Room of Civil Society Development DOI: https://doi. org/10. 59110/rcsd. Volume 4 Issue 2. Year 2025 Penguatan Ekowisata Berbasis Kearifan Lokal untuk Pemberdayaan Ekonomi Desa Bahari i. Kabupaten Buton Selatan Agus Slamet1*. Safrin Salam1. Rahma Fathan Hezradian1. Rahmi Fathan Hezraria1. Iskandar Salju1. Muhammad Rajih Al Faruq1 1Universitas Muhammadiyah Buton. Baubau. Indonesia *Correspondence: aslametgus@gmail. ABSTRACT This community service program aimed to strengthen the potential of local wisdom-based ecotourism as a strategy for economic empowerment in Bahari i Village. South Buton Regency. The activities were conducted through a participatory approach, involving village potential mapping, community training, institutional mentoring, and environmental education. The results revealed that the community possesses rich cultural and natural resources suitable for development into a local value-based tourism destination. Key achievements include the establishment of a Tourism Awareness Group (Pokdarwi. , enhancement of community capacity in tourism management, and the integration of cultural narratives into tour packages. Furthermore, the program fostered a collective awareness of environmental conservation as a core component of sustainable ecotourism management. These outcomes demonstrate that community-driven ecotourism development can effectively enhance economic value, strengthen local identity, and preserve the coastal environment. Keywords: Desa Bahari i. Ecotourism. Coastal Buton. Local Wisdom. Economic Empowerment. ABSTRAK Program pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk memperkuat potensi ekowisata berbasis kearifan lokal sebagai strategi pemberdayaan ekonomi di Desa Bahari i. Kabupaten Buton Selatan. Kegiatan dilakukan dengan pendekatan partisipatif, meliputi pemetaan potensi desa, pelatihan masyarakat, pendampingan kelembagaan, dan edukasi lingkungan. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa masyarakat memiliki sumber daya budaya dan alam yang kaya untuk dikembangkan menjadi destinasi wisata berbasis nilai lokal. Pencapaian utama meliputi pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwi. , peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan wisata, serta integrasi narasi budaya dalam paket wisata. Selain itu, program ini juga meningkatkan kesadaran kolektif masyarakat terhadap pelestarian lingkungan sebagai bagian dari pengelolaan ekowisata Hasil ini membuktikan bahwa pengembangan ekowisata yang melibatkan masyarakat secara aktif mampu meningkatkan nilai ekonomi, memperkuat identitas lokal, dan menjaga kelestarian lingkungan pesisir. Kata Kunci: Desa Bahari i. Ekowisata. Kearifan Lokal. Pemberdayaan Ekonomi. Pesisir Buton. Copyright A 2025 The Author. : This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution ShareAlike 4. 0 International (CC BY-SA 4. Pendahuluan Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat kaya, terutama di wilayah pesisir. Keanekaragaman hayati laut, keindahan panorama alam, dan budaya lokal yang masih lestari menjadi aset penting dalam pengembangan sektor ekowisata (Sisriany & Furuya, 2024. Suryawan, 2. Ekowisata, sebagai bentuk pariwisata yang berkelanjutan, tidak hanya bertujuan untuk pelestarian lingkungan (Sobhani et al. , 2022. Nirwana et al. , 2. , tetapi juga berperan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal melalui pendekatan berbasis komunitas (Annas et al. , 2024. Krishna, 2. Dalam konteks Volume 4 No 2: 392-400 Room of Civil Society Development global, ekowisata bahkan dipandang sebagai salah satu strategi utama dalam mendukung pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDG. , khususnya pada target pengurangan kemiskinan, pelestarian lingkungan, dan pembangunan ekonomi inklusif (Chrismansyah, 2023. Ahmad & Balisany, 2. Pembangunan daerah berbasis potensi lokal menjadi semakin penting seiring dengan tuntutan agar pengelolaan sumber daya alam tidak hanya mengutamakan aspek ekonomi, tetapi juga keberlanjutan ekologis dan pemberdayaan sosial (Rahmatullah & Kusmin, 2. Oleh karena itu, pengembangan ekowisata menjadi salah satu pendekatan strategis yang relevan di berbagai wilayah Indonesia, terutama di kawasan pesisir yang memiliki sumber daya alam dan budaya yang unik (Revolina et al. , 2020. Zurba et al. , 2023. Silvia & Muhsoni. Desa Bahari i, yang terletak di Kecamatan Sampolawa. Kabupaten Buton Selatan, merupakan salah satu contoh wilayah pesisir yang memiliki potensi besar dalam pengembangan ekowisata. Wilayah ini kaya akan pantai berpasir putih, terumbu karang yang masih alami, serta budaya bahari yang diwariskan secara turun-temurun di tengah Sebagian besar penduduk Desa Bahari i bermata pencaharian sebagai nelayan tradisional, dengan ketergantungan yang tinggi pada sektor perikanan. Namun, keterbatasan akses pasar, fluktuasi hasil tangkapan laut, serta keterbatasan keterampilan diversifikasi ekonomi menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat belum optimal (Didi. Kondisi ini membuka peluang untuk menjadikan ekowisata sebagai alternatif sumber penghidupan yang lebih berkelanjutan dan berbasis pada potensi lokal (Kunjuraman, 2. Meskipun demikian, pengembangan ekowisata di Desa Bahari i masih menghadapi berbagai tantangan. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang konsep ekowisata, keterbatasan kapasitas dalam pengelolaan destinasi wisata, dan belum adanya perencanaan berbasis potensi dan kearifan lokal menjadi kendala utama yang perlu segera diatasi (Thompson, 2. Tantangan-tantangan ini umum ditemukan dalam pengembangan ekowisata berbasis masyarakat di negara berkembang, di mana keterlibatan aktif komunitas lokal menjadi kunci keberhasilan program, namun seringkali terhambat oleh faktor pendidikan, modal sosial, dan kurangnya dukungan kelembagaan. Penguatan kapasitas masyarakat lokal menjadi langkah fundamental untuk memastikan bahwa aktivitas wisata yang dikembangkan mampu menjaga kelestarian lingkungan sekaligus memperkuat identitas budaya setempat (Khalid et al. , 2. Pendekatan yang berbasis pada pemberdayaan komunitas dapat meningkatkan rasa kepemilikan masyarakat terhadap destinasi wisata dan mendorong keterlibatan aktif dalam pengelolaan sumber daya lokal (DAoSouza et al. , 2019. Adikampana, 2. Kearifan lokal masyarakat Bahari, seperti praktik adat dalam pengelolaan laut . raktik kaomb. , tradisi gotong royong, dan cerita rakyat setempat, merupakan aset sosial-budaya yang sangat potensial untuk dikemas dalam narasi wisata berbasis nilai-nilai lokal (Tjilen et , 2021. Prasetya, 2. Integrasi kearifan lokal dalam pengembangan wisata bukan hanya meningkatkan daya tarik destinasi, tetapi juga berfungsi sebagai instrumen edukasi yang memperkenalkan nilai-nilai kearifan tradisional kepada wisatawan (Hermawan et al. , 2. Keterlibatan masyarakat dalam seluruh tahapan pengembangan ekowisata mulai dari perencanaan, pengelolaan, hingga evaluasi sangat penting untuk menjaga keberlanjutan program dan mendorong transformasi sosial yang berkelanjutan (Khair et al. , 2. Selain itu, penguatan kelembagaan desa, pembentukan kelompok sadar wisata (Pokdarwi. , serta pengembangan jejaring kemitraan dengan perguruan tinggi, sektor swasta, dan pemerintah daerah menjadi faktor pendukung utama keberhasilan strategi Volume 4 No 2: 392-400 Room of Civil Society Development pengembangan ini (Ginanjar, 2. Kolaborasi lintas sektor ini diharapkan dapat meningkatkan kapasitas sumber daya manusia, memperluas akses pasar, serta mengoptimalkan pemanfaatan potensi lokal secara berkelanjutan. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dirancang sebagai upaya konkret untuk mendorong transformasi sosial dan ekonomi berbasis pemberdayaan komunitas. Melalui pendekatan partisipatif, program ini bertujuan untuk memfasilitasi pengenalan potensi ekowisata, pelatihan manajemen wisata berbasis komunitas, serta integrasi kearifan lokal dalam pengembangan paket wisata. Dengan demikian, diharapkan masyarakat Desa Bahari i tidak hanya menjadi objek pembangunan, tetapi juga menjadi subjek aktif dalam pengelolaan dan pelestarian sumber daya mereka. Oleh karena itu, penguatan potensi ekowisata berbasis kearifan lokal di Desa Bahari i diharapkan mampu menjadi strategi pemberdayaan ekonomi yang relevan dengan karakteristik sosial dan budaya masyarakat pesisir. Selain berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan, pendekatan ini juga berfungsi sebagai upaya pelestarian lingkungan dan penguatan identitas budaya lokal (Henderson, 2. Dengan demikian, pengembangan ekowisata berbasis kearifan lokal bukan hanya menjanjikan manfaat ekonomi, tetapi juga memperkokoh ketahanan sosial-ekologis masyarakat setempat di tengah dinamika perubahan Metode Pelaksanaan Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini menggunakan pendekatan partisipatif berbasis aset lokal (Asset-Based Community Development/ABCD), yang menempatkan masyarakat sebagai subjek utama dalam setiap tahapan program. Pendekatan ini dipilih untuk memastikan bahwa penguatan potensi ekowisata selaras dengan konteks sosial budaya Desa Bahari i, serta mampu mengoptimalkan kekuatan yang telah dimiliki oleh masyarakat, baik dalam bentuk sumber daya alam maupun kearifan lokal. Untuk mewujudkan tujuan tersebut, kegiatan pengabdian ini dirancang melalui serangkaian tahapan yang sistematis dan partisipatif. Setiap tahapan disusun untuk mendorong keterlibatan aktif masyarakat serta memaksimalkan potensi lokal yang telah Berikut ini adalah alur tahapan kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang diterapkan di Desa Bahari i: Gambar 1. Alur Pelaksanaan Kegiatan Penguatan Ekowisata Berbasis Asset-Based Community Development (ABCD) di Desa Bahari i Volume 4 No 2: 392-400 Room of Civil Society Development Tahap pertama adalah persiapan dan identifikasi masalah, yang diawali dengan survei awal dan observasi lapangan. Kegiatan ini bertujuan untuk memetakan potensi ekowisata, mengidentifikasi aset lokal, dan mengenali tantangan yang dihadapi masyarakat. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus (FGD) yang melibatkan tokoh masyarakat, aparat desa, kelompok pemuda, serta pelaku usaha Selain itu, pemetaan sosial dan lingkungan juga dilaksanakan untuk memahami hubungan antara elemen budaya dan sumber daya wisata yang ada. Tahap berikutnya adalah sosialisasi dan konsolidasi. Tim pengabdian mengadakan pertemuan warga desa untuk memperkenalkan tujuan, manfaat, dan rencana kegiatan Forum ini menjadi ruang untuk membangun kesepahaman bersama dan menghimpun aspirasi masyarakat, sekaligus memperkuat komitmen partisipasi aktif dalam Gambar 2. Sosialisasi & penyuluhan ekowisata di Desa Bahari i Kegiatan sosialisasi program dilaksanakan di balai pertemuan Desa Bahari i, diikuti oleh masyarakat setempat yang terdiri dari tokoh adat, pemuda, perempuan, dan aparat desa. Pada sesi ini, tim pengabdian menjelaskan tujuan, manfaat, serta rencana pelaksanaan program ekowisata berbasis kearifan lokal. Diskusi interaktif juga dilakukan untuk mengumpulkan aspirasi dan membangun komitmen bersama dalam mengembangkan potensi wisata desa secara berkelanjutan. Setelah tahap sosialisasi dan konsolidasi masyarakat, program dilanjutkan dengan serangkaian kegiatan edukasi untuk memperkuat kapasitas dan keterampilan masyarakat dalam mengelola ekowisata berbasis kearifan lokal. Selanjutnya, program berfokus pada kegiatan edukasi, yang mencakup tiga aspek utama: Peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pelatihan pemandu wisata, pembuatan paket wisata, dan teknik hospitality berbasis nilai-nilai lokal. Penguatan narasi wisata berbasis kearifan lokal, yang dilaksanakan melalui pelatihan storytelling budaya dan sejarah desa. Pengembangan ekonomi kreatif pendukung ekowisata, berupa pelatihan pengolahan hasil laut, pembuatan kerajinan tangan, dan produksi kuliner khas daerah. Volume 4 No 2: 392-400 Room of Civil Society Development Sebagai tindak lanjut dari edukasi, disusun dokumen Rencana Aksi Ekowisata Desa (RAED) bersama masyarakat dan pemerintah desa. Dokumen ini berisi rencana jangka pendek, menengah, dan panjang terkait pengelolaan ekowisata berbasis komunitas secara mandiri dan berkelanjutan. Untuk memastikan efektivitas program, dilakukan monitoring dan evaluasi partisipatif sepanjang proses pelaksanaan dan pasca pelatihan. Evaluasi dilakukan melalui wawancara lanjutan, penyebaran kuesioner, serta forum refleksi bersama masyarakat untuk menilai keberhasilan kegiatan dan kesiapan komunitas dalam mengelola ekowisata secara Hasil Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan di Desa Bahari i telah menghasilkan sejumlah capaian yang signifikan dalam memperkuat potensi ekowisata berbasis kearifan lokal. Capaian tersebut mencerminkan transformasi masyarakat baik dari aspek kapasitas individu, kelembagaan, hingga kesadaran lingkungan. Hasil pengabdian ini diklasifikasikan ke dalam lima aspek utama berikut: Pemetaan Potensi dan Kearifan Lokal Hasil observasi dan diskusi kelompok menunjukkan bahwa Desa Bahari i memiliki beberapa daya tarik utama, seperti ekosistem pantai dan laut yang masih asri, tradisi bahari, upacara adat nelayan, serta produk lokal berbasis hasil laut, seperti ikan asap dan keripik rumput laut. Pemetaan ini menjadi dasar dalam penyusunan konsep ekowisata berbasis kekayaan lokal. Selain itu, warga juga mengidentifikasi area potensial untuk pengembangan wisata edukatif, wisata bahari, dan wisata berbasis tren kekinian. Peningkatan Kapasitas Masyarakat Melalui rangkaian pelatihan dan pendampingan, terjadi peningkatan signifikan dalam pengetahuan dan keterampilan masyarakat. Sebanyak 18 peserta mengikuti penyuluhan ekowisata, yang meliputi pelatihan pemandu wisata lokal serta edukasi pengolahan produk hasil laut dan pengemasan produk wisata. Peserta menunjukkan antusiasme tinggi, dengan beberapa di antaranya berencana mengembangkan usaha kecil berbasis wisata. Penyusunan Narasi Wisata Berbasis Kearifan Lokal Bersama tokoh adat dan pemuda desa, tim pengabdian berhasil mendokumentasikan cerita rakyat, sejarah kampung, serta tradisi budaya masyarakat Bahari i. Narasi-narasi ini kemudian diintegrasikan ke dalam desain paket wisata tematik, seperti "Ritual Adat Wapulaka," "Pendokoa" . radisi berburu ika. , dan "Ritual Riapa" . engunjungi makam leluhu. Penyusunan narasi ini memperkuat identitas wisata desa sekaligus menjadi sarana edukasi nilai-nilai budaya lokal bagi wisatawan. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwi. Salah satu capaian strategis adalah terbentuknya Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwi. Desa Bahari i, yang beranggotakan unsur pemuda, perempuan, tokoh masyarakat, dan aparat desa. Pokdarwis dibentuk melalui musyawarah desa dan didampingi dalam penyusunan struktur organisasi, pembagian tugas, serta penyusunan rencana kerja jangka Kelompok ini menjadi motor utama dalam pengelolaan dan promosi ekowisata desa. Volume 4 No 2: 392-400 Room of Civil Society Development Peningkatan Kesadaran dan Komitmen Pelestarian Lingkungan Melalui kegiatan edukasi lingkungan dan diskusi interaktif, masyarakat menunjukkan peningkatan kesadaran terhadap pentingnya pelestarian alam sebagai bagian dari ekowisata Program bersih pantai, penataan kawasan wisata, serta penyusunan aturan lokal tentang pengelolaan sampah wisata menjadi indikator perubahan perilaku kolektif. Sebagai tindak lanjut, masyarakat mulai merancang Peraturan Desa (Perde. tentang pengelolaan wisata berbasis lingkungan dan budaya. Secara keseluruhan, kelima capaian ini menunjukkan bahwa program pengabdian berhasil mendorong perubahan positif dalam aspek sosial, budaya, ekonomi, dan lingkungan di Desa Bahari i, serta memperkuat fondasi untuk pengelolaan ekowisata secara berkelanjutan berbasis partisipasi masyarakat. Pembahasan Penguatan potensi ekowisata di Desa Bahari i menegaskan bahwa keberhasilan pemberdayaan masyarakat sangat ditentukan oleh pendekatan partisipatif yang mengedepankan potensi lokal. Dalam konteks ini, metode pengabdian yang melibatkan masyarakat secara aktif sejak tahap perencanaan hingga evaluasi memberikan ruang bagi munculnya rasa kepemilikan terhadap program. Hal ini sejalan dengan pandangan Wickramanayake . yang menekankan pentingnya pendekatan dari bawah ke atas . ottom-up approac. dalam pengembangan masyarakat yang berkelanjutan. Temuan dari hasil pemetaan potensi wisata memperlihatkan bahwa keberadaan sumber daya alam yang indah dan kearifan lokal yang kuat merupakan fondasi utama dalam pengembangan ekowisata. Temuan ini sejalan dengan berbagai kajian terdahulu, salah satunya dikemukakan oleh Wardana et al. , yang menyatakan bahwa ekowisata yang ideal adalah yang mengintegrasikan pelestarian lingkungan, pemberdayaan masyarakat, dan pemanfaatan budaya lokal. Keunikan tradisi masyarakat nelayan dan lanskap bahari yang dimiliki Desa Bahari i menjadi daya tarik utama yang, jika dikemas secara tepat, mampu menarik wisatawan tanpa harus merusak lingkungan. Selain potensi alam dan budaya, peningkatan kapasitas masyarakat juga menjadi faktor kunci dalam pengelolaan ekowisata berbasis komunitas. Melalui serangkaian pelatihan dan edukasi, masyarakat menunjukkan peningkatan dalam keterampilan teknis maupun kepercayaan diri untuk terlibat dalam aktivitas ekonomi wisata. Pentingnya peningkatan kapasitas ini juga diperkuat oleh literatur, sebagaimana dijelaskan oleh Samman dan Santos . , yang menyebutkan bahwa salah satu indikator pemberdayaan adalah meningkatnya kemampuan individu dalam mengambil keputusan dan bertindak secara mandiri dalam kegiatan ekonomi. Pembentukan Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisat. menjadi capaian strategis yang memperkuat struktur pengelolaan wisata berbasis masyarakat. Pokdarwis berfungsi sebagai wadah koordinasi, manajemen, serta promosi wisata, dan menjadi motor penggerak utama dalam keberlanjutan program. Ini sejalan dengan pendapat Putri dan Adinia . , yang menunjukkan bahwa Pokdarwis memegang peranan sentral dalam memastikan keberlanjutan dan adaptabilitas desa wisata berbasis komunitas. Selanjutnya, integrasi narasi budaya lokal dalam paket wisata memberikan nilai tambah Narasi berbasis cerita rakyat, praktik adat, dan pengetahuan lokal tidak hanya memperkaya pengalaman wisatawan, tetapi juga memperkuat identitas budaya masyarakat. Dukungan terhadap strategi ini ditemukan dalam penelitian Giampiccoli & Kalis . dan Kontogeorgopoulos et al. , yang menegaskan bahwa keberhasilan community-based Volume 4 No 2: 392-400 Room of Civil Society Development tourism sangat dipengaruhi oleh sejauh mana budaya lokal diangkat menjadi bagian dari atraksi wisata yang autentik. Transformasi positif juga terlihat dari peningkatan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pelestarian lingkungan. Transformasi ini terlihat nyata dalam berbagai kegiatan kolektif yang diinisiasi oleh masyarakat, seperti kegiatan bersih pantai, penanaman mangrove, dan diskusi pengelolaan sampah wisata. Seperti dikemukakan oleh Kiper . , keberlanjutan ekowisata sangat bergantung pada tingkat kesadaran lingkungan masyarakat Oleh karena itu, upaya pendidikan ekowisata dan penguatan kelembagaan lokal perlu terus dilanjutkan untuk memastikan perubahan ini bersifat permanen. Kesimpulan Kegiatan pengabdian yang dilaksanakan di Desa Bahari i berhasil memperkuat potensi ekowisata berbasis kearifan lokal sebagai strategi pemberdayaan ekonomi masyarakat. Melalui pendekatan partisipatif, program ini mampu meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan wisata, membentuk Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwi. sebagai penggerak utama, serta mengintegrasikan nilai-nilai budaya lokal ke dalam paket wisata desa. Selain itu, terjadi peningkatan kesadaran kolektif terhadap pelestarian lingkungan sebagai fondasi utama dalam pengembangan ekowisata berkelanjutan. Untuk keberlanjutan program diperlukan pendampingan lanjutan untuk memperkuat kelembagaan Pokdarwis, pengembangan produk wisata yang lebih beragam, serta peningkatan jejaring kemitraan dengan pihak eksternal. Upaya-upaya ini penting untuk memastikan keberlanjutan ekowisata, meningkatkan daya saing Desa Bahari i sebagai destinasi wisata berbasis komunitas, sekaligus menjaga kesinambungan nilai-nilai budaya dan kelestarian lingkungan. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kepada Universitas Muhammadiyah Buton (Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada masyarakat yang sudah memfasilitasi kegiatan pengabdian ini, juga Kepala Desa & masyarakat Desa Bahari i yang berperan penting dalam pelaksanaan pengabdian ini. Daftar Pustaka