ahmad Razak2. Ahmad Ridfah3 . Department of Psychology. Universitas Negeri Makassar. Indonesia. Department of Psychology. Universitas Negeri Makassar. Indonesia. Department of Psychology. Universitas Negeri Makassar. Indonesia. Abstrak Perilaku menyontek adalah sebuah tindakan anomali moral yang menjadi salah satu masalah utama di jenjang pendidikan tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh performance goal orientation terhadap perilaku menyontek. Penelitian dilakukan terhadap 643 mahasiswa di Kota Makassar berusia 17-26 tahun dengan menggunakan teknik cluster sampling. Penelitian dilakukan dengan menyebar skala perilaku menyontek dan performance goal orientation dan hasilnya dianalisis dengan uji regresi linier sederhana pada software JASP 0. Hasil analisis menunjukkan nilai koefisien determinasi (R. 401 yang berarti bahwa performance goal orientation mampu 1% variasi perilaku menyontek. Nilai signifikansi yang diperoleh adalah . < . yang berarti bahwa performance goal orientation adalah prediktor yang signifikan terhadap perilaku menyontek. Kata Kunci performance goal orientation. perilaku menyontek Article Info Artikel History: Submitted: 2022-03-14 | Published: 2022-04-30 DOI: http://dx. org/10. 24127/gdn. Vol 12. No 1 . Page: 78 - 89 (*) Corresponding Author: Ancensius Tombo Bamba. Department of Psychology. Universitas Negeri Makassar. Indonesia. Email: ancensiustb@gmail. This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4. 0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium provided the original work is properly cited. PENDAHULUAN Perguruan tinggi memiliki sebuah tujuan yang sangat esensial, yaitu menghasilkan mahasiswa berkualitas yang memiliki keterampilan profesional dan akademik (Alt & Geiger. Kejujuran akademik menjadi sarana yang berharga untuk mencapai tujuan tersebut. Kejujuran akademik juga memegang peranan penting dalam membentuk mahasiswa yang berkarakter dan unggul secara akademik. Oleh karena itu, mahasiswa yang tidak jujur secara akademik dapat dikatakan gagal dalam memperoleh keterampilan profesional dan akademik Page | 78 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA yang berkembang pada proses keterlibatan aktif dalam pembelajaran (Whitley & KeithSpiegel, 2. Salah satu wujud dari ketidakjujuran akademik adalah perilaku menyontek. Perilaku menyontek dalam penelitian ini mengacu pada kerangka teori yang dikemukakan oleh Cizek . Perilaku menyontek adalah setiap perilaku yang melanggar aturan yang ditetapkan dalam penyelenggaraan ujian, memberi keuntungan secara tidak adil bagi pelajar dalam ujian, sehingga mengurangi keakuratan dari kesimpulan yang dimaksudkan untuk timbul dari kinerja pelajar (Cizek, 2. Ada tiga bentuk perilaku menyontek menurut Cizek . , yaitu . memberi, mengambil, atau menerima informasi. menggunakan bahan/material yang tidak diperkenankan dalam ujian. memanfaatkan kelemahan individu, prosedur, atau proses pelaksanaan ujian. Bagaimanapun bentuknya, perilaku menyontek adalah suatu bentuk pelanggaran moral dan etika yang membawa kerugian bagi pelajar maupun pihak lain. Bagi pelajar, perilaku menyontek dapat menyebabkan terhambatnya pengembangan nilai integritas dan keadilan (Newman, 2. , rendahnya kualitas diri karena terpupuknya sikap ketidakjujuran (Steel, 2. , serta terbawanya sikap ketidakjujuran ketika memasuki dunia kerja yang dapat termanifestasi dalam berbagai bentuk, salah satunya adalah tindakan korupsi (Denisova-Schmidt, 2. Bagi institusi pendidikan, perilaku menyontek dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan pendidikan dalam mengembangkan intelektual, kewarganegaraan, dan psikososial para pelajar (Krou. Fong, & Hoff, 2. Dampak yang pasti dari perilaku menyontek adalah ketidakmampuan pelajar mengukur sejauhmana penguasaannya terhadap pelajaran (David, 2. , serta menyulitkan pengajar mengukur sejauhmana keberhasilan dari proses pembelajaran (Yu. Glanzer. Sriram. Johnson & Moore. Kerugian yang dapat timbul karena perilaku menyontek sebagaimana yang dipaparkan oleh para peneliti rupanya tidak menghentikan fenomena ini. Beberapa peneliti bahkan menyebut perilaku menyontek sebagai pandemi global dalam dunia pendidikan. Hal ini diketahui dari banyaknya penelitian yang berhasil mengidentifikasi adanya fenomena ini di berbagai belahan dunia. Sebagai contoh, pada penelitian yang dilakukan oleh Babu. Joseph, dan Sharmila . terhadap 166 mahasiswa kedokteran di India, ditemukan bahwa 80% responden terlibat dalam perilaku menyontek, baik dalam ujian teori maupun Temuan di Indonesia dapat dijumpai dalam penelitian Winardi. Mustikarini, dan Anggraeni . terhadap 342 mahasiswa jurusan Akuntansi di salah satu universitas negeri, dan menemukan bahwa 38,9% . pernah menyontek saat ujian dan 70,2% diantaranya mengaku telah menyontek sejak tahun pertama masa perkuliahan. Data awal yang diperoleh penulis melalui google form dan diisi oleh 150 mahasiswa di Kota Makassar menunjukkan bahwa 140 . ,3%) responden mengaku pernah menyontek selama perkuliahan. Bentuk perilaku menyontek yang paling banyak dilakukan adalah meminta jawaban dari teman . ,8%) dan mencari jawaban ujian dari internet . ,3%). Temuan data awal dan penelitian-penelitan terdahulu menunjukkan bahwa perilaku menyontek juga tidak luput dari kalangan mahasiswa, sehingga perlu untuk mengidentifikasi faktor yang menyebabkan timbulnya perilaku menyontek tersebut. Berbagai penelitian telah mencoba mengidentifikasi faktor penyebab perilaku menyontek, diantaranya trait kepribadian (Baran & Jonason, 2. , efikasi diri dan academic self-handicapping (Barzegar & Khezri, 2. , locus of control (Desi. Elvinawanty, & Marpaung, 2. , moral reasoning (Heriyati & Ekasari, 2. , dan goal orientation (Alt & Geiger, 2. Anderman dan Danner . mengemukakan bahwa perilaku menyontek pada mahasiswa adalah refleksi dari adanya goal orientation yang ditetapkan. Goal orientation tiap individu dapat berbeda-beda, namun sangat terkait dengan pencapaian prestasi dalam Page | 79 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Dengan demikian, perilaku menyontek pada mahasiswa dapat dikaitkan dengan bagaimana mahasiswa mengorientasikan tujuannya (Schunk. Meece, & Pintrich, 2. Woolfolk . mengemukakan bahwa goal orientation merupakan motivasi internal yang menjelaskan cara individu merespon dan menginterpretasi situasi guna mencapai kinerja atau prestasi. Elliot dan McGregor . mengemukakan konsep goal orientation yang terbagi ke dalam dua jenis, yakni mastery goal orientation yang berfokus pada pengembangan kompetensi, dan performance goal orientation yang berfokus pada unjuk Berdasarkan penelusuran literatur, jenis goal orientation yang cenderung mengarahkan individu pada perilaku menyontek adalah performance goal orientation (Alt & Geiger, 2012. Septiani. Nayazik, & Kurniawan, 2019. Khumaeroh. Purwanto, & Awalya. Performance goal adalah sebuah orientasi yang mengutamakan hasil daripada proses, sehingga memungkinkan individu mengambil jalan pintas untuk menyelesaikan tugas, termasuk dengan berperilaku menyontek (Kristiyani, 2016. Woolfolk, 2. Teori performance goal orientation dalam penelitian ini mengacu pada konsep teori yang dikemukakan Dweck dan Leggett . yang mendefinisikan performance goal orientation sebagai sebuah orientasi yang memfokuskan individu pada usaha menunjukkan kompetensi dan mendapatkan penilaian positif dari orang lain terhadap kompetensi yang Performance goal orientation dalam teori ini terdiri dari tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Secara kognitif, individu berfokus pada pikiran untuk tampil lebih baik dari orang lain. Secara afektif, individu berfokus pada rasa cemas, malu, dan tidak berharga ketika menghadapi kegagalan dan menggunakan strategi defensif untuk menutupi ketidakmampuan diri. Secara perilaku, individu akan menghindari tugas yang berat/menantang dan memilih tugas yang mudah untuk memaksimalkan penilaian positif. Peneliti mengajukan pertanyaan dalam data awal yaitu apa penyebab mahasiswa berperilaku menyontek. Enam puluh responden . ,3%) menjawab menyontek dilakukan karena ingin mendapatkan nilai yang tinggi dan 17 responden . ,4%) menjawab karena tidak ingin mendapatkan evaluasi negatif. Alasan lain yang muncul adalah karena tidak percaya diri . ,8%), ikut-ikutan . ,4%), dan beberapa alasan lain seperti adanya kesempatan, berada dalam situasi terdesak, dan pertanyaan yang sulit, masing-masing 1%. Dua alasan yaitu ingin mendapatkan nilai yang tinggi dan tidak ingin dievaluasi negatif adalah cerminan dari performance goal orientation. Peneliti menemukan beberapa alasan lain mahasiswa berperilaku menyontek, diantaranya karena soal yang diujikan tidak diketahui jawabannya, tidak belajar, dan tidak yakin dengan kemampuannya. Namun, pertanyaan yang muncul adalah mengapa mahasiswa tidak menghiraukan soal yang tidak dapat dikerjakan dengan baik. Pertanyaan terbuka yang diajukan yaitu Auapa makna menyontek bagi mahasiswa?Ay memperoleh jawaban yaitu keinginan untuk mengoptimalkan nilai sebagai jawaban yang paling mengemuka. Dari jawaban ini, dapat dipahami bahwa alasan yang mendasari mahasiswa sehingga berperilaku menyontek yaitu orientasi yang lebih kepada performansi nilai yang merupakan cerminan dari performance goal. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti menduga bahwa perilaku menyontek pada mahasiswa di Kota Makassar dipengaruhi oleh performance goal orientation. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh performance goal orientation terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Kota Makassar. Hipotesis dalam penelitian ini adalah performance goal orientation berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Kota Makassar. Page | 80 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA METODE Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitafif dengan dua variabel, yaitu perilaku menyontek sebagai variabel kriterium dan performance goal orientation sebagai variabel Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa di Kota Makassar berusia 17-26 tahun berjumlah 259. 659 berdasarkan data PDDIKTI (Pangkalan Data Perguruan Tingg. Dengan menggunakan sample size calculator by Raosoft, jumlah sampel minimal yang direkomendasikan adalah 384 . argin of error 5%, confidence level 95%). Pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling yang dilakukan melalui dua tahap, yaitu . merandom perguruan tinggi berdasarkan clusternya, dan . menentukan mahasiswa pada perguruan tinggi terpilih secara sampling juga. Pada tahap pertama, peneliti menggunakan bantuan microsoft excel dan memilih empat perguruan tinggi dari masing-masing kluster (Universitas. Sekolah Tinggi, dan Politekni. berdasarkan hasil randomisasi. Pada tahap kedua, peneliti menggunakan rumus perimbangan jumlah populasi dan sampel yang dikemukakan Winarsunu . untuk menentukan jumlah sampel minimal dari masing-masing perguruan tinggi yang terpilih. Berdasarkan perhitungan perimbangan populasi dan sampel, jumlah sampel minimal tiap perguruan tinggi terpilih adalah sebagai berikut. Tabel 1. Jumlah Sampel Minimal Nama Perguruan Tinggi Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Universitas Islam Makassar Universitas Atma Jaya Makassar Universitas Hasanuddin Politeknik Pariwisata Makassar Politeknik Bosowa Politeknik Negeri Ujung Pandang Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIM) Lembaga Pembangunan Indonesia (LPI) Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makassar (STIEM) Bongaya Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Tri Dharma Nusantara Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Teknik Pengumpulan Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah skala dengan model Likert. Skala yang digunakan adalah skala perilaku menyontek dan skala performance goal orientation yang keduanya disusun oleh peneliti. Skala perilaku menyontek disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Cizek . yang terdiri atas 21 aitem dengan nilai loading factor > 0,4 dan memenuhi goodness of fit indices (CFI 0,915. TLI 0,904. RMSEA p-value 0,. serta nilai reliabilitas berdasarkan McDonaldAos O adalah 0,956. Skala performance goal orientation disusun berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Dweck dan Leggett . yang terdiri atas 10 aitem dengan nilai loading factor > 0,4 dan memenuhi googdness of fit indices (CFI 0,941. TLI 0,917. RMSEA p-value 0,. serta nilai reliabilitas berdasarkan McDonaldAos O adalah 0,875. Page | 81 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis deskriptif, uji hipotesis, dan analisis Analisis deskriptif dimaksudkan untuk melakukan kategorisasi terhadap data Uji hipotesis dilakukan dengan analisis regresi linier sederhana yang didahului dengan uji prasyarat, meliputi uji normalitas dan linieritas. Sedangkan analisis tambahan dimaksudkan untuk melengkapi temuan peneliti terkait perbedaan perilaku menyontek berdasarkan jenis kelamin dan rumpun ilmu. Analisis tambahan dilakukan dengan independent sample t-test yang didahului dengan uji prasyarat normalitas dan homogenitas. Uji hipotesis serta analisis tambahan dilakukan dengan bantuan software JASP 0. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini melibatkan 643 responden, yaitu mahasiswa di Kota Makassar dengan rentang usia 17-26 tahun (Laki-Laki= 198. Perempuan= . Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian berasal dari rumpun ilmu Sains Teknologi sebanyak 287 responden . %) dan rumpun ilmu Sosial Humaniora sebanyak 356 responden . %). Jumlah mahasiswa dari 12 kampus adalah : . Universitas Hasanuddin . , . UIN Alauddin . , . Universitas Atma Jaya Makassar . , . Universitas Islam Makassar . , . Politeknik Negeri Ujung Pandang . , . Poltekpar . , . Poltekkes Makassar . , . Politeknik Bosowa . , . STIM LPI . , . STIEM Bongaya . , . STIK Makassar . , dan . STIE Tri Dharma Nusantara . Skala perilaku menyontek terdiri dari 21 aitem, sehingga secara hipotetik skor minimal adalah 21, skor maksimal 105, standar deviasi 14, dan mean 63. Skala performance goal terdiri dari 10 aitem, sehingga secara hipotetik skor minimal adalah 10, skor maksimal 50, standar deviasi 6,6, dan mean 30. Berdasarkan skor hipotetik tersebut, berikut adalah persentase skor kategorisasi dari kedua skala. Tabel 2. Kategorisasi Data (N = . Perilaku Menyontek Kategori Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi Performance Goal Orientation Hasil kategorisasi pada tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar mahasiswa di Kota Makassar yang menjadi responden penelitian memiliki skor perilaku menyontek pada kategori rendah dan skor performance goal orientation pada kategori sedang. Selanjutnya dilakukan uji prasyarat normalitas dan linieritas sebelum dilakukan analisis regresi linier Uji prasyarat normalitas dilakukan melalui metode visual dengan melihat histogram dan Q-Q plot karena ukuran sampel yang besar (N >. Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa residual data terdistribusi normal . urva membentuk gambar lonceng dan titik titik data menyebar secara proporsional di sekitar garis Adapun hasil uji linieritas menunjukkan nilai signifikansi deviation from linearity 745 (F Dev = . p > . artinya simpangan dari kelinieran tidak signifikan, sehingga data dapat dikatakan linier. Nilai signifikansi linearity adalah . 00 (F linearity = Page | 82 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA p < . artinya hubungan antara kedua variabel memiliki kelinieran yang curam. Berikut adalah hasil uji hipotesis dengan analisis regresi linier sederhana. Tabel 3. Hasil Uji Hipotesis Variabel Performance Goal Orientation Perilaku Menyontek Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa nilai r = . 633, p < . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara performance goal orientation dengan perilaku menyontek. Performance goal orientation berpengaruh signifikan terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Kota Makassar dengan F. , . = 428. 605, p < . Selanjutnya dengan koefisien RA sebesar . 401, hal ini berarti bahwa performance goal orientation mampu menjelaskan variasi perilaku menyontek sebesar 40. 1% dan sisanya 9% dipengaruhi oleh faktor selain performance goal orientation. Adapun model persamaan regresi yang diperoleh adalah: Y= 15. Dari persamaan ini dapat dianalisis bahwa bila mahasiswa tanpa performance goal orientation (X = . , maka estimasi skor perilaku menyonteknya adalah 15. Untuk melengkapi temuan peneliti, maka dilakukan analisis tambahan dengan mengindentifikasi ada tidaknya perbedaan perilaku menyontek berdasarkan jenis kelamin dan rumpun ilmu, serta mengidentifikasi aspek yang paling berpengaruh terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa. Berikut adalah hasil uji prasyarat untuk uji perbedaan berdasarkan jenis kelamin dan rumpun ilmu. Tabel 4. Uji Prasyarat (Normalitas dan Homogenita. Variabel Kelompok p-value Shapiro-Wilk Laki-laki Perempuan Perilaku menyontek Sains dan Teknologi Sosial Humaniora p-value Levene Hasil uji Shapiro-Wilk memperlihatkan nilai signifikansi . > . 05 (. 348 untuk Laki-laki 515 Perempuan, serta . 127 untuk Sains dan Teknologi dan . 173 untuk Sosial Humanior. , sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai residual terdistribusi normal. Hasil uji Levene menunjukkan nilai signifikansi . 251 untuk kelompok jenis kelamin dan . 071 untuk kelompok rumpun ilmu . > . , sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dalam varians. Oleh karena itu, asumsi homogenitas varians juga tidak dilanggar. Berikut adalah hasil uji independent sample t-test untuk tiap kelompok. Tabel 5. Hasil Uji Independent Sample t-test Variabel Kelompok Laki-laki Perempuan Perilaku menyontek Sains dan Teknologi Sosial Humaniora Page | 83 Mean GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Tabel 5 memperlihatkan nilai signifikansi yang diperoleh adalah . 00 untuk kelompok jenis kelamin . < . 515 untuk kelompok rumpun ilmu . > . Artinya, terdapat perbedaan perilaku menyontek yang signifikan antara laki-laki dan perempuan, serta tidak terdapat perbedaan perilaku menyontek yang signifikan antara rumpun ilmu Sains dan Teknologi dan Sosial Humaniora. Skor mean pada laki-laki yang lebih besar daripada perempuan menunjukkan bahwa perilaku menyontek pada laki-laki lebih tinggi daripada Adapun analisis tambahan yang ketiga yakni mengidentifikasi aspek yang paling berpengaruh terhadap perilaku menyontek dengan analisis regresi linier. Berikut adalah hasil analisis ketiga aspek perilaku menyontek. Tabel 6. Perbandingan Nilai R2 Tiap Aspek terhadap Perilaku Menyontek Aspek-aspek Perilaku Menyontek Memberi, mengambil, menerima informasi Menggunakan bahan/material yang dilarang dalam ujian Memanfaatkan kelemahan individu, prosedur, atau Tabel 6 memperlihatkan bahwa aspek yang paling berpengaruh yaitu menggunakan bahan/material yang dilarang dalam ujian. Selain analisis aspek, dilakukan pula analisis untuk mengetahui aitem dari aspek kedua yang memiliki nilai rata-rata besar. Hasil analisis tersebut dapat dilihat pada grafik berikut. Mean A11 A14 A17 A20 Aitem Grafik 1. Rerata Nilai Tiap Aitem Aspek Kedua Data pada grafik di atas memperlihatkan bahwa aitem 8 memiliki nilai rerata tertinggi Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa aitem 8 adalah bentuk perilaku menyontek yang paling banyak dilakukan responden penelitian. Bentuk perilaku menyontek yang dimaksud adalah mencari jawaban dari internet menggunakan gawai. Aitem 17 berada di urutan kedua dengan nilai rerata 2. Bentuk perilaku menyontek pada aitem 17 adalah berbagi jawaban ujian dengan teman melalui aplikasi chat. Berdasarkan uraian dari hasil penelitian di atas, berikut dipaparkan pembahasan terhadap hasil penelitian tersebut. Hasil analisis deskriptif perilaku menyontek menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki skor perilaku menyontek pada kategori rendah . = . Anderman dan Murdock . mengemukakan bahwa intensitas perilaku menyontek pada mahasiswa lebih rendah dibandingkan siswa sekolah menengah karena perbedaan tingkat kompetisi yang dirasakan. Namun, meskipun mengalami penurunan, perilaku menyontek cenderung bertahan sampai perguruan tinggi jika telah dibiasakan sejak Stuber-McEwen. Wiseley, dan Hoggatt . mengemukakan bahwa pelajar yang Page | 84 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA berperilaku menyontek, meskipun hanya sekali, akan cenderung mengulanginya di masa Temuan perilaku menyontek yang lebih rendah di kalangan mahasiswa disebabkan oleh berbagai faktor. Raman dan Ramlogan . mengemukakan bahwa kecenderungan kecurangan akademik pada mahasiswa dapat ditekan dengan adanya aturan akademik atau kode kehormatan . onour cod. yang mengandung berbagai aturan mengikat, salah satunya adalah etika dan ketidakjujuran akademik. Pelanggaran terhadap etika dan ketidakjujuran akademik akan disertai dengan konsekuensi yang merugikan mahasiswa, sehingga mahasiswa akan lebih mempertimbangkan sebelum terlibat dalam tindak kecurangan akademik (Tatum & Schwartz, 2. DiPietro . mengemukakan bahwa dalam rational choice theory, keterlibatan individu dalam suatu perilaku adalah hasil dari pertimbangan untung rugi. Dalam kaitannya dengan perilaku menyontek, individu akan memutuskan untuk berperilaku menyontek atau tidak adalah hasil analisis cost-benefit. Hasil analisis deskriptif performance goal orientation menunjukkan bahwa sebagian besar responden memiliki skor performance goal orientation pada kategori sedang . = . Gunawan dan Pramadi . mengemukakan bahwa budaya kolektif serta orientasi sosial yang tinggi pada sebagian besar penduduk di benua Asia, mempunyai dampak yang spesifik terhadap goal orientation mahasiswa. Li . juga mengemukakan bahwa budaya kolektif cenderung mengarahkan individu pada penggunaan standar serta goal orientation yang bersumber dari orang lain, seperti orang tua atau guru. Oleh karena itu, performance goal orientation membentuk beberapa pola perilaku individu yang berorientasi pada orang lain. Van Dam. Noordzij, dan Born . mengemukakan bahwa individu dengan performance goal orientation berusaha untuk menampilkan satu kompetensi dan berfokus untuk memperoleh penilaian positif dari orang lain. Tujuan utama dari individu adalah untuk menang, atau tidak gagal, yang dalam konteks akademik dapat dilakukan dengan berbagai cara, termasuk berperilaku menyontek (Anderman & Danner, 2008. Anderman & Murdock. Tas & Tekkaya, 2. Hasil uji hipotesis dengan analisis regresi linier sederhana menunjukkan nilai koefisien korelasi . 633 dengan arah positif, nilai koefisien determinasi (R. 401, serta nilai 00 . < . Nilai ini menunjukkan bahwa performance goal orientation adalah prediktor yang signifikan terhadap perilaku menyontek. Performance goal orientation mampu 1% variasi perilaku menyontek. Temuan dalam penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Alt dan Geiger . yang menemukan bahwa faktor utama yang memprediksi kecenderungan untuk menetralisir perilaku menyontek di kalangan mahasiswa adalah performance goal orientation. Dalam penelitian tersebut, dipaparkan pula hasil wawancara dengan 22 mahasiswa dan menemukan bahwa perilaku menyontek dilakukan karena adanya tuntutan orang tua terhadap anaknya untuk mencapai nilai yang baik dalam perkuliahan. Tuntutan untuk meraih nilai yang lebih baik dari orang lain membuat mahasiswa berperilaku menyontek demi menyenangkan orangtua. Penelitian yang dilakukan oleh Daumiller dan Janke . terhadap 105 mahasiswa Universitas Jerman juga menemukan bahwa mahasiswa yang mengadopsi performance goal orientation berperilaku menyontek dalam pelaksanaan ujian daripada mahasiswa yang mengadopsi mastery goal orientation. Kehadiran norma sosial yang menyarankan bahwa perilaku menyontek menjadi cara yang dapat diterima untuk meningkatkan nilai menginduksi performance goal orientation pada mahasiswa, hingga akhirnya terlibat dalam perilaku curang tersebut. Penelitian yang sama dilakukan oleh Daumiller dan Janke . terhadap 169 mahasiswa Universitas Jerman menemukan Page | 85 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA bahwa performance goal berpengaruh terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa karena standar evaluasi yang berfokus pada hasil. Daumiller dan Janke . mengemukakan bahwa ketika pengajar menetapkan standar evaluasi dalam pelaksanaan ujian terletak pada hasil yang nampak, maka mahasiswa akan berpikir bahwa nilai lebih dihargai daripada proses atau strategi yang digunakan dalam menyelesaikan ujian. Dampaknya adalah mahasiswa mengadopsi performance goal orientation yang memfokuskan pada usaha untuk tampil lebih baik dari mahasiswa lain, namun diwujudkan dengan cara yang salah, yaitu menyontek. Temuan menarik dalam penelitian ini adalah beberapa responden menunjukkan skor yang tinggi pada performance goal orientation namun rendah pada skor perilaku Temuan ini mengindikasikan bahwa adanya keinginan untuk tampil lebih baik tidak selalu dibarengi dengan berlaku curang. Jika ditelusuri per aitem pada skala performance goal orientation, sebagian responden memilih respon AusetujuAy pada aspek kognitif . ikiran untuk memperoleh nilai atau tampil lebih baik dari orang lai. Olehnya itu, dapat dipahami bahwa secara kognitif, kemauan untuk meraih nilai yang lebih baik tidak selalu dibarengi dengan perilaku yang maladaptif, misalnya perilaku menyontek. Temuan tambahan dalam penelitian ini adalah perbedaan perilaku menyontek yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Hasil ini koheren dengan temuan peneliti lain (Clariana. Badia, & Cladellas, 2013. Hadjar, 2. Ward dan Beck . menggunakan teori sex-role socialization untuk menjelaskan perilaku menyontek berdasarkan perbedaan jenis Teori ini menjelaskan bahwa dalam masyarakat dengan peran jenis kelamin yang didefinisikan secara kaku, perempuan dikaitkan dengan kepatuhan pada aturan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Teori ini kemudian dipakai untuk menjelaskan mengapa laki-laki lebih sering terlibat dalam perilaku menyontek daripada perempuan. Temuan tambahan selanjutnya adalah tidak ada perbedaan perilaku menyontek ditinjau dari rumpun ilmu. Hasil ini inkoheren dengan temuan peneliti lain (Williams. Nathanson, & Paulhus, 2010. Koul, 2. yang menemukan frekuensi perilaku menyontek pada mahasiswa Sains dan Teknologi lebih tinggi daripada mahasiswa pada rumpun Sosial Humaniora. Krou. Fong, dan Hoff . mengemukakan dalam studi meta-analisisnya bahwa penelitian-penelitian terdahulu kurang mengeksplor perbedaan perilaku menyontek ditinjau dari rumpun ilmu. Dalam studi meta-analisis tersebut, ketidakjujuran akademik berdasarkan rumpun ilmu diperiksa melalui analisis moderator. Hasilnya menunjukkan rumpun ilmu bukan moderator yang signifikan terhadap hubungan antara variabel motivasi dan ketidakjujuran akademik. Temuan tambahan terakhir dalam penelitian ini adalah aspek menggunakan bahan/material yang dilarang dalam ujian sebagai aspek yang paling berpengaruh pada perilaku menyontek mahasiswa, dengan bentuk perilaku menyontek yang paling banyak dilakukan adalah mencari jawaban dari internet menggunakan gawai. Merujuk pada bentukbentuk perilaku menyontek yang dikemukakan oleh Hetherington dan Feldman . , maka mencari jawaban dari internet merupakan bentuk individualistic-opportunistic. Memperhatikan bentuk perilaku menyontek yang dominan pada mahasiswa di Kota Makassar, maka dapat dipahami bahwa perilaku menyontek pada mahasiswa sebagai fungsi dari variabel situasional . aktor peluan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Gunawan dan Pramadi . bahwa faktor eksternal terkadang memainkan peran yang lebih besar daripada faktor internal. Faktor eksternal dinilai mampu memodulasi faktor internal, sehingga kecenderungan perilaku menyontek makin tinggi. Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yang pertama adalah proporsi antara laki-laki dan perempuan dalam penelitian tidak seimbang, sehingga menggeneralisasikan Page | 86 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA hasil dari temuan tambahan terkait peran jenis kelamin dalam perilaku menyontek perlu dilakukan secara hati-hati. Yang kedua, penyebaran skala secara daring memungkinkan data yang diperoleh kurang akurat, meskipun peneliti telah mencoba mengurangi keraguan tersebut dengan mengirimkan tautan pengisian skala hanya kepada responden yang telah terhimpun dalam whatsapp group. Yang ketiga, penggunaan skala self report yang tidak disertai dengan observasi memungkinkan social desireability responden menjadi tinggi. SIMPULAN Berdasarkan pada temuan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa performance goal orientation berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku menyontek pada mahasiswa di Kota Makassar. Performance goal orientation mampu menjelaskan 40,1% variasi perilaku menyontek pada mahasiswa di Kota Makassar. Adapun dari temuan tambahan diketahui bahwa perilaku menyontek pada laki-laki lebih tinggi daripada perempuan, serta tidak ada perbedaan perilaku menyontek yang signifikan antara rumpun ilmu Sains Teknologi dan Sosial Humaniora. Aspek yang paling berpengaruh terhadap perilaku menyontek adalah menggunakan bahan/material yang dilarang, seperti menggunakan catatan kecil, mengunakan gawai untuk mencari jawaban dari internet, dan berbagai jawaban ujian melalui aplikasi chat. Merujuk kepada temuan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang sekiranya dapat dipertimbangkan. Bagi mahasiswa, disarankan untuk membangun integritas akademik yang kokoh, misalnya dengan tidak mudah terpengaruh oleh ajakan teman untuk menyontek dan selalu siap dalam mengikuti ujian, serta memanfaatkan teknologi sebagai sarana penunjang untuk memperkaya diri dengan ilmu pengetahuan . Bagi tenaga pendidik, disarankan untuk menghadirkan suasana pembelajaran yang menyelaraskan antara penguasaan materi dan pemberian nilai bagi mahasiswa, serta senantiasa berusaha meminimalisir bentuk-bentuk perilaku menyontek, khususnya yang memanfaatkan teknologi. Adapun bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk melihat pengaruh dari faktor individual . isalnya kontrol diri, efikasi diri, mastery goal orientatio. dan faktor kontekstual . isalnya regulasi perguruan tinggi, iklim kompetisi, pengaruh teman sebay. terhadap perilaku menyontek. Peneliti selanjutnya juga diharapkan memperhatikan perimbangan laki-laki dan perempuan yang diduga kuat berpengaruh pada rendahnya skor perilaku menyontek. Page | 87 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA REFERENSI