Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 2 (Oktober 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 IDENTIFIKASI TINGKAT SERANGAN HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JATI (Tectona grandis Linn. F) DI LOKASI HUTAN RAKYAT DI DESA MANUNGGAL JAYA KECAMATAN TENGGARONG SEBERANG KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA Fenny Fajriani1*. Masitah Indriani2. Jumani3, dan Heni Emawati4 1,2,3,4 Fakultas Pertanian. Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Indonesia. Jl. Ir. Juanda No. 80 Samarinda KP 75124. E-Mail: fenny185401018@untag-smd. id (*Corresponding autho. Submit: 09-07-2025 Revisi: 02-08-2025 Diterima: 13-08-2025 ABSTRAK Identifikasi Tingkat Serangan Hama Dan Penyakit Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) Di Lokasi Hutan Rakyat Di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Hama dan penyakit tanaman dapat menurunkan kualitas dan kuantitas tanaman, baik pada tanaman dan hasil tanaman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui frekuansi serangan (FS), untuk mengetahui intensitas serangan (IS) dan tindakan perawatan apabila diperlukan Di Lokasi Hutan Rakyat Di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Penelitian dilaksanakan Lokasi Hutan Rakyat Di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan jenis hama tanaman jati rayap dan ulat hanya di beberapa tanaman jati di Hutan Rakyat di Desa Manunggal Jaya. Hasil penelitian frekuensi serangan sebesar 27,5%. Intensitas serangan hama dan penyakit tanaman tergolong rusak sedang (RS) dengan intensitas serangan 25,9%. Tanaman jati yang rusak kebanyakan disebabkan oleh pemangkasan yang kurang Frekuansi Serangan (FS) Tanaman jati di Desa Manunggal Jaya sebesar 27,5%. Intensitas Serangan (IS) Tanaman jati di Desa Manunggal Jaya sebesar 25,9% tergolong rusak sedang (RS). Hama dan penyakit tanaman jati teridentifikasi ulat dan rayap tergolong rusak sedang. Kata kunci : Frekuensi serangan. Hama dan Penyakit. Hutan rakyat. Intensitas serangan. ABSTRACT Identification Of The Level Of Pest And Disease Attacks On Teak Plant (Tectona Grandis Linn. F) In The Community Forest Location In Manunggal Jaya Village. Tenggarong Seberang District. Kutai Kartanegara Regency. Pests and plant diseases can reduce the quality and quantity of plants, both in plants and crop yields. The purpose of this study was to determine the frequency of attacks, to determine the intensity of attacks and treatment actions if needed at the Community Forest Location in Manunggal Jaya Village. Tenggarong Seberang District. Kutai Kartanegara Regency. The research was carried out at the location of the Community Forest in Manunggal Jaya Village. Tenggarong Seberang District. Kutai Kartanegara Regency. Based on field observations, termites and caterpillars were found to be pests of teak only in some teak plants in the Community Forest in Manunggal Jaya Village. The results of the study the attack frequency was 27. The intensity of pests and plant diseases was classified as moderately damaged with an attack intensity of 25. Damaged teak plants are mostly caused by improper pruning. Attack Frequency of teak in Manunggal Jaya Village is Attack Intensity The teak plantation in Manunggal Jaya Village was 25. 9% classified as moderately Pests and diseases of teak plants identified caterpillars and termites classified as moderately Keywords : Attack Frequency. Attack Intensity. Community Forests. Pests and Diseases. PENDAHULUAN Faktor yang berpengaruh terhadap kondisi setiap pohon atau tegakan serta intensitas serangannya adalah faktor biotik dan abiotik. Faktor biotik disebabkan oleh virus, jamur, bakteri. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Identifikasi Tingkat Serangan Hama A nematoda, mycoplasma, spiroplasma dan Faktor abiotik bisa disebabkan oleh faktor tanah, cuaca dan polutan. Kemampuan perkembangan tanaman yang ideal dengan menyediakan unsur hara, air, udara, dan iklim memungkinkan tanaman menjalani proses fisiologis, vegetatif, dan generatif yang normal. Hal ini dikenal sebagai kesuburan tanah. Unsur hara merupakan komponen penting yang harus ada dalam fase padat tanah, terutama pada partikel Toleransi tanaman terhadap hama dan penyakit dapat ditingkatkan melalui kesuburan tanah (Subroto, 2. Salah satu spesies yang tumbuh subur di Indonesia adalah jati (Tectona grandis. Linn. ), yang dikenal karena kayunya yang mewah karena kekuatan dan Perluasan perkebunan jati sejak tahun 1842 merupakan indikasi dari hal ini. Pulau Jawa merupakan pusat budidaya jati pada saat itu (Sumarna. Pattiwael, 2018. Wattimena et al. Pemerintah sedang berupaya memperbaiki kawasan hutan yang rusak melalui program penanaman kembali dan. inisiatif rehabilitasi lahan dan hutan Jati merupakan salah satu tanaman yang diproduksi sebagai bagian dari kemitraannya dengan masyarakat untuk memulihkan kawasan hutan Penanaman seringkali dilakukan tanpa mempertimbangkan jenis tanah, kesesuaian lahan, dan faktor pendukung Mengingat merupakan spesies eksotis dari luar Kalimantan, hama dan penyakit tanaman menjadi kendala tersendiri (Patty & Uruilal, 2016. Pratiwi et al. , 2017. Sucahyono et al. , 2. Pemerintah memperbaiki kawasan hutan yang rusak melalui proyek penanaman kembali Fajriani et al. sebagai bagian dari upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Jati merupakan salah satu tanaman yang dikembangkan sebagai bagian dari upaya penanaman kembali kawasan ini, bekerja sama dengan masyarakat setempat. Kesesuaian lahan, jenis tanah, dan variabel pendukung lainnya belum dipertimbangkan dalam pelaksanaan budidaya jati karena tingginya minat masyarakat. Karena jati merupakan spesies eksotis dari luar Kalimantan, hama dan penyakit tanaman menjadi kendala lainnya. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui Frekuensi Serangan (FS) Hama dan Penyakit Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F) Di Lokasi Hutan Rakyat Di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. Untuk mengetahui Intensitas Serangan (IS) Hama dan Penyakit Tanaman Jati (Tectona grandis Linn. F). METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Lokasi Hutan Rakyat Di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara, milik Bapak Sugiman. Pelaksanaan penanaman tanaman jati pada tahun 2010 . mur jati A 12 tahu. dengan jarak tanam 5 m x 10 Pada bulan Februari-Maret 2022. Bahan dan Alat Bahan Penelitian : Alat Tulis dan Tally sheet Tali Rafia untuk penanda pada tanaman jati yang sudah di Alat penelitian yang digunakan : Kamera untuk dokumentasi Parang untuk pembersihan jalur This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 2 (Oktober 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. Tabel skor serangan hama dan Prosedur Penelitian Pengumpulan data primer yaitu data yang diambil langsung dari lapangan, sesuai dengan rencana adalah di Lokasi Hutan Rakyat Di Desa Manunggal Jaya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara adapun data yang ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 Metode untuk menentukan serangan hama dan penyakit pada tanaman Jati dengan pengamatan langsung di Pengamatan dilakukan pada masing-masing pohon yang diamati . berdasarkan gejala yang terlihat (Jumani, 2021. Nanang, 2010. Mardji. Azwin et al. , 2022. Isdianto et , 2. Cara menentukan nilai . penyakit yang disebabkan oleh faktor biotik maupun abiotik dapat dilihat pada Tabel 4 berikut : Tabel 1. Cara Menentukan Skor Penyakit yang Disebabkan oleh Faktor Biotik Maupun Abiotik Pada Setiap Pohon. Kondisi Tanaman (Gejala Seranga. Skor Sehat . idak ada gejala serangan, kecuali pada daun dengan kerusakan sangat sediki. Terserang ringan . umlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang sedikit atau daun rontok atau klorosis sedikit atau tanaman tampak sehat tetapi ada gejala lain seperti kanker batang atau mati pucuk, terdapat satu lubang gerek pada batan. a Terserang sedang . umlah daun yang terserang banyak dan jumlah serangan pada masingmasing daun yang terserang banyak atau daun rontok atau klorosis banyak atau disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau mati pucuk, terdapat satu atau lebih lubang gerek pada batan. Terserang berat . umlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang sangat banyak atau daun rontok atau klorosis sangat banyak atau disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau mati pucuk, terdapat lebih dari satu atau lebih lubang gerek pada batan. Mati . eluruh kehidupa. Untuk menggambarkan kondisi pohon secara keseluruhan akibat serangan patogen dapat diketahui berdasarkan tanda-tanda kriteria menurut Mardji . sebagai Tabel 2. Cara Menentukan Kondisi setiap Jenis Pohon Berdasarkan Intensitas Serangan. Intensitas serangan ( % ) Kondisi tegakan 0 Ae1 > 1 Ae 25 > 25 Ae 50 > 50 Ae 75 > 75 Ae100 Sehat (S) Rusak ringan (RR) Rusak sedang (RS) Rusak berat (RB) Rusak sangat berat (RT) Frekuensi serangan (FS) dihitung dengan membandingkan jumlah pohon yang terserang dengan jumlah pohon secara keseluruhan yang diamati. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Identifikasi Tingkat Serangan Hama A Fajriani et al. dinyatakan dalam persen (%) dengan rumus sebagai berikut: FS = x 100% . Keterangan: FS : Frekuensi serangan Y : Jumlah pohon yang terserang X : Jumlah pohon yang diamati Intensitas serangan (IS) dihitung dengan menggunakan rumus menurut de Guzman . Singh dan Mishra . IS = yang dimodifikasi (Mardji, 2. sebagai X1 Y1 X 2 Y2 X 3 Y3 X 4 Y4 x 100% . Keterangan: IS = Intensitas Serangan X = jumlah pohon yang diamati Y = jumlah kriteria skor . X1 = jumlah pohon yang terserang ringan . X2 = jumlah pohon yang terserang sedang . X3 = jumlah pohon yang terserang berat . X4 = jumlah pohon yang mati . Y1 = Nilai 1 dengan kriteria terserangan ringan Y2 = Nilai 2 dengan kriteria terserang sedang Y3 = Nilai 3 dengan kriteria terserang berat Y4 = Nilai 4 dengan kriteria mati atau tidak ada tanda-tanda kehidupan Identifikasi terhadap semua pohon Jati sesuai dengan kriteria, sehat, terserangan ringan, terserang sedang, terserang berat, atau mati sesuai kriteria, hasil identifikasi kemudian dimaksukkan ke dalam tally sheet untuk mempermudah dalam mengolah data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Desa Manunggal Jaya yang terletak di Kecamatan Tenggarong Seberang. Kabupaten/Kota Kutai Kartanegara. Provinsi Kalimantan Timur, didirikan pada tahun 1982 di bawah kerangka hukum transmigrasi. Koordinat geografi Kampung Manunggal Jaya ialah 269468 latitud dan 117. Berdasarkan data dari Monografi Desa Tahun 2018 bahwa luas wilayah Desa Manunggal adalah sebesar 17,1 KmA dengan tipologi desa persawahan dan Pembagian Luas Manunggal Jaya Wilayah Desa Bahasa Indonesia: Berdasarkan informasi dari Profil Desa Manunggal Jaya 2018. Desa Manunggal Jaya terbagi dalam wilayah-wilayah seperti sawah tadah hujan seluas 286 Ha, tegalan dan ladang seluas 650 Ha, pemukiman seluas 199 Ha dan pekarangan seluas 103 Ha, lahan rawa seluas 3 Ha, lahan perkebunan perorangan This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 2 (Oktober 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. seluas 39 Ha, fasilitas umum seperti lapangan olahraga seluas 4,5 Ha, kantor pemerintahan seluas 4 Ha, pemakaman desa/umum seluas 2 Ha, gedung sekolah/perguruan tinggi seluas 2 Ha, pasar seluas 1 Ha, jalan seluas 15 Ha, dan hutan alam seluas 400 Ha. Sementara itu, iklim Desa Manunggal Jaya memiliki suhu harian rata-rata 20O C, kelembaban udara 32O, dan bulan basah A 6 bulan. Tanah pada lahan terlantar seluas A 20 Ha tersebut sebagian besar berwarna merah, kuning, hitam, atau abu-abu, bertekstur lempung, berpasir, atau berpasir. Jumlah Penduduk Desa Manunggal Jaya Desa Manunggal Jaya memiliki total penduduk sebanyak 6. 479 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebesar 318 jiwa dan penduduk perempuan 161 jiwa. Jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada di Desa Manunggal adalah 1. 856 Kepala Keluarga (KK). Dengan menjadikan usaha kebun belimbing ini sebagai model untuk lebih meningkatkan lahan pertanian mereka. FS = ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 567 pekerja pertanian di Desa Manunggal Jaya, sebagaimana ditunjukkan oleh data mata pencaharian di atas, dapat memberikan manfaat bagi pengembangan lahan yang mereka garap. Untuk Desa Manunggal Jaya, diharapkan pengalaman setiap petani dalam lahanseperti di kebun belimbing ini meningkatkan pendapatan atau menjadi sumber kegiatan ekonomi dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Frekuensi Serangan (FS) Pengolahan data dilakukan setelah data dari lapangan terkumpul yang berupa tally sheet kemudian dihitung Frekuensi serangan (FS) dengan membandingkan jumlah pohon yang terserang dengan jumlah pohon secara keseluruhan yang diamati, dinyatakan dalam persen (%) (Jumani, 2021. Marji, 2000. Ginawan dkk. Latumahina dan Lihawa, 2. dengan rumus sebagai berikut: x 100% . Keterangan: FS : Frekuensi serangan Y : Jumlah pohon yang terserang X : Jumlah pohon yang diamati FS = x 100% FS = 0,275 x 100% FS = 27,5% Jenis hama yang umum pada tanaman Jati adalah ulat daun jati (Hiblaea puer. , kutu daun (Aphis s. , belalang (Valanga nigricorni. , kutu putih (Bemisia tabac. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Identifikasi Tingkat Serangan Hama A Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan ditemukan jenis hama tanaman jati rayap dan ulat hanya di beberapa tanaman jati di Hutan Rakyat di Desa Manunggal Jaya. Hasil penelitian frekuensi serangan sebesar 27,5%. Hama juga dapat diartikan sebagai semua organisme hidup yang dapat menimbulkan kerusakan pada biji, bibit dan tanaman. Serangga merupakan kelompok hama paling berat yang menyebabkan kerusakan Permasalahan tentang serangan hama ini bukan hanya terjadi pada biji tapi juga terhadap tanaman muda, tegakan bahkan sampai pada hasil hutan sekalipun (Pattiwael. Nanang. Mokodompit et al. , 2. Jenis-jenis menyerang tumbuhan sangat banyak Penyakit yang menyerang tumbuhan banyak disebabkan oleh mikroorganisme, misalnya jamur, bakteri, dan alga. Penyakit tumbuhan juga dapat disebabkan oleh virus (Mardji, 2. Hasil pengamatan di lapangan pohon jati yang teriidentifikasi terserang ringan dan berat di karena bekas pemangkasan yang tidak benar menyebabkan luka pada Fajriani et al. batang bekas cabang, terkena air hujan dan membusuk seperti pada gambar di bawah Pemangkasan Tanaman Jati Saat cabang atau ranting masih muda . , yaitu sekitar bulan Agustus di awal musim hujan, pemangkasan dilakukan. Untuk menghindari putusnya kerah cabang, pemotongan cabang harus dilakukan sedekat mungkin dengan batang utama. Bagian yang melebar di pangkal cabang disebut kerah cabang. Batang dengan terlalu banyak cabang akan memiliki patahan mata kayu yang longgar atau berfungsi sebagai tempat berlindung bagi hama dan penyakit. Memotong cabang terlalu dalam meningkatkan risiko penyakit dan menciptakan bekas luka yang besar dan lambat sembuh. Dampak pemangkasan cabang yang tersisa pada kualitas batang Saat pemangkasan, gergaji atau gunting wiwil digunakan. Sabit atau parang yang tajam dapat digunakan pada cabang yang muda atau kecil. Tanda dengan ter atau cat untuk mencegah masuknya hama dan penyakit (Sumarna. Gambar 1. Identifikasi Hama dan Penyakit Tanaman Jati. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 2 (Oktober 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 Gambar 2. Pohon jati yang rusak akibat pemangkasan di golongkan terserang sedang ada dua titik kerusakan dan mulai membusuk. Gambar 3. Pohon Jati yang terserang rasap akibat pemangkasan teridentifikasi terserang berat dan trubusan yang terserang ulat berdasarkan tanda lubang-lubang pada daun. Gambar 4. Tanaman jati yang dinyatakan mati karena pertumbuhannya merana. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Identifikasi Tingkat Serangan Hama A Fajriani et al. Gambar 5. Tanaman jati yang tumbuh sehat. Intensitas Serangan (IS) Intensitas serangan (IS) dihitung dengan menggunakan rumus menurut de Guzman IS = Singh dan Mishra . yang dimodifikasi (Mardji, 2. X1 Y1 X 2 Y2 X 3 Y3 X 4 Y4 x 100% . Keterangan: IS = Intensitas Serangan X = jumlah pohon yang diamati Y = jumlah kriteria skor . X1 = jumlah pohon yang terserang ringan . X2 = jumlah pohon yang terserang sedang . X3 = jumlah pohon yang terserang berat . X4 = jumlah pohon yang mati . Y1 = Nilai 1 dengan kriteria terserangan ringan Y2 = Nilai 2 dengan kriteria terserang sedang Y3 = Nilai 3 dengan kriteria terserang berat Y4 = Nilai 4 dengan kriteria mati atau tidak ada tanda-tanda kehidupan This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 2 (Oktober 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. Perhitungan intensitas serangan dengan memasukkan data yang sudah dihitung jumlah pohon yang terserang ringan, terserang sedang, terserang berat ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 dan mati sesuai kriteria terserang ringan berjumlah 2 pohon, terserang sedang berjumlah 3 pohon, terserang berat 1 pohon, dan mati 49 pohon. X1 Y1 X 2 Y2 X 3 Y3 X 4 Y4 x 100% 2x1 3x2 1x3 49x4 IS = x 100% 2 6 3 196 IS = x 100% IS = x 100% IS = 0,259 x 100% IS = 25, 9% IS = Meningkatnya populasi hama perusak tanaman jati ditentukan juga oleh kondisi cuaca dan iklim di suatu tempat. Selain itu, tidak semua hama perusak bisa berada pada kondisi cuaca yang sama. Hal ini terlihat pada daerah penelitian, hama dan penyakit tanaman tergolong rusak sedang (RS) dengan intensitas serangan 25,9%. Tanaman jati yang rusak pemangkasan yang kurang tepat. Serangan hama dan penyakit pada lokasi penelitian diperhatikan apabila kondisi cuaca dan iklim mendukung untuk berkembangnya hama dan penyakit terutama ulat dan rayap akan merusak tanaman jati. Oleh sebab itu, perlu untuk melakukan pencegahan dan pemberantas hama dan penyakit bila diperlukan. Pada lokasi penelitian saat ini belum perlu dilakukan tindakan pemberantasan karena masih tergolong sedang tetapi perlu dilakukan pencegahan dengan tindakan perawatan tanaman jati baik pembersihan atau pemangkasan yang benar. Gejala serangan hama ini tidak begitu nampak karena faktor cuaca yang tidak menentu. Kemungkinan kehadiran hama ini tidak dalam jumlah yang banyak, sehingga jarang ditemukan daun jati yang menunjukkan gejala diserang hama kutu daun (Pattiwael, 2. Secara umum areal penelitian berpeluang untuk menunjang terjadinya penyakit seperti kondisi areal yang kurang terawat dan gulma yakni dibiarkan Gulma yang tumbuh dominan pada lokasi tersebut adalah sunggasungga, alang-alang, putri malu dan rumput teki. Gulma yang dibiarkan tumbuh di sekitar tanaman hutan akan memperoleh air dan unsur-unsur hara, apalagi pemupukkan dilakukan hanya satu kali yaitu pada awal penanaman. Hal ini menyebabkan tanaman kurang mendapat pasokan nutrisi dan menjadi lemah, sehingga lebih mudah terserang patogen yang tergolong parasit lemah seperti bercak daun (Patty & Uruilal, 2. Besarnya kerusakan yang terjadi ditentukan oleh banyak faktor, termasuk jumlah serangga hama, cara serangga merusak, bagian tanaman dan tingkat pertumbuhan tanaman serta luas bagian hutan yang dirusak (Mardji, 2003. Jumani, 2021. Waluyani et al. , 2024. Ginawan et al. , 2019. Sucahyono et al. Isdianto et al. , 2022. Nehru et al. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Identifikasi Tingkat Serangan Hama A Fajriani et al. )). Pada lokasi penelitian yang terserang hama sebetulnya pada tempat yang terlalu rimbun dan banyak tanaman penganggu seperti rumput atau jenis tanaman yang lainnya. Hal ini dikarenakan selain adanya gulma dan serasah, kondisi tersebut dapat memacu perkembangan Tanaman Jati merupakan tanaman yang tidak dapat bertahan kelembapan yang tinggi. Pada Hal ini akan menyebabkan tanaman dalam kondisi lemah dan rentan sehingga mudah terserang patogen. Inokulum dari patogen akan selalu bertahan pada daun-daun atau bagian tanaman yang sakit, karena tidak pernah dilakukan sanitasi bagian tanaman yang sakit, menyebabkan siklus patogen selalu ada untuk menginfeksi tanaman. Hal tersebut sesuai dengan kondisi lapangan seperti pada Gambar 6 dibawah ini. Gambar 6. Gulma pada lokasi penelitian. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan terlebih dahulu dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagi berikut : Frekuansi Serangan (FS) Tanaman jati di Desa Manunggal Jaya sebesar 27,5%. Intensitas Serangan (IS) Tanaman jati di Desa Manunggal Jaya sebesar 25,9% tergolong rusak sedang (RS). Hama dan penyakit tanaman jati teridentifikasi ulat dan rayap tergolong rusak sedang, tindakan perawatan yaitu dengan penjarangan untuk mengurangi kelembaban tanah diharapkan dapat mengurangi serangan hama dan penyakit This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 2 (Oktober 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. DAFTAR PUSTAKA