Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Respons Semai Jati (Tectona grandi. Unggul pada Beberapa Tingkat Konsentrasi Sulfur Responds of Superior Teak (Tectona grandi. on Different Sulphur Concentrations Oleh: Puji Lestari . Ridla Arifriana1. Handojo Hadi Nurjanto2 Program Studi Pengelolaan Hutan. Departemen Teknologi Hayati dan Veteriner. Sekolah Vokasi. Universitas Gadjah Mada. Jl Yacaranda. Gedung Soeparwi. Sekip Unit II. Catur Tunggal. Depok. Sleman, 55281. Daerah Istimewa Yogyakarta. Indonesia. Departemen Silvikultur. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Jl. Agro. Bulaksumur No. Kocoran. Caturtunggal. Depok. Sleman. Daerah Istimewa Yogyakarta 55281. Indonesia. email: pujilestari@ugm. ABSTRAK Program pemuliaan pohon telah menghasilkan klon jati unggul yang memiliki produktvitas Akan tetapi, infomasi mengenai kebutuhan unsur hara dasar untuk jati unggul belum banyak diketahui. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi unsur sulfur (S) yang optimal untuk jati unggul dan mengidentifikasi morfologi daun semai jati unggul pada berbagai level konsentrasi S. Penelitian ini dilakukan pada skala persemaian menggunakan bibit jati umur 6 bulan dengan rancangan percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Empat perlakuan larutan yang digunakan yaitu: . K . ontrol, aquadest tidak mengandung unsur . S0 . arutan mengandung unsur hara esensial kecuali sulfu. S1 . arutan mengandung unsur hara esensial dengan konsentrasi S sebanyak 0,5 x full strengt. S2 . arutan mengandung unsur hara esensial dengan konsentrasi S sebanyak full strengt. , dengan tiga ulangan pada masing-masing perlakuan. Parameter yang diamati meliputi tinggi dan diameter semai, jarak antar nodus, jumlah dan ukuran daun serta kenampakan morfologi Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada konsentrasi unsur hara makro nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (C. , dan Magnesium (M. sebesar full strength pertumbuhan tinggi dan diameter semai yang mendapat perlakuan S1 . onsentrasi S sebesar 421 pp. menghasilkan pertumbuhan yang terbaik. Namun demikian, morfologi daun pada semua perlakuan menunjukkan gejala ketidaknormalan. Kata kunci: jati unggul, morfologi, pertumbuhan, sulfur ABSTRACT The tree improvement program has invented superior teak with an ability to improve its productivity. Yet the information about basic nutrient requirement of superior teak is less This study aimed to determine the optimal concentration of sulfur for the best growth of superior teak seedling and to identify the morphological symptoms of teak seedlings affected by several concentration levels of S. This study was conducted at a nursery on six months old teak seedlings. The experimental design was Completely Randomized Design (CRD) with four different solution treatments with three replication each. The treatments are K . ontrol, aqua dest does not contain nutrient. S0 . olution contains nutrients except sulfu. S1 . olution contains nutrients with 0,5 full strength of S), and S2 . olution contains Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 nutrients with full strength of S). Each treatment was replicated 3 times. Parameter observed included the height of seedling, the diameter of seedling, the nodal distance of seedling, the number of leaves, size of leaves and morphological symptoms of leaf. The results showed that at a concentration of nitrogen (N), phosphor (P), potassium (K), calcium (C. , and magnesium (M. in full strength level, superior teak seedling which treated by S1 (S concentration of 421 pp. resulted in the best growth. However, the morphology of teak leaves in all treatment showed abnormal. Keywords: growth, morphology, sulfur, superior teak PENDAHULUAN Jati unggul merupakan jati yang memiliki sifat genetik unggul yang diperoleh melalui kegiatan pemuliaan. Karakteristik yang dimiliki jati unggul berupa pertumbuhan yang cepat, batang lurus, dan tinggi batang bebas cabang (TBBC) yang tinggi. Salah satu keberhasilan program pemuliaan pohon adalah ditemukannya klon jati unggul yang dikenal dengan istilah Jati Plus Perhutani (JPP). Sejak tahun 2008 Perum Perhutani mulai menanam JPP yang dikembangbiakkan dengan cara stek pucuk. Produktivitas JPP dapat mencapai 10 m2/ha/tahun (Budiadi et al. Nilai tersebut jauh lebih lebih besar dibandingkan dengan produktivitas jati konvensional yang kurang dari 3 m2 ha/tahun (Pandey et al. Produktivitas tegakan tersebut tidak hanya dipengaruhi oleh faktor genetik tetapi juga Menurut Adinugraha dan Fauzi . , untuk memperoleh tegakan jati unggul yang produktif secara berkesinambungan perlu dilakukan manipulasi lingkungan, salah satunya adalah dengan pemupukan. Metabolisme jati konvensional dan jati unggul diduga berbeda sehingga unsur hara dasar yang dibutuhkan keduanya pun berbeda. Selama ini penelitian mengenai kebutuhan unsur hara untuk jati konvesional telah banyak dilakukan, baik dalam skala lapangan maupun dalam kondisi terkontrol di green house (Efendi 2011. Muhajir et al. Silva et al. Suprapto 2. Namun, penelitian mengenai kebutuhan unsur hara untuk jati unggul masih terbatas. Salah satu unsur hara yang diperlukan jati adalah sulfur (S). S diserap tanaman dalam bentuk SO42- dan berfungsi sebagai penyusun asam amino metionin dan sistein (Danapriatna S sangat dibutuhkan oleh tanaman, terutama tanaman muda (Herwanda et al. Penelitian mengenai kebutuhan unsur hara sulfur bagi jati sangat terbatas karena sulfur tergolong dalam makro nutrient sekunder, yang meskipun dibutuhkan dalam jumlah banyak tetapi masih lebih kecil dibandingkan kebutuhan unsur Nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K) (Sudaryono 2. Menurut Silva et al. , semai jati konvensional yang mendapat perlakuan konsentrasi S sebesar 894 ppm secara terkontrol tidak menunjukkan gejala defisiensi unsur hara. Jati merupakan jenis yang tumbuh baik pada lingkungan berkapur dan membutuhkan unsur hara kalsium (C. dalam jumlah yang besar (Marjenah 2. Menurut Danapriatna . pada tanah yang berkapur . H tingg. tanaman sering kekurangan sulfur. Menurut Wigena et al. , pada pH yang tinggi terjadi penuruan muatan positif pada koloid tanah dan pengendapan ion Al sehingga ion SO42- banyak yang terlepas dari jerapan koloid tanah, kemudian terlindi atau hilang terbawa erosi. Kondisi tersebut mengakibatkan S tidak tersedia bagi tanaman. Oleh sebab itu penelitian mengenai kebutuhan dasar unsur S bagi jati unggul menjadi penting untuk dilakukan. Akan tetapi, kebutuhan unsur hara dasar bagi tanaman sangat sulit ditentukan melalui penelitian dalam skala lapangan dikarenakan di lapangan terdapat banyak faktor yang sulit untuk dikendalikan sehingga penelitian ini dilakukan pada level persemaian dengan desain media dan perlakuan yang terkontrol. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Secara umum, tanaman akan menunjukkan gejala apabila mengalami defisiensi maupun toksisitas unsur hara. Gejala tersebut merupakan respons dari tanaman yang mengalami gangguan dalam proses fisiologinya. Gejala yang timbul umumnya berupa perubahan morfologi tanaman yang menjadi tidak normal seperti pertumbuhan melambat, serta perubahan bentuk dan warna daun. Gejala yang muncul dapat digunakan sebagai indikator diagnosis penyebab kerusakan pada tanaman. Data mengenai morfologi jati unggul pada berbagai konsentrasi unsur hara S hingga saat ini masih belum tersedia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi unsur S yang optimal untuk jati unggul dan mengidentifikasi morfologi daun jati unggul pada berbagai level konsentrasi S. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menentukan dosis pupuk dan menjustifikasi kondisi defisiensi atau toksisitas unsur S pada semai jati unggul secara cepat. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan Laboratorium Silvikultur Intensif. Fakultas Kehutanan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Bahan yang digunakan berupa semai jati unggul umur 6 bulan hasil perbanyakan stek pucuk. Sebelum ditanam pada media, semai tersebut dibuat menjadi stump dengan cara dipotong batang bagian atas dan bagian akarnya untuk mengurangi resiko kematian semai akibat perpindahan media. Media yang digunakan untuk penanaman adalah pasir silika mesh 8-30. Pasir silika merupakan media yang tidak mengandung unsur hara sehingga unsur hara yang diperoleh tanaman sepenuhnya berasal dari perlakuan yang diberikan. Stump dipelihara di bawah naungan plastik transparan agar tidak tersiram langsung oleh air hujan. Penelitian dilakukan selama 4,5 bulan dari bulan Juni hingga November 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan yang diaplikasikan dalam bentuk larutan yaitu K . ontrol, aquadest tidak mengandung unsur har. S0 . arutan mengandung unsur hara esensial kecuali sulfu. S1 . arutan mengandung unsur hara esensial dengan konsentrasi S sebanyak 0,5 x full dan . S2 . arutan mengandung unsur hara esensial dengan konsentrasi S sebanyak full strengt. dengan masing-masing perlakuan terdiri atas 3 ulangan. Komposisi full strength mengacu pada Veygas et al. yang diterapkan pada jati oleh Silva et al. Konsentrasi unsur hara pada masing perlakuan ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Konsentrasi Unsur Hara pada Setiap Perlakuan. Perlakuan Konsentrasi Unsur Hara . Larutan perlakuan dibuat dengan menggunakan beberapa bahan kimia yang dilarutkan pada aquadest. Bahan kimia pro analisis . yang digunakan sebagai sumber unsur hara makro meliputi: natrium fosfat (NaH2PO4. H2O), kalsium nitrat (Ca(NO. 4H2O), kalium nitrat (KNO. , kalium sulfat (K2SO. , magnesium sulfat (MgSO4. 7H2O), amonium sulfat ((NH. 2SO. kalsium sulfat (CaSO4. 2H2O), kalium fosfat (KH2PO. , magnesium nitrat (Mg(NO. 2, dan natrium nitrat (NaNO. Bahan kimia teknis . idak murn. yang digunakan sebagai sumber unsur hara mikro meliputi: Fe-EDTA 13,2%, mangan sulfat (MnSO4. H2O) 31,8%, zink sulfat (ZnSO4. 7H2O) 22%, copper sulfat 25%, boric acid (H3BO. 99,9%, copper Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 sulfat (CuSO4. 5H2O) 25%, dan natrium molibdat 39%. Komposisi bahan kimia yang digunakan disajikan pada Tabel 2 dan 3. Tabel 2. Komposisi bahan kimia per satu liter larutan. Bahan Molaritas K . S0 . S1 . S2 . Ca(NO. 4H20 KNO3 K2SO4 MgSO4 (NH. 2SO4 CaSO2. 2H2O KH2PO4 Mg(NO. 2 NaNO3 Larutan unsur mikro 0,01 NaH2PO4 Tabel 3. Komposisi bahan kimia per satu liter larutan mikro. Bahan H3BO3 MnSO4. H2O CuSO4. 5H2O (NH. 6Mo7O24. 4H2O ZnSO4. 7H2O Fe-EDTA Persentase (%) Berat . 0,41 5,50 1,00 0,95 1,30 48,49 Setelah penanaman, stump disiram menggunakan aquadest sebanyak 250 ml setiap hari selama lima hari dengan komposisi penyiraman yang sama pada setiap tanaman untuk Selanjutnya, stump disiram menggunakan larutan sesuai dengan perlakuan setiap hari selama satu bulan pertama. Setelah bulan kedua hingga akhir pengamatan stump disiram menggunakan larutan sesuai dengan perlakuan setiap dua hari sekali. Jika pada stump tumbuh lebih dari satu trubusan maka dipilih satu trubusan terbaik untuk diamati, sedangkan trubusan yang lain dipangkas. Parameter yang diamati pada penelitian adalah parameter pertumbuhan yang meliputi: tinggi dan diameter semai . , panjang internodia, jumlah dan ukuran daun serta kenampakan morfologi daun. Luas daun diukur dengan mengalikan panjang dan lebar daun kemudian dikalikan dengan faktor koreksi sebesar 0,546 yang mengacu pada Listianti . Data tinggi, diamater, panjang internodia disajikan dalam bentuk grafik untuk mengetahui trend pengaruh konsentrasi S terhadap parameter tersebut. Gejala morfologi yang tampak pada daun dianalisis secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Semai jati unggul yang memperoleh asupan unsur hara . erlakuan S0. S1, dan S. memiliki pertumbuhan tinggi dan diameter yang lebih cepat dibandingkan dengan semai yang tidak memperoleh asupan unsur hara . erlakuan K). Semai dengan perlakuan S1 . onsentrasi S sebesar 421 pp. memiliki tinggi dan rata-rata internodia yang paling tinggi dibandingkan perlakuan yang lain yaitu berturut-turut sebesar 14,5 cm dan 1,48 cm. Selain itu, perlakuan tersebut juga memiliki diameter yang paling besar yaitu 8,37 mm. Unsur S bagi tanaman berfungsi sebagai penyusun asam amino yang terlibat dalam pembentukan klorofil dan protein Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 (Wati et al. Wihardjaka and Poniman 2. Pandey et al. menyebutkan bahwa pemupukan S dapat meningkatkan kandungan protein pada gandum. Oleh sebab itu, penambahan unsur S pada tanaman dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman. Sitompul . menambahkan tanaman akan mencapai pertumbuhan maksimal jika unsur hara tersedia dalam tingkat optimum. Pertumbuhan Semai tanaman jati di sajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2. Gambar 1. Tinggi dan . panjang internodia semai pada beberapa perlakuan konsentrasi unsur S. Gambar 2. Diameter semai pada beberapa perlakuan konsentrasi unsur S. Gambar 1 dan 2 mengindikasikan bahwa semai jati unggul dengan perlakuan S0 berada pada zona defisiensi unsur S. Sedangkan semai jati unggul dengan perlakuan S1 berada pada zona optimum unsur S. Lain halnya dengan semai jati unggul dengan perlakuan S2 yang berada pada zona toksik unsur S. Menurut Sager . rata-rata kandungan S total pada batuan induk sebesar 260 ppm. Kandungan S total pada beberapa contoh tanah di Indonesia kurang dari nilai tersebut. Menurut Wigena et al. kandungan S total pada tanah Oxic Dystrudepts di Kabupaten Merangin. Jambi pada kedalaman 0-20 cm sebesar 112,10 ppm, dengan kandungan S tersedia sebesar 1,13 ppm dan pada kedalaman 20-40 cm sebesar 120,07 dengan kandungan S tersedia sebesar ppm 22,80 ppm. Menurut Pratiwi et al. kandungan S tersedia pada tanah yang berasal dari Lamongan. Jawa Timur yang telah diberi perlakuan pengapuran jauh lebih kecil lagi yaitu sebesar 2,36 ppm. Pada penelitian ini, zona optimum dicapai pada konsentrasi S sebesar 421 ppm. Oleh sebab itu, penanaman jati unggul di Indonesia masih membutuhkan penambahan S melalui pemupukan untuk mencapai konsentrasi optimum di dalam tanah. Di sisi lain, pada perlakuan Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 S2 . onsentrasi unsur S sebesar 894 pp. menunjukkan kecepatan pertumbuhan tinggi, panjang internodia, dan diameter semai jati unggul yang lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan S1 . onsentrasi unsur S sebesar 421 pp. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitompul . , yang menyatakan apabila tanaman diberikan penambahan unsur hara tetapi justru mengakibatkan pertumbuhan tanaman menurun maka tanaman tersebut berada pada zona toksik. Namun demikian, berdasarkan data kandungan unsur S di dalam tanah maka peluang terjadinya toksisitas unsur S pada tanaman dalam skala lapangan relatif kecil (Pratiwi et al. Sager 2012. Wigena et al. Menurut SoCek-Podwika et al. , kandungan unsur S yang tinggi ditemukan pada tanah yang berada di sekitar lokasi pertambangan sulfur. Likus-Cieulik et al. menyatakan bahwa konsentrasi unsur S yang berlebih pada tanah dapat memberikan dampak negatif pada tanaman, seperti kerusakan akar dan daun serta terhambatnya pertumbuhan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa rerata ukuran daun pada perlakuan S1 paling luas dibanding dengan perlakuan yang lain yaitu sebesar 64 cm2. Ukuran daun pada perlakuan K. S0, dan S2 berturut-turut sebesar 7 cm2, 49 cm2 dan 44 cm2. Ukuran daun pada penelitian ini jauh lebih kecil dibandingkan dengan daun stump jati yang ditanam pada media tanah entisol yang dicampur dengan pupuk kandang dan sekam padi yang memiliki rerata panjang daun sebesar 38,06 cm dan lebar sebesar 21,87 cm . uas setara dengan 454 cm. (Efendi Ukuran dan jumlah daun semai pada beberapa perlakuan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Ukuran dan . jumlah daun semai pada beberapa perlakuan konsentrasi unsur S. Total jumlah daun pada perlakuan perlakuan S1 mencapai 20 helai. Jumlah tersebut lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah daun pada perlakuan S0 yang memiliki daun sebanyak 22 helai, tetapi lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan K dan S2 yang berturut-turut memiliki jumlah daun 12 dan 18 helai. Meskipun perlakuan S1 memiliki jumlah total daun paling banyak, tetapi selama pengamatan daun-daun tersebut banyak yang gugur sehingga di akhir pengamatan menyisakan jumlah daun yang paling sedikit. Jumlah daun pada semai yang mendapat asupan hara pada penelitian ini . erlakuan S0. S1, dan S. lebih banyak dibanding dengan jumlah daun dari stump jati yang ditanam pada media tanah entisol yang dicampur dengan pupuk kandang dan sekam padi yang memiliki rerata jumlah daun sebanyak 16 helai (Efendi 2. Menurut Aisyah et al. , jumlah daun jagung berkorelasi negatif dengan kandungan S di dalam tanah. Semakin tinggi kandungan S di dalam tanah maka jumlah daunnya semakin sedikit. Akan tetapi hubungan korelasi tersebut rendah. Menurut Efendi . , semakin tinggi dosis pupus phoska, maka semakin banyak jumlah dan semakin besar pula ukuran daunnya. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Morfologi Daun pada Perlakuan Kontrol Kenampakan morfologi daun semai jati pada perlakuan kontrol ditunjukkan pada Gambar 4. Daun yang telah mencapai ukuran maksimal berwarna hijau kekuningan. Daun yang baru tumbuh berwarna keunguan, semakin lama warna keunguan memudar menjadi hijau kekuningan. Tidak ada perubahan bentuk pada daun yang mendapat perlakuan kontrol, hanya ukurannya saja yang dengan jelas tampak paling kecil dibandingkan dengan perlakuan yang lain (Gambar 3. sedangan untuk Morfologi daun semai jati pada perlakuan K disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Morfologi daun semai jati pada perlakuan K. Morfologi Daun pada Perlakuan S0 (Tanpa Sulfu. Gejala morfologi pada perlakuan S0 tampak pada daun muda. Pada daun yang baru tumbuh, di bagian antar tulang daun berwarna hijau pucat (Gambar 4. Gejala tersebut muncul pada waktu 1 bulan setelah perlakuan hingga 2 bulan setelah perlakuan. Gejala berikutnya yang muncul adalah warna keunguan pada bagian antar tulang dan tepi daun (Gambar 4. Tiga bulan setelah perlakuan sudah tidak muncul gejala baru pada daun muda. Gambar 4. Morfologi daun semai jati pada perlakuan S0. Morfologi Daun pada Perlakuan S1 Pada perlakuan S1, di bagian antar tulang daun yang baru tumbuh berwarna hijau pucat keunguan dan tepi daun berwarna keunguan (Gambar 5. Gejala tersebut muncul pada waktu 1,5 bulan setelah perlakuan hingga 2,5 bulan setelah perlakuan. Pada waktu 3 bulan setelah perlakuan, daun termuda mengalami gejala berupa bentuk tepi daun yang terbentuk tidak sempurna, daun berwarna hijau pucat dan pada bagian tengah berwarna keunguan (Gambar Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Gambar 5. Morfologi daun semai jati pada perlakuan S1. Morfologi Daun pada Perlakuan S2 Pada perlakuan S2 gejala juga muncul pada daun muda. Gejala yang muncul berupa interveinal klorosis, yaitu klorosis . arna mengunin. pada bagian antar tulang daun. Gejala tersebut muncul pada waktu 1,5 bulan setelah perlakuan (Gambar 6. hingga 2,5 bulan setelah perlakuan (Gambar 6 . Gambar 6. Morfologi daun semai jati pada perlakuan S2. Berdasarkan pengamatan di atas, diketahui bahwa gejala yang tampak tidak terjadi pada seluruh bagian daun secara merata, tetapi hanya bagian tertentu saja, yaitu pada bagian antar tulang daun dan tepi daun. Gejala kerusakan yang muncul pada penelitian ini adalah klorosis di antara tulang daun, warna keunguan pada tepi dan antar tulang daun, serta tepi daun yang tidak terbentuk secara sempurna. Semua gejala tersebut terjadi pada daun muda. Menurut McCauley et al. S merupakan unsur hara immobile sehingga gejala defisiensi berawal dari organ yang lebih muda dulu. Gejala defisiensi unsur S pada tanaman umumnya berupa daun berwarna hijau terang secara merata, bukan pada bagian tertentu yang berupa bercak maupun garis klorosis (McCauley et al. Lebih lanjut. McCauley et al. menjelaskan bahwa gejala defisiensi S sulit didiagnosa karena mirip dengan gejala defisiensi unsur N dan Mo. Silva et . menyebutkan bahwa defisiensi N pada semai jati ditunjukkan dengan warna daun tua yang semakin memudar menjadi hijau pucat kemudian ujung daun menjadi menguning. Silva et al. menyebutkan semai jati yang mengalami defisiesi S memiliki daun muda yang berwarna hijau terang dibandingkan dengan daun jati yang mendapat kecukupan unsur Veygas et al. juga menyebutkan jika daun muda mahoni yang kekurangan S berwarna hijau terang. Warna keunguan yang muncul pada daun diduga disebabkan oleh akumulasi antosianin yang terjadi ketika proses fisiolofi tanaman terganggu (McCauley et al. Menurut Stewart et al. , akumulasi antosianin disebabkan oleh kekurangan unsur N dan P. Tepi daun yang tidak sempurna diakibatkan oleh dinding sel yang tidak terbentuk secara Menurut McCauley et al. Ca merupakan komponen penyusun dinding sel, sehingga kekurangan Ca mengakibatkan ketidaknormalan pada bentuk daun. Silva et al. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 . menyebutkan semai jati yang mengalami defisiesi Ca menunjukkan gejala berupa pertumbuhan daun yang lambat dan tidak merata, daun mengalami perubahan bentuk dan tepi daun menggulung. Gejala yang teramati pada penelitian ini berbeda dengan gejala yang teramati pada penelitian lain. Hal tersebut diduga disebabkan konsentrasi unsur hara makro esensial (N. Ca, dan M. yang digunakan pada penelitian ini belum optimal untuk semai jati unggul. Dengan demikian, terdapat kemungkinan jika gejala morfologi yang tampak pada penelitian ini tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh unsur S tetapi unsur yang lain. Untuk memastikan hal tersebut, perlu dilakukan analisis jaringan untuk mengetahui serapan S oleh semai sehingga dapat mengonfirmasi unsur hara apa yang menyebabkan gejala yang muncul. Dell et al. menyebutkan diagnosis defisiensi maupun toksisitas unsur hara melalui gejala visual dapat dikonfirmasi dengan analisis jaringan. Konsentrasi hara yang terkandung dalam jaringan merupakan kombinasi pengaruh dari ketersediaan unsur hara pada media dan kemampuan serapan oleh akar. Ketersediaan hara yang cukup dalam tanah tidak selalu disertai dengan serapan unsur hara yang baik oleh akar tanaman. Menurut Aisyah et al. aplikasi beberapa macam pupuk S tidak berpengaruh nyata terhadap serapan S oleh tanaman SIMPULAN Konsentrasi unsur hara makro N. Ca, dan Mg sebesar full strength perlakuan S1 . onsentrasi S sebesar 421 pp. menghasilkan pertumbuhan tinggi, panjang internodia dan diameter yang terbaik yaitu berturut-turut sebesar 14,50 cm. 1,48 cm. dan 8,37 mm pada semai jati jenis unggul. Namun demikian, morfologi daun pada semua perlakuan menunjukkan gejala ketidaknormalan. SANWACANA Penulis mengucapkan terima kasih kepada Hibah Penelitian Dosen Muda Universitas Gadjah Mada 2016 atas dana penelitian yang diberikan. DAFTAR PUSTAKA