GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Identifikasi Disleksia Siswa Sekolah Dasar dan Peran Guru Kelas dalam Layanan Bimbingan Dan Konseling Delsylia Tresnawaty Ufi1. Erly Oviane Malelak2*. Triati Lestari Salau3 . Institut Agama Kristen Negeri Kupang. Indonesia. Institut Agama Kristen Negeri Kupang. Indonesia. Institut Agama Kristen Negeri Kupang. Indonesia. Abstrak Salah satu masalah belajar siswa yang perlu direncanakan cara belajar yang sesuai kemampuan anak yakni disleksia. Dengan demikian, tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi siswa disleksia dan menganalisis peran guru kelas dalam penanganannya di Sekolah Dasar Negeri Oehendak. Kota Kupang. Metode penelitian adalah penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara dengan subjek Guru kelas Sekolah Dasar Negeri Oehendak. Teknik analisis data melalui proses reduksi data, penyajian data dan kesimpulan. Hasil penelitian diperoleh adanya siswa SD Negeri Oehendak yang tergolong disleksia, dengan ciri siswa membaca lambat kata demi kata, menambahkan huruf dalam satu suku kata, menghilangkan huruf dalam satu suku kata, sulit mengenal huruf. AubAy dan AudAy juga AunAy dan AuhAy, mengganti angka Au4Ay menjadi huruf AuuAy, menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya, ketika membaca seringkali melewati beberapa suku kata dalam baris-baris kalimat dan mengabaikan tanda-tanda Adapun langkah penanganan yang dilakukan guru kelas dalam mengatasi siswa disleksia yakni melalui pendekatan bimbingan dan konseling. Guru kelas menggunakan layanan bimbingan belajar yang berorientasi pada fungsi remedial belajar. Pada layanan ini guru kelas akan melihat proses dan hasil belajar siswa sebagai rujukan untuk merencanakan program remedial belajar bagi siswa disleksia. Adapun guru kelas menggunakan kombinasi pengajaran yang menekankan akan kreatifitas pengajaran yang berdampak pada peningkatan proses dan hasil belajar siswa disleksia. Dengan demikian, peran guru kelas sebagai konselor dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling adalah melalui tahapan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada bidang bimbingan belajar siswa disleksia. Kata kunci layanan bimbingan dan konseling. sekolah dasar Article Info Artikel History: Submitted: 2021-11-16 | Published: 2022-04-30 DOI: http://dx. org/10. 24127/gdn. Vol 12. No 1 . Page: 11 - 25 (*) Corresponding Author: Erly Oviane Malelak. Institut Agama Kristen Negeri Kupang. Indonesia. Email: malelakerly@gmail. Page | 11 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution 4. 0 International License, which permits unrestricted use, distribution, and reproduction in any medium provided the original work is properly cited. Pendahuluan Proses belajar dari seorang siswa tidak selalu berjalan mulus, sebab masih terdapat siswa yang mengalami permasalahan dalam belajar. Permasalahan siswa biasanya terkait dengan kesulitan siswa untuk konsentrasi belajar. Siswa yang sulit dalam belajar disebut memiliki gangguan kesulitan belajar. Adanya ganguan dalam kemampuan membaca, menulis dan berhitung disebut sebagai kesulitan belajar (Masroza, 2. Oleh karena itu, pentingnya kegiatan membaca didunia pendidikan disamping menulis dan berhitung (Mardika, 2. Adanya kendala dalam kegiatan belajar yang dijalani oleh siswa menunjukkan aktifitas belajar yang kurang lancar yang dapat disebabkan oleh daya tangkap yang lemah terhadap apa yang dipelajari, bahkan merasa sulit untuk mengerti materi yang diajarkan. Kesulitan belajar mengindikasikan adanya gangguan dalam belajar baik dalam hal kemampuan membaca, menulis, dan berhitung. Terkait ketidakmampuan dalam membaca dan menulis mengarah pada lemahnya kemampuan otak dalam mengolah dan memproses Hal tersebut dapat berdampak pada akademis siswa. Tugas akademis yang tidak terselesaikan sebagai gambaran siswa yang sulit Siswa yang mengalami kesulitan belajar, dapat pula mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademis. Sebagaimana yang dikatakan oleh Army, . bahwa siswa berkesulitan belajar disebabkan ketidakberfungsian neurologis, proses psikologis dasar maupun sebab-sebab lain, sehingga siswa tidak naik kelas karena hasil belajar yang Sementara itu. Putri and Marpaung, . menyikapi adanya berbagai hambatan belajar yang dialami siswa, sehingga berdampak pada hasil belajar. Hambatan tersebut mungkin bersifat psikologis, sosiologis ataupun fisiologis. Kesulitan belajar dapat terjadi karena ada kelainan gerak misalnya sulit adanya keseimbangan tubuh saat duduk atau berdiri, berjalan atau melompat. kesulitan menyadari tubuh sendiri dan kesulitan dalam keterampilan psikomotorik serta ketidakberfungsian otak (The brain dysfunctio. Kesulitan belajar dapat pula disebabkan oleh lambatnya kematangan otak dibandingkan dengan anak-anak normal lainnya. Kesulitan belajar terkait dua kelompok, yaitu kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan . evelopmenttal learning disabilitie. yang berupa gangguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa, dan penyesuaian perilaku sosial, serta kesulitan belajar yang berhubungan dengan akademik . cademic learning disabilities. yang ditunjukkan lewat rendahnya hasil belajar terkait membaca, menulis dan berhitung (Abdurrahman, 2. Siswa dapat mengalami ketidakmampuan dalam membaca, jika dalam prosesnya siswa bertemu dengan kesulitan belajar. Guru atau orang tua dapat mengetahui kesulitan anak dalam belajar ketika kemampuan belajar anak/siswa mengalami kegagalan, kesulitan tersebut tampak ketika anak sudah masuk ke sekolah dasar (Noviana, 2. Sekolah dasar sebagai tempat bagi siswa untuk belajar memiliki kemampuan membaca, sebab jika tidak maka akan menyulitkan siswa dalam belajar pada kelas-kelas Oleh karena itu. Kesulitan belajar dapat diamati dan dipahami oleh guru atau orangtua sejak dini untuk dapat menolong siswa dalam memahami ketidakmampuannya. Selanjutnya, siswa ditolong oleh pendidik untuk melakukan tindakan penanganan. Page | 12 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Tindakan penanganan terhadap kesulitan belajar siswa diharapkan dapat membantu dirinya terhindar dari kesulitan belajar. Bantuan yang diberikan oleh pendidik dalam pembelajaran dapat ditempuh dengan memberi waktu belajar yang lebih kepada siswa juga remedial. Penambahan waktu belajar dan remedial tersebut dengan tujuan prestasi akademik dapat diraih lebih baik oleh siswa tersebut, sebab kemampuan membaca yang baik dapat menjadi penentu keberhasilan siswa. Berdasarkan penelitian di SD Negeri Oehendak, didapati bahwa terdapat siswa yang mengalami gangguan kesulitan belajar terkait akademik, yakni kesulitan belajar membaca/disleksia. Siswa kesulitan untuk membaca, ketika hendak menggabungkan sebuah kata pun ia sulit membacakannya. Siswa mengeja huruf per huruf, dan ketika menyatukan dalam satu kata, subjek mengalami kesulitan untuk melakukannya. Sama halnya ketika siswa menuliskan apa yang dibaca dari buku di papan tulis, tulisannya tidak Bicaranya pun lamban, dan saat belajar tidak fokus. Ketika membaca siswa mengeja, dan saat digabungkan hasilnya tidak sesuai tulisan. Bahkan siswa ketika diminta untuk menuliskannya, siswa mampu untuk melakukannya, tetapi saat membacanya ia tidak dapat melakukannya dengan baik. Atmaja . menguraikan bahwa disleksia merupakan masalah lambatnya perkembangan bahasa. Disleksia adalah kesulitan dalam membaca dan menulis karena ketidakmampuan belajar seseorang yang mengarah pada otak sebagai tempat mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca (Lidwina, 2. Karakteristik anak disleksia menurut NurAoaeni . adalah inkurasi membaca lambat, terbalik dalam mengenal huruf dan kata, bingung membedakan kata, serta tidak mengerti isi bacaan. Bentuk kesulitan membaca siswa disleksia, seperti melakukan penambahan suku kata, hurufnya dihilangkan dan dibalik dalam suku kata, membalik kata atau angka pada arah kiri kanan . nversion/mirrorin. dan atas kebawah, misalnya papa menjadi qaqa, huruf dibalik, dan mengganti huruf atau angka . misalnya, lupa menjadi luga, angka 3 menjadi 8. Adapun faktor yang mempengaruhi disleksia adalah faktor neurobiologis, dan faktor keturunan (Devaraj, 2. Siswa disleksia merupakan siswa dengan ketidakmampuan membaca yang baik sehingga sulit dalam mengidentifikasi huruf, kata atau kalimat. Kekeliruan dalam memahami huruf, kata dan kalimat ini mengakibatkan siswa sulit untuk melakukan aktifitas belajarnya dengan baik yang berdampak pada hasil belajarnya. Kekeliruan dalam mengenal kata yakni ada pembalikkan kata, penghilangan kata, penyisipan kata, penggantian kata, salah ucap, pengubahan tempat, dan tidak mengenal kata. Kelemahan dan kesulitan belajar ini dapat dilihat saat menjawab pertanyaan bacaan ada kekeliruan, tidak mampu mengemukakan cerita, tidak mampu memaham tema suatu cerita (Fauzi. Menurut Masroza . jika siswa mengalami adanya hambatan, keterlambatan, ketertinggalan dalam kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, maka siswa tersebut mengalami gangguan kesulitan belajar. Faktor penyebab kesulitan belajar yakni inteligensi, dan non inteligensi. Tingginya inteligensi seseorang tidak tentu tinggi pula hasil belajarnya. Dengan demikian, siswa dalam masalah belajarnya harus diketahui oleh guru agar diberi bimbingan yang tepat. Menurut Tammasse dan Jumraini . anpa tahu. kesulitan belajar gangguan/kesulitan menulis . , dan gangguan kesulitan belajar matematika . Kemampuan siswa dibidang ini lemah dibanding dengan siswa lainnya, di mana siswa sulit mengenali bentuk huruf, nama huruf, bunyi huruf, kesulitan membaca dan menuliskan kata-kata (Dewi, 2. Page | 13 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Hal tersebut didukung dengan hasil penelitian dari (Lidwina, 2. bahwa penyebab disleksia, yakni masalah fonologi, yaitu hubungan sistematik bunyi dan huruf, perkataan yang perlu diingat, masalah penyusunan yang sistematis, masalah ingatan jangka pendek, dan masalah pemahaman sintaksis . ata bahas. Hal utama dari gejala disleksia sebagai tanda defisit sistem fonologi adalah masalah dengan kata, decoding dan Selanjutnya kesulitan mengeja kata . , kesulitan memberi arti kata . , kesulitan membangun sebuah kalimat . dan bagaimana kata-kata dibangun dari akar, awalan, dan sufiks . Selain masalah fonologi, terdapat kelainan pada struktur dan fungsi neurologis. Neurologis abnormalitas dapat dilihat sebagai hasil dari interaksi yang rumit antara kedua faktor genetik dan pengaruh lingkungannya, bilamana suatu interaksi yang dimulai sedini mungkin selama perkembangan janin. Terkait penyebab hal primer ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Environtment Genes PRIMARY NEUROLOGICAL DEFICIT Ectopia/dysplasia Symmetrical piana temporale PRIMARY BASAL PROBLEMS Closely related Basal problems Deficit in Phonological system General linguistic problems SMT Articulation Norming PRIMARY SYMPTOMS Word decoding Spelling SECONDARY PROBLEMS Reading comprehension Mathematics Self-image Socio-emotional Eye movements Gambar 1. Gejala dan penyebab primer dari disleksia (Sumber: Hoien dan Lundberg, 2. Page | 14 Delayed leanguage GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Pada saat manusia melakukan kegiatan pemrosesan bahasa, aktivitas pada hemisfer bagian kiri akan tampak lebih besar daripada hemisfer bagian kanan, sedangkan pada orang yang mengalami gangguan disleksia, aktivitas hemisfer kedua bagian menjadi sama besar (Atmaja, 2. Perbandingan isyarat saraf antara otak normal dengan otak penderita disleksia dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Otak mereka yang tidak mengalami disleksia Otak mereka yang mengalami disleksia Gambar 2 Perbandingan isyarat saraf otak normal dengan otak penderita disleksia (Sumber: Atmaja, 2. Penyebab terhambatnya anak disleksia dalam pemrosesan bahasa adalah karena terjadinya pemusatan pada perjalanan saraf penghubung atau confusing jam nerve signal menjadikan proses penginformasian antar saraf semakin lama (Atmaja, 2. Selain dari penyebab primer, adapun penyebab sekunder yaitu defisit linguistic yakni, kurangnya pemahaman tentang bunyi-bunyian bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Hal ini muncul oleh karena memori jangka pendek, kesulitan dalam penamaan, artikulasi yang buruk, dan pengembangan bahasa yang tertunda. Juga termasuk dalam masalah keterampilan motorik yang buruk, masalah perhatian, konsentrasi yang buruk, kesulitan dengan urutan sistem informasi dan lain-lain. Kesulitan bahasa dasar ini dapat memberi pengaruh negatif pada proses belajar membaca. Keterlambatan membaca dan kebingungan mengenali huruf dan angka yang mirip menunjukan gangguan disleksia yang pada akhirnya berpengaruh pada lahirnya gangguan kepercayaan diri (Lidwina, 2. Selanjutnya, menurut Dewi . disleksia menunjukkan angka yang bervariasi di berbagai negara, di Inggris, 5% anak disleksia, namun di Amerika mencapai 17%. Tetapi disleksia rata-rata sekitar 15%. Menurut Dewi yang adalah ketua Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) bila dalam satu kelas 30 siswa maka bisa terdapat 3-5 siswa disleksia. Data ini memberikan informasi bagi orang tua dan guru untuk dapat mengenali anak-anak disleksia, sebab jika tidak siswa akan dilabeli bodoh, malas, nakal, dan anak yang tidak Hal-hal tersebut menggambarkan kesulitan belajar siswa, yang berdampak pada prestasi belajarnya yang bisa menurun atau rendah (Defriyanto & Dernawan, 2. Hasil penelitian dari Tarmansyah . bahwa siswa Sekolah Dasar jenjang kelas I-VI di Kecamatan Pauh mengalami kesulitan belajar seperti sulit membaca sebesar 76,6%, lambat belajar sebesar 75%, gejala prestasi dibawah rata-rata . sebesar 66,4%, sulit menulis sebesar 61,3 % dan sulit berhitung sebesar 48,6%. Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Noviani . bahwa prevalensi anak kesulitan belajar Page | 15 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA membaca di 53 SD Negeri se Kecamatan Kuranji Padang sebanyak 2. 973 atau 23,4% siswa dari 12. 762 siswa, sehingga dari 53 SD Negeri se Kecamatan Kuranji Padang terdapat 56 siswa di setiap sekolah dan 9 siswa di setiap kelas yang mengalami kesulitan belajar membaca. Sementara itu, menurut data Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia (ADI) 10-15% siswa di dunia disleksia, lalu lima juta dari lima puluh juta orang Indonesia terindikasi mengalami disleksia (Putri, 2. Banyaknya jumlah siswa yang mengalami disleksia berdasarkan data di atas maka diperlukan bimbingan ekstra dari guru. Guru sebagai bagian dari pihak sekolah ikut membantu dan membimbing siswa agar berhasil dalam kehidupannya (Gunarsa and Gunarsa, 2. Guru perlu membantu siswa dalam kesulitan belajarnya, sebab jika tidak demikian siswa akan tertinggal dengan siswa lainnya. Sebagaimana yang dikatakan oleh Putri . bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca/disleksia merasa terbeban untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sehingga menyebabkan hilangnya kepercayaan diri, merasa minder dan tidak nyaman. Lebih lanjut. Hikmah . mengutarakan bahwa siswa yang mengalami kesulitan belajar membaca merasa terbeban dengan apa yang ditugaskan oleh guru karena tidak mampu mengikuti instruksi yang diberikan oleh guru. Dengan demikian, pengelolaan kelas yang baik perlu diupayakan oleh guru dengan memberikan fasilitas dan motivasi belajar, untuk mengatasi kesulitan membaca siswa. Dalam hal ini guru kelas memiliki peran ganda, yakni menolong siswa menyelesaikan tugas akademik, dan membantu perkembangan siswa. Guru yang bersungguh-sungguh menggunakan strategi dalam membimbing dan mendidik siswa untuk rajin membaca dan belajar sehingga dapat mengantarkan siswa pada keberhasilan (Mardika, 2. Strategi guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswa berkaitan dengan perencanaan dan penetapan pola mengajar yang ditetapkan berdasarkan metode dan teknik mengajar yang sesuai. Strategi mengajar dibutuhkan siswa agar kesukaran, dan kesusahan yang menjadi hambatan dalam belajar khusunya kesulitan membaca dapat diatasi sehingga tujuan belajar dapat tercapai (Subini, 2. Strategi mengajar yang efektif mengacu pada pendekatan student Center Learning (SCL) atau pengajaran yang berpusat pada siswa. Oleh karena itu agar tujuan pembelajaran dapat tercapai, maka guru kelas dapat menggunakan strategi belajar yang memudahkan dalam pengelolaan kelas (Suhera, dan Hasan, 2. Strategi pembelajaran yang efektif perlu ditetapkan dan dilaksanakan oleh guru untuk menghasilkan pembelajaran yang berkualitas. Strategi pembelajaran yang efektif dapat menghasilkan hal yang bermanfaat seperti bagaimana harus memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif dengan semua siswa dari latar belakang kultur (Haidir dan Salim, 2. Siswa perlu diberi motivasi sebagai bagian terpenting yang harus dibangun sebelum memulai pembelajaran karena aktivitas belajar adalah aktivitas yang berhubungan dengan keadaan mental seseorang, dan bermakna bagi diri siswa secara personal (Haidir dan Salim, 2. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi pembelajaran yang tepat dalam membimbing siswa disleksia. Selain itu guru kelas yang juga berperan dalam melaksanakan layanan bimbingan dan konseling di sekolah dasar perlu memberikan layanan yang sesuai agar siswa diskelsia tidak mengalami hambatan dalam perkembangan dan pendidikannya. Page | 16 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA METODE Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian dengan jenis deskriptif . escriptive researc. dimana suatu rumusan masalah yang berkenan dengan pertanyaan terhadap keberadaan dan (Sugiyono, 2. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik wawancara semi terstruktur dan observasi. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument yang merupakan pengembangan peneliti. Ada 4 instrument yang dipakai dalam penelitian ini, diantaranya Instrument 1a. Identifikasi Siswa Disleksia. Instrument 2a. Setting BK di Sekolah Dasar. Instrumen 2b. Peran Guru SD Dalam Pelayanan BK. Instrumen 2c. Pelaksanaan Layanan BK di SD. Keempat instrument wawancara ditujukan kepada subjek dalam penelitian ini yang berjumlah 3 Guru Kelas. Ketiga Guru Kelas tersebut masing-masing sebagai guru kelas 2, guru kelas 3 dan guru kelas 4 SD Negeri Oehendak. Instrument wawancara yang digunakan untuk menjaring siswa disleksia adalah instrument 1a. Identifikasi Siswa Disleksia. Berdasarkan hasil instrumen 1a. diketahui pada kelas 2 dengan jumlah 25 siswa terjaring 2 siswa mengalami gangguan disleksia. Pada kelas 3 dengan jumlah 23 siswa juga terjaring 2 siswa disleksia. Hal serupa juga terjadi pada kelas 4 dengan jumlah 20 siswa terjaring 2 siswa disleksia. Keenam siswa yang mengalami disleksia diketahui 4 siswa laki-laki . elas 2=2 siswa, kelas 3=1 siswa dan kelas 4= 1 sisw. dan 2 siswa perempuan . elas 3= 1 siswi dan kelas 4=1 sisw. Rentang usia keenam siswa disleksia antara 8 sampai 10 tahun. Disleksia Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data bahwa di SD Negeri Oehendak terdapat siswa yang kesulitan dalam membaca atau disleksia. Siswa-siswa yang disleksia tersebut terdapat di kelas 2 . , kelas 3 . dan kelas 4 . Berdasarkan instrument 1a. Identifikasi Siswa Disleksia, diketahui sebaran siswa disleksia sebagai berikut: Tabel 1. Identifikasi Siswa Disleksia di SD Negeri Oehendak Kelas Jumlah Siswa Disleksia Siswa Laki-Laki Perempuan Kelas 2 Kelas 3 Kelas 4 Jumlah Secara umum gejala-gejala disleksia pada masing-masing siswa hampir sama. Akan tetapi akan terlihat berbeda satu dengan yang lainnya dalam hal pemenuhan ketercapaian kompetensi pembelajaran pada mata pelajaran tertentu. Hal ini dapat terlihat pada tabel di bawah ini. Page | 17 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Tabel 2. Identifikasi Gejala Siswa Disleksia di SD Negeri Oehendak Gejala-gejala Disleksia Siswa AuaAy (Kelas . Membaca lambat, kata demi kata Oo Tambahan: Intonasi suara siswa a turun naik tidak teratur Melakukan penambahan dalam suku kata . misalnya batu menjadi baltu, mobil menjadi molbil, tugas menjadi tuhgas, dua menjadi duwa, dan Menghilangkan huruf dalam suku kata . misalnya masak menjadi masa, tujuh menjadi tuju, indah menjadi inda, minyak menjadi miyak, saying menjadi sayan, uang menjadi uan dan Membalikkan huruf, kata, atau angka dengan arah terbalik kiri kanan . nversion/mirrorin. , misalnya dadu menjadi babu, nama menjadi mana, dan Membalikkan bentuk huruf, kata atau angka dengan arah terbalik atas bawah . , misalnya papa menjadi qaqa, 6 menjadi 9, b menjadi d, dan sebagainya. Mengganti huruf atau angka . misalnya, lupa menjadi luga, 4 menjadi U, 3 menjadi 8. S menjadi 5. T menjadi 7 dan Sering mengulang dan menebak kata-kata atau frasa. Menggunakan jarinya untuk mengikuti padangan matanya yang beranjak dari satu teks ke teks Oo Siswa Disleksia Siswa Siswa AucAy AudAy (Kelas (Kelas Oo Oo Oo Tambahan: Intonasi datar dan tempo saat Oo Oo Siswa AubAy (Kelas . Ket Siswa AueAy (Kelas Oo Siswa AufAy (Kelas . Oo Oo Tambahan: Intonasi turun naik teratur saat Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Oo Page | 18 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. Gejala-gejala Disleksia Melewatkan beberapa suku kata, frasa atau bahkan baris-baris dalam teks. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti. Mengabaikan tandatanda baca. Siswa Disleksia Siswa Siswa AucAy AudAy (Kelas (Kelas Oo Siswa AuaAy (Kelas . Siswa AubAy (Kelas . GUIDENA Ket Siswa AueAy (Kelas Oo Siswa AufAy (Kelas . Oo Oo Kesulitan membaca atau disleksia sebagai salah satu jenis kesulitan belajar. Benasich dan Thomas . alam Atmaja, 2. menjelaskan disleksia adalah kurang fasih dalam membaca. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa/siswi SD Negeri Oehendak mengalami disleksia ditunjukkan lewat membaca yang lambat. NurAoaeni . menjelaskan ciri anak yang disleksia adalah terkait lambat membaca kata demi kata, bahkan intonasi suara turun naik tidak teratur. Ditemukan data bahwa siswa juga sering membalikkan huruf, dan sulit membedakan huruf menunjukkan ciri dari anak disleksia yang menunjukkan inakurasi membaca, yakni pengenalan huruf dan kata yang terbalik serta menunjukkan pemahaman yang buruk pula dalam membaca (NurAoaeni, 2. Selain itu, siswa juga didapati ketika membaca menggunakan jarinya untuk membaca per suku kata. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Fanu . bahwa karakteristik anak yang kesulitan membaca meliputi membaca yang lamban karena untuk membaca anak perlu menggunakan jarinya untuk mengeja kata per kata. Siswa seperti ini digolongkan dengan tipe surface, yakni disleksia yang sulit membaca kata-kata walaupun yang sudah diketahui, sehingga mengeja adalah cara yang dipakai untuk membaca (Atmaja, 2. Penemuan lainnya adalah tekait dengan siswa disleksia yang dalam aktifitas membacanya sering mengganti angka menjadi huruf, dan mengabaikan tanda-tanda baca ketika diberi bacaan oleh guru. Penemuan ini menjelaskan pula tentang bentuk-bentuk kesulitan membaca siswa disleksia yakni salah satunya mengganti huruf atau angka (Atmaja, 2. , misalnya dari temuan menunjukkan siswa mengganti angka Au4Ay menjadi huruf AuuAy. Bukti ini menunjukkan siswa disleksia bingung mengenali huruf dan angka yang Sedangkan menurut Fanu . mengungkapkan anak disleksia adalah yang mengabaikan tanda-tanda baca. Melalui hasil penelitian, disleksia yang dialami siswasiswa, maka ada kecenderungan bahwa pemicu disleksia adalah kelainan neurobiologis dengan gejalanya seperti dalam pengejaan dan pengkodean simbol yang sulit dikenali. Beberapa gejala disleksia yang dialami adalah lambat dalam membaca kata demi kata dan naik turunnya intonasi, membalikkan huruf, kata dan angka yang mirip, misalnya AubAy dengan AupAy. AuuAy dengan AunAy, kesalahan mengeja dan kesulitan menulis (Lidwina, 2. Mulyadi . menjelaskan bahwa anak disleksia sering membaca buku dalam waktu lama tetapi tidak membaca huruf. Ia membaca AubAy menjadi AudAy, angka Au2Ay menjadi Au5Ay jika diurut bersama serta bingung antara kiri dan kanan. Siswa pada penelitian ini tergolong pada masa anak-anak. Kohnstam . alam Miftahul Jannah, 2. mengatakan pada usia sekolah siswa akan mengalami perkembangan intelektual lewat pendidikan. Kemampuan intelek anak karena itu juga mencakup kemampuan berbahasa. Pengembangan kemampuan dasar-dasar membaca Page | 19 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA didalamnya adalah kemampuan membaca yang telah dimulai pada masa kanak-kanak Disleksia ditunjukkan melalui kesalahan dalam menulis dan mengeja (Bryan dan Bryan, dalam Atmaja, 2. Lidwina . memberi pengertian disleksia sebagai sebuah kondisi dengan penglihatan yang buruk. Hal ini terkait dengan salah satu kesulitan area belajar spesifik yakni area keterampilan untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, mengeja, aritmatika dan bahasa tahu. Otak pada anak disleksia berbeda dengan anak normal. Pada anak normal otak yang bekerja ada tiga bagian otak besar, yakni broca . rtikulasi kat. , parieto-temporal . nalisis kat. , dan accipito temporal . entuk kat. sedangkan pada anak disleksia area broca saja yang banyak berfungsi (Widyorini. Faktor penyebab siswa disleksia menurut Devaraj . adalah terkait faktor neurobiologis, yakni terjadinya pemusatan pada perjalanan saraf penghubung atau confusing traffic jam of nerve signal di mana pengiformasian antarsaraf semakin lama. Jenis intrvensi yang berdampak terhadap faktor neurobiologis, dalam uraian Shaywitz et . , diantaranya adalah intervensi fonologis yang berdampak pada kelenturan sistem saraf untuk membaca. Dalam hasil penelitiannya dijelaskan bahwa siswa kelas dua dan tiga yang menerima eksperimen intervensi fonologis berbasis bukti dapat meningkatkan kemampuan membaca. Selain itu, faktor primer dan gejalanya juga menjadi penyebab gangguan disleksia di mana ditemukan bahwa gejala disleksia adalah terkait dengan masalah decoding dan ejaan. Gejala ini karena defisit sistem fonologis. Berbagai peneliti menemukan identifikasi disleksia memiliki kaitan dengan ortografi, yakni bagaimana kata-kata itu dieja. semantik, yakni arti kata-kata. sintaksis, yakni bagaimana kalimat itu dibangun. dan morfologi, yakni bagaimana kata-kata dibangun dari akar, awalan dan sufiks (Hoien dalam Lundberg, 2. Dengan demikian, disleksia adalah terkait penyebab masalah fonologis, juga karena memori jangka pendek yang terkait artikulasi yang buruk dan tertundanya pengembangan bahasa. Disleksia ini dapat berpengaruh pada proses belajar membaca, keterampilan motorik yang buruk. masalah pehatian, konsentrasi yang buruk, kesulitan dengan urutan informasi, dan kesulitan menguraikan kata. Walaupun demikian anak disleksia juga memiliki kelebihan lain yang perlu digali potensinya baik oleh orangtua dan guru (Fosten, 2. Peran Guru Kelas Dalam Layanan Bimbingan dan Konseling Secara struktural bimbingan dan konseling belum ada pada seting Sekolah Dasar. Namun, pada kondisi belum tersedianya guru bimbingan dan konseling atau konselor di Sekolah Dasar maka penyelenggaraan bimbingan dan konseling dapat ditugaskan pada guru kelas terlatih atau kompeten (Farozin et al. ,2. Oleh karena itu guru kelas juga memiliki peran sebagai guru bimbingan dan konseling. SD Negeri Oehendak tidak memiliki guru Bimbingan dan Konseling, sehingga pelaksanaan bimbingan dan konseling dilaksanakan oleh guru kelas. Dinkmeyer & Caldwell . alam Ngalimun 2. mengutarakan fokus bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar lebih menekankan pada pengembangan pemahaman diri, pemecahan masalah, dan kemampuan berhubungan secara efektif dengan orang lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat berbagai permasalahan yang dialami oleh siswa Sekolah Dasar yaitu masalah perilaku mengganggu pada siswa atau dikenal dengan siswa nakal, siswa yang tidak hadir di sekolah tanpa keterangan, dan masalah belajar. Masalah yang menjadi fokus perhatian utama guru kelas ialah masalah belajar, khususnya dalam hal membaca. Page | 20 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA Kesulitan membaca diidentifikasi sebagai salah satu masalah belajar siswa. identifikasi tentang gejala-gejala sesuai pada diri anak dalam kegiatan di sekolah (Natawidjaja dalam Taufiq, dkk 2. Pelaksanaan identifikasi merupakan bagian dari penilaian kebutuhan dalam layanan bimbingan dan konseling. Penilaian kebutuhan merupakan kegiatan awal dan dasar dari rangkaian kegiatan bimbingan dan konseling. Penilaian kebutuhan dimaksudkan untuk memahami kondisi, kebutuhan dan masalah konseli, sehingga layanan bimbingan dan konseling yang diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Pelaksanaan penilaian kebutuhan dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tes dan nontes. Berdasarkan hasil identifikasi, guru menetapkan stategi yang dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan membaca. Strategi yang digunakan ialah dengan mengelompokkan siswa ke dalam kelompokkelompok sesuai perkembangan membaca siswa, yakni kelompok siswa yang belum bisa membaca, kelompok siswa yang belum bisa mengeja dan kelompok siswa sudah bisa membaca. Strategi belajar ini menurut peneliti berbeda dengan hasil penelitian Seperti penelitian dari Hasanudin dan Puspita . yang meneliti tentang upaya mengatasi kesulitan membaca permulaan pada siswa adalah dengan menggunakan aplikasi pintar membaca yaitu Bamboomedia BMGames Apps. Penelitian lainnya dari Hidayah . yang menangani anak berkesulitan membaca dengan menggunakan aplikasi teori fonologi yakni model pelatihan fonem. Siswa yang telah berhasil mengeja dan membaca akan dipindahkan ke kelompok yang telah mampu membaca. Dalam hal ini guru menggunakan istilah rolling dalam perpindahan yang dilakukan. Perpindahan kelompok siswa ini terlaksana untuk memberi motifasi belajar siswa disleksia untuk giat belajar agar dapat mengeja dan membaca sehingga dapat dipindahkan ke kelompok membaca. Strategi belajar ini oleh guru sangat efektif karena menunjukkan adanya perkembangan dalam membaca bagi siswa disleksia. Strategi belajar ini disebut strategi bimbingan kelompok. Guru dalam hal ini guru kelas melaksanakan layanan bimbingan kelompok di dalam kelas dan di luar Di dalam kelas dilaksanakan terintegrasi dengan strategi pembelajaran yang digunakan, yakni mengelompokkan siswa dalam kelompok belajar sesuai perkembangan membaca siswa. Sedangkan di luar kelas dilasanakan pada saat ada Aujam kosongAy dan saat jam pulang sekolah. Bimbingan belajar di luar kelas bisa dikatakan sebagai les Sebagaimana hasil penelitian dari Feronika . bahwa siswa disleksia diatasi dengan memberi les tambahan. Bimbingan kelompok yang dilaksanakan sebatas mengatasi masalah kesulitan membaca siswa. Bimbingan dilakukan dalam bentuk bimbingan mengeja dan membaca. Dalam melaksanakan bimbingan belajar, guru kelas mengumpulkan data dan informasi tentang perkembangan belajar siswa yang dibuat dalam portofolio. Selanjutnya ditelusuri perkembangan membaca siswa melalui pengamatan saat bimbingan kelompok dan melalui hasil belajar siswa. Perkembangan membaca siswa juga dilanjutkan informasinya ke orangtua melalui kunjungan rumah agar keadaan dan hasil belajar siswa dapat disampaikan dan diketahui orangtua. Dalam kunjungan rumah tersebut, guru juga meminta orangtua untuk bekerja sama dalam membimbing siswa yang mengalami kesulitan membaca. Idealnya, pelaksanaan layanan bimbingan kelompok tidak hanya dilaksanakan untuk mengatasi kesulitan belajar siswa melainkan juga berbagai kebutuhan lainnya. Layanan bimbingan dan konseling di SD merupakan layanan spesifik yang didiberikan kepada siswa untuk dapat mencapai perkembangan optimal, mampu mencapai tugas perkembangan seperti yang diharapkan. Tugas perkembangan yang Page | 21 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA harus ditampakkan dan dikuasai itu telah dirumuskan dalam standar kompetensi kemandirian peserta didik (SKKPD) (Widada, 2. Guru kelas melakukan kunjungan rumah bagi siswa yang mengalami masalah kesulitan membaca. Tujuan dilakukan kunjungan rumah untuk berdiskusi dan menyampaikan keadaan siswa di sekolah. Sebelumnya guru menyiapkan profofolio yang berisi keadaan dan hasil belajar siswa untuk disampaikan kepada orang tua. Sebab orangtua memiliki peran penting dalam perkembangan anak termasuk membaca anak. Sebagaimana yang dikatakan oleh Mardika . bahwa kerja sama orang tua dapat membantu anak mengatasi masalah belajar anak terkhususnya membaca. Sebab, dalam penelitiannya ditemukan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kesulitan belajar anak adalah peran orang tua yang kurang perhatian terhadap anak juga dalam pengawasan terhadap anak. Oleh karena itu, layanan bimbingan dan konseling di Sekolah Dasar oleh guru kelas merupakan layanan spesifik yang didiberikan kepada siswa untuk dapat mencapai perkembangan optimal, mampu mencapai tugas perkembangan seperti yang diharapkan. Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Di SD Negeri Oehendak Pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling di SD Negeri Oehendak merupakan suatu pengalaman identifikasi peranan Guru Kelas dalam memaksimalkan kompetensinya. Pentingnya layanan bimbingan dan konseliing di Sekolah Dasar karena layanan bimbingan dan konseling yang diberikan dapat membantu siswa yang mengalami masalah baik terkait dengan dirinya sendiri, maupun yang terkait dengan lingkungan sekitar (Batubara dan Ariani, 2. Hal menarik yang menjadi perhatian penelitian ini adalah bagaimana seorang guru kelas mengoptimalkan kemampuannya untuk menangani siswa disleksia. Oleh karena itu, perlu dilaksanakannya layanan bimbingan dan konseling yang sebenarnya dilakukan oleh guru bimbingan dan konseling, tetapi keadaan di Sekolah Dasar belum memiliki guru bimbingan dan konseling, maka guru kelas dapat bertindak sebagai konselor untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling (Farozin, et al. , 2. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konselling yang dilakukan oleh guru kelas melalui tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Dalam tahap perencanaan telah berjalan sesuai dengan isi tahapannya sebagaimana yang tercantum dalam Kemendikbud . yakni tahap persiapan, yaitu adanya asesmen kebutuhan, lalu berdasarkan asesmen kebutuhan tersebut mendapat dukungan dari pimpinan sekolah dan menetapkan perencanaan program. Schmidt . alam Supriyanto dan Handaka, 2. menjelaskan perencanaan program bimbingan dan konseling seharusnya bukan hanya dilakukan oleh guru, tapi juga melibatkan seluruh pihak yang memiliki peran penting dalam pengambilan kebijkan, dalam hal ini kepala sekolah dan guru kelas. Tahapan perencanaan program terlaksana secara insidental, dan dapat membantu siswa yang bermasalah. Jarkawi . menjelaskan adanya perencanaan sebagai fungsi manajemen bimbingan dan konseling untuk mengukur, menilai dan menganalisis kegiatan bimbingan dan konseling. Tahapan pelaksanaan bimbingan dan konseling merupakan pelayanan dasar sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan yang dirancang secara sistematis dengan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok. Selanjutnya, perencanaan layanan bimbingan dan konseling kemudian di evaluasi. Winkel . alam Putri, 2. mengungkapkan evaluasi program bimbingan adalah sebagai usaha menilai efisiensi dan efektivitas pelayanan bimbingan demi peningkatan mutu program bimbingan. Kemudian Azizah et. Page | 22 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA mengungkapkan bahwa penilaian program bimbingan konseling merupakan usaha untuk menilai sejauh mana pelaksanaan program itu mencapai tujuan yang telah ditetapkan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa disleksia yang dialami siswa SD Negeri Oehendak, pemicunya adalah kelainan neurobiologis, lamban dalam membaca setiap kata, sehingga saat membaca menggunakan jari per suku kata, tidak teraturnya intonasi suara, selanjutnya ada kecenderungan kata, angka dan huruf yang mirip dibalik saat membaca, lalu sulit membedakan huruf, mengganti angka menjadi huruf, kesalahan mengeja, kesulitan menulis dan mengabaikan tanda-tanda baca. Untuk mengatasi siswa disleksia, maka guru kelas melakukan perannya sebagai guru bimbingan dan konseling dalam memberi layanan bimbingan dan konseling bagi siswa yang bermasalah dengan disleksia. Pemberian layanan bimbingan dan konseling dilakukan melalui tiga tahapan, yakni perencanaan . ecara insidenta. , pelaksanaan dan evaluasi. Page | 23 GUIDENA: Jurnal Ilmu Pendidikan. Psikologi. Bimbingan dan Konseling ISSN: 2088-9623 (Prin. - ISSN: 2442-7802 (Onlin. GUIDENA REFERENSI