PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 ASSESMEN DALAM PEMBELAJARAN BERDEFERENSIASI MATERI CERITA RAKYAT DI SEKOLAH DASAR 01 DOPLANG KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN 2023/2024 Slameta,*. Naufal Allam Gumelarb,* Universitas Sebelas Maret Surakarta. Indonesia Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan . perencanaan asesmen dilakukan guru dalam pembelajaran berdeferensiasi, . asesmen dan proses pemetaan . ebutuhan, minat dan gaya belaja. siswa yang dilakukan guru dalam pembelajaran berdeferensiasi, dan . proses dan hasil pembelajaran berdeferensiasi materi cerita rakyat di SD N 01 Doplang Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, dengan paradigma nativistik nuturalistik, dengan studi kasus tunggal. Data: . perencanaan asesmen pembelajaran berdeferensiasi dikumpulkan dengan teknik observasi, dengan menelaah modul ajar yang dibuat guru, dan wawancara dengan guru . Data asesmen diagnosis untuk proses pemetaan . ebutuhan, minat, serta gaya belaja. dijaring dengan teknik wawancara dengan guru dan . Data hasil pembelajaran dikumpulkan dengan teknik assesmen tertulis. Validitas data dilakukan dengan triangulasi . etode dan informa. Analisis data menerapkan analisis interaktif model Miles & Huberman. Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan . guru tidak menyusun perencanaan asesmen diagnostik dengan baik. asesmen pada modul ajar tidak dapat dilaksanakan guru untuk mengidentifikasi kebutuhan, minat dan gaya belajar, karena guru tidak membuat asesmen diagnostik di awal . guru melakukan pemetaan untuk pembelajaran berdeferensiasi dengan dasar kemampuan riil siswa sehari-hari . ebih fokus pada kemampuan membaca sisw. asesmen pembelajaran berdeferensiasi dengan materi cerita rakyat nasional . ukan cerita rakyat loka. menunjukkan rata-rata skor nilai . yang lebih baik daripada materi cerita rakyat lokal . asesmen pembelajaran berdeferensiasi dengan materi cerita rakyat lokal dengan judul Telaga Madirda paling baik dengan skor rata-rata . daripada materi cerita lokal dua judul yang lain: Eyang Joboleko dengan skor rata-rata . , dan Sunan Lawu, dengan skor rata-rata . Kata-Kata Kunci: Berdeferensiasi. Cerita Rakyat. Sekolah Dasar Abstract: This study aims to describe . assessment planning carried out by teachers in differentiated learning, . assessment and mapping process . eeds, interests and learning style. of students carried out by teachers in differentiated learning, and . process and results of differentiated learning of folklore material at SD N 01 Doplang. Karanganyar Regency. This study uses a qualitative approach, with a nativistic naturalistic paradigm, with a single case study. Data: . planning of differentiated learning assessments were collected using observation techniques, by reviewing teaching modules made by teachers, and interviews with teachers . Diagnostic assessment data for the mapping process . eeds, interests, and learning style. were collected using interview techniques with teachers and A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 Learning outcome data were collected using written assessment techniques. Data validity was carried out by triangulation . ethods and informant. Data analysis applied the interactive analysis model of Miles & Huberman. Based on the data collected, it can be concluded that . teachers do not prepare diagnostic assessment plans properly. assessment in the teaching module cannot be carried out by teachers to identify needs, interests and learning styles, because teachers do not make diagnostic assessments at the beginning . teachers carry out mapping for differentiated learning based on students' real daily abilities . ore focused on students' reading abilitie. assessment of differentiated learning with national folklore material . ot local folklor. shows an average score of . which is better than local folklore material . assessment of differentiated learning with local folklore material with the title Telaga Madirda is the best with an average score . than the local story material with two other titles: Eyang Joboleko with an average score . , and Sunan Lawu, with an average score . Key Words: Differentiated. Folklore. Elementary School PENDAHULUAN Kemampuan berbahasa, bersastra, dan berpikir merupakan pondasi dalam meniti kehidupan Kemampuan ini tidak bersifat instan, namun harus dipelajari, dikembangkan dan ditumbuhkan pada diri setiap anak sejak sekolah dasar . ahkan sejak din. Mata pelajaran bahasa Indonesia diproyeksikan dapat membentuk keterampilan resptif . enyimak, membaca dan memirs. , dan keterampilan produktif . erbicara, mempresentasikan dan Kompetensi berbahasa ini mendasarkan pada tiga hal yang saling berhubungan dan saling mendukung untuk mengembangkan kompetensi peserta didik, yaitu bahasa . emampuan mengapresiasi, menanggapi, menganalisis, dan memcipta karya sastr. , dan berpikir . ritis, kreatif, dan imajinatif. Pengembangan kompetensi berbahasa, bersastra, dan berpikir ini diharapkan dapat membentuk peserta didik yang memiliki kemampuan literasi yang tinggi dan berkarakter Pancasila sesuai Kurikulum Merdeka. Mata pelajaran bahasa Indonesia dibelajarkan untuk meningkatkan kecakapan hidup peserta didik dalam mengelola diri dan lingkungan dan meningkatkan kesadaran dan kepedulian peserta didik terhadap lingkungan alam, sosial, dan budaya. Sehubungan dengan hal tersebut dalam salah satu area pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek membaca dan memirsa dirumuskan deskripsi materi pembelajaran sebagai berikut: Membaca adalah kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi teks sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Adapun memirsa merupakan kemampuan peserta didik untuk memahami, memaknai, menginterpretasi, dan merefleksi sajian cetak, visual dan/atau audiovisual sesuai tujuan dan kepentingannya untuk mengembangkan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan potensinya. Komponen- komponen yang dikembangkan pada ranah membaca dan memirsa di antaranya kepekaan terhadap fonem, huruf, sistem isyarat, kosakata, struktur bahasa . ata bahas. , makna dan metakognisi (Kurikulum Nasional, 2. Pada penelitian ini aktivitas membaca difokuskan pada membaca untuk memahami karya sastra, yang lebih khusus pada cerita rakyat. Cerita rakyat sebagai suatu karya imijinatif, mengandung sejumlah nilai-luhur. Pada sisi lain cerita rakyat eksis di mana pun. A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 Oleh karenanya cerita rakyat perlu dibongkar, dikajidalami, ditelaah, dan dianalisis. Melalui proses inilah cerita rakyat akan dapat ditemukan nilai, fungsi dan kebermaknaanya secara utuh dalam kehidupan di masyarakat. Kondisi riil menunjukkan bahwa generasi sekarang hampir tidak mengenal sastra/cerita rakyat secara masif. Maka tidak naif, jika generasi sekarang, tidak tertarik, tidak memahami, bahkan tidak mengenal tentang cerita rakyat, yang ada di daerahnya. Oleh karena itu pembelajaran cerita rakyat di dunia pendidikan menghadapi tantangan tersendiri di era perkembangan peradaban teknogi saat ini. Sistem asesmen atau penilaian dalam pembelajaran dapat dipandang sebagai yang urgen untuk dipahami guru. Asesmen sebagai alat untuk mendapatkan informasi hasil pembelajaran, dan informasi potensi sefta kompetensi peserta didik. Dalam pembelajaran dikenal berbagai jenis asesmen. Setidak- tidaknya di dunia pendidikan/pengajaran mengenal beberapa jenis asesmen yaitu . asesmen diagnostik, . asesmen formatif, . asesmen sumatif. asesmen proses. Masing-masing jenis asesmen memiliki fungsi yang berbeda-beda. Asesmen diagnostik berfungsi untuk mengenali/mengidentifikasi kemampuan awal, kesiapan belajar, dan kebutuhan belajar peserta didik. Asesmen formatif adalah asesmen yang dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh keberhasilan proses belajar, bahkan untuk mengenali gaya belajar peserta didik. Pada sisi lain asesmen sumatif digunakan untuk mengetahui keberhasilan proses pembelajaran pada satuan pembelajaran tertentu . engah atau satu semeste. , sedangkan asesmen proses dimaksudkan sebagai asesmen untuk mengetahui perkembangan hasil belajar selama proses pembelajaran berlangsung. Dalam pelaksanakan pembelajaran berbagai jenis dan fungsi asesmen diterapkan guru dalam proses pembelajaran berlangsung. Berkaitan dengan pembelajaran berdeferensiasi berbagai jenis asesmen tersebut cukup urgen untuk dipahami, dilakukan, dan hasil ditindaklanjti oleh guru untuk menjamin keberelangsungan sistem pembelajaran berjalan secara maksimal. Melalui sistem asesmen yang baik, berbagai aktivitas pembelajaran lebih terukur, dan tersistem dengan baik. Melalui asesmen yang baik keberhasilan dan kekurangan yang ada dapat teridentifikasi dengan baik. Pembelajaran berdeferensiasi dipandang sebagai suatu pendekatan baru dalam Kurikulum Merdeka atau yang sekarang dikenal Kurikulum Nasional yang ditetapkan pemerintah berdasarkan SK Permendikbudristek. No. 12 Tahun Kurikulum pada Jenjang PAUD. Pendidikan Dasar, dan Menega. mulai diberlakukan secara bertahap di sekolah di seluruh Indonesia. Pendekatan pembelajaran berdeferensiasi dimaksudkan bahwa pembelajaran disesuaikan dengan kebutuhan individu peserta didik di kelas. Sebagai suatu inovasi di dunia pendidikan di dekade tahun 2020-an, penerapan pendekatan ini berimplikasi dalam berbagai komponen dalam pelaksanakan pembelajaran di kelas. Pembelajaran berdiferensiasi telah menjadi salah satu inovasi penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pendekatan ini dianggap sebagai solusi strategis untuk mengatasi tantangan pembelajaran di kelas yang secara faktual bersifat heterogen, bukan homogen. Keberagaman kemampuan, kebutuhan, dan karakteristik siswa memerlukan pendekatan pembelajaran yang fleksibel dan responsif. Selama ini, penerapan pembelajaran tunggal atau seragam di dalam kelas sering dianggap kurang efektif dalam menghadapi keragaman Penelitian ini memfokuskan pada implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang dilakukan di Sekolah Dasar Negeri 01 Doplang. Kecamatan Karangpandan. Kabupaten Karanganyar, dengan penekanan khusus pada aspek asesmen. Asesmen dalam A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 pembelajaran berdiferensiasi menjadi komponen krusial untuk merancang program pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan individu siswa. Beberapa penelitian sebelumnya telah membahas berbagai aspek pembelajaran Misalnya. Marzoan . dan Fauza . menyoroti kesiapan sekolah dan guru dalam implementasi pembelajaran berdiferensiasi. Rahmawati . dan Fitria . membahas strategi dan proses dalam pendekatan ini. Selain itu. Saputri dkk. menghubungkan pembelajaran berdiferensiasi dengan perkembangan kognitif siswa. Adapun penelitian oleh Yani dan Mashfufah . berfokus pada implementasi asesmen diagnostik untuk menentukan profil gaya belajar siswa dalam pembelajaran berdiferensiasi. Namun, kajian tentang pelaksanaan asesmen dalam pembelajaran berdiferensiasi, khususnya yang berkaitan dengan perencanaan program pembelajaran, masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengisi kesenjangan tersebut dengan mengeksplorasi secara mendalam pelaksanaan asesmen dalam pembelajaran berdiferensiasi di tingkat sekolah dasar. Oleh sebab itu penelitian ini berfokus pada evaluasi/asesmen dengan materi pilihan yang berbeda disediakan peneliti . ang pilihan ditentukan peserta didi. Dalam pembelajaran berdeferensiasi ini peserta didik memilih salah satu materi teks yang disediakan untuk dipelajari, dipahami, ditelaah, dan peserta didik diminta untuk menyelesaikan tagihan pada akhir pembelajaran. LANDASAN TEORI Kajian teori dalam penelitian ini bertujuan untuk mendalami konsep, prinsip, dan implementasi pembelajaran berdiferensiasi yang telah dikembangkan dalam berbagai kajian Sebagai salah satu pendekatan inovatif, pembelajaran berdiferensiasi berakar pada pemahaman bahwa setiap siswa memiliki kebutuhan, minat, dan gaya belajar yang unik. Oleh karena itu, teori-teori yang relevan, seperti diferensiasi kurikulum, asesmen formatif, dan strategi pembelajaran yang adaptif, menjadi landasan penting dalam merancang pembelajaran yang efektif dan inklusif. Pembelajaran berdiferensiasi menekankan pada penciptaan lingkungan belajar yang responsif terhadap keragaman siswa, baik dalam hal kemampuan akademik, tingkat kesiapan, maupun preferensi belajar. Dalam konteks ini, asesmen memiliki peran vital, tidak hanya sebagai alat evaluasi, tetapi juga sebagai panduan dalam mengembangkan rencana pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing siswa. Penelitian ini berupaya menjembatani teori dan praktik dengan menyoroti pelaksanaan asesmen sebagai elemen integral dari pembelajaran berdiferensiasi, khususnya dalam konteks sekolah dasar. Timlinson . berpendapat bahwa pembelajaran berdeferensiasi merupakan usaha untuk menyesuaikan proses penbelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu setiap peserta didik. Timlinson & Moon . menyatakan ada lima prinsip dalam menerapkan pembelajaran berdeferensiasi: . lingkungan belajar, . kurikulum yang berkualitas, . asesmen berkelanjutan, . pengajaran yang responsif, dan . kepemimpinan dan rutinitas di kelas. Ada beberapa strategi pembelajaran berdeferensiasi yaitu . isi, . proses, . produk, dan . lingkungan belajar. Dalam pelaksanaannya tentu saja tidak semua strategi tersebut dapat dilaksanakan dalam suatu program pembelajaran. Strategi pembelajaran berdeferensiasi pada aspek isi, dimaksudkan bahwa dalam pembelajaran guru menyediakan beberapa materi untuk dipilih oleh peserta didik. Aspek proses, dimaksudkan sebagai pembelajaran berderensiasi yang A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 memberikan pelayanan proses berbeda yang disesuaikan dengan kesiapan siswa, minat siswa, ataupun gaya belajar siswa. Adapun aspek produk dalam pembelajaran berdeferensiasi dimaksudkan bahwa produk yang dihasilkan siswa berbeda. Aspek lingkungan belajar dimaksudkan guru mengondisikan lingkungan belajar yang berbeda dalam pelaksanaan pembelajaran. Hal ini semua tentu saja didasarkan atas dasar hasil pemetaan yang telah dilakukan guru. Timlinson & Mc Tighe . Ciri pembelajaran berdeferensiasi mencakupi . bersifat proaktif, . menekankan kualitas daripada kuantitas, . berakar pada asessmen, . menyediakan berbagai pendekatan, . berorientasi pada peserta didik, . Campuran pembelajaran individu dan klasikal, . Bersifat Hidup. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, naturalistik, dengan studi kasus tunggal, yaitu pelaksanaan asesmen dalam pembelajaran berdeferensiasi di Sekolah Dasar Negeri 01 Doplang Kabupaten Karanganyar. Penelitian ini berpostulat positivis, dengan melihat sebab akibat dipandang sebagai fenomena yang simultan (Licoln & Guba, 19. Data penelitian berupa data kualitatif, dalam bentuk dokumen dan pernyataan informan. Data perencanaan asesmen pembelajaran berdeferensiasi dikumpulkan dengan teknik observasi yaitu menelaah modul ajar yang dibuat guru sebelum pembelajaran dilakukan dan teknik wawancara dengan guru kelasobjek penelitian . edoman wawancara terlampi. , . Data pemetaan/diagnosis kebutuhan dan kesiapan siswa dikumpulkan dengan teknik wawancara guru dan . Data hasil asesmen belajar peserta didik dikumpulkan dengan teknik tes tertulis . oal tes terlampi. Asesmen tes tertulis dalam bentuk soal esai, berjumlah 7 nomor. Masing-masing nomor soal diberi bobot sesuai tingkat kesukaran soal. Validitas data dilakukan dengan triangulasi metode, dan triangulasi sumber data. Validitas tes soal esai didasarkan pada validitas teori. Analisis data menggunakan analisis interaktif menurut Miles & Huberman . Gambar 1. Model interaktif milles & huberman PEMBAHASAN Perencanaan Pembelajaran Berdeferensiasi Berdasarkan data yang terkumpul baik dari hasil wawancara maupun telaah terhadap dokumen modul ajar guru dapat dinyatakan bahwa guru membuat rencana pembelajaran berupa modul ajar dalam format yang lengkap. Asesmen yang dikembangkan guru tidak secara eksplisit menyebutkan adanya asesmen diganostik. Asesmen yang dikembangkan guru berjenis formatif dan sumatif. Dengan kata lain guru tidak membuat perencanaan asesmen diagnostik untuk memetakan kondisi, kesiapan belajar, kebutuhan . serta belajar A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 peserta didik. Walau di modul ajar tidak dirumuskan secara eksplisit guru dalam melakukan pembelajaran berdeferensiasi mendasarkan pemetaan pada kondisi riil peserta didik seharihari yang telah teramati selama di kelas sebelumnya. Langkah ini dilakukan sebagai suatu bukti bahwa dalam pembelajaran berdeferensiasi guru harus mendasarkan hasil pemetaan Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yani dan Mashfufah . yang berkesimpulan bahwa asesmen diagnostik dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran tematik agar sesuai dengan kebutuhan siswa dan waktu waktu yang digunakan dalam Pemetaan Kemampuan Awal Siswa Tahap diagosis atau identifikasi dan pemetaan peserta didik untuk kepentingan pembelajaran berdeferensiasi guru memanfaatkan pemahamannya terhadap kondisi siswa yang telah dikenal dari prestasi, kemampuan, kebutuhan, minat dan gaya belajar siswa yang telah dipahami sebelumnya. Secara kebetulan guru pengajar di kelas tersebut juga mengajar kelas ini di kelas sebelumnya. Dengan demikian guru sangat memahami kondisi dan karakteristik peserta didik di kelas ini. Berdasarkan pemahaman guru terhadap karakteristik dan kondisi peserta didik itulah guru melakukan pembelajaran berdeferensiasi. Dalam hal ini p eserta didik dikelompokkan menjadi 3 yaitu kelompok tinggi . , kelompok sedang ( 19 orang peserta didi. dan kelompok rendah . orang pesert. data terlampir. Tampaknya pemetakan berdasarkan hasil pengamatan sehari-hari lebih akurat dan lebih riil, dibandingkan sekedar diagnostik yang dilaksanakan secara terprogram. Karena guru lebih paham kondisi terhadap peserta didik, dalam berbagai dimensinya. Berdasarkan pemetaan itulah guru memberi perlakuan dalam pembelajaran di kelas dengan berbagai strategi, metode dan pelayanan bimbingan baik secara klasikal maupun secara individual. Hasil asesmen pembelajaran berdeferensiasi dengan berfokus pada materi asesmen yang berbeda dapat disajikan pada tabel berikut. Table 1. Skor Nilai Hasil Pembelajaran Berdeferensiasi Teks Cerita Rakyat Judul Aan Dwi Saputra Andri Saputra Aqila Putri Kinara Azzahra Juan Reinanta Chatarina Nur Isnaini Febriyani Fineta Indah Sari Gadis Ratna Kinanti Ganendra Outra Setia W Ibrahim Agus Saputra Ilham Bahrul Ulum Iswan Adi Setiawan Johan Agriana Putra Kanza Elisa Khafidz Muhammad K. Marsha Ayumi Rahmawati Mawar Dwi Anugraeni Meilia Ratna Widya Muhammad Alfian Nada Muhammad Syawal Nayla Nasriin Syahra Rajendra Alfarizhi Nama Siswa Skor Nilai Aspek/Bobot . Jumlah A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 Rendi Febriyantoro Rosi Iskandar Rowaasiya Diray Al Fath Septian Satria Arif W. Zaskia Khanza Salsabila NasifaKhaiyana Tantri Anggara Adi Pratama Syailendra Ruly Jumlah Rata-rata nilai : 49,6 Keterangan Judul Teks: 1. Putri Alor, 2. Eyang Joboleko, 3. Telaga Madirda, 4. Sunan Lawu Keterangan Kelompok: A. Kemampuan Tinggi. Kemampuan Sedang. Kemampuan Rendah Berdasarkan hasil pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa peserta didik yang memilih materi teks cerita rakyat yang nasional . erjudul Putri Alor kar. ada 14 peserta didik, dan yang memilih judul teks yang bersifat lokal ada 14 peserta didik . erjudul Eyang Joboleko, karya anonim ada 5 peserta didik, memilih judul Telaga Madirda karya anonim, ada 5 Peserta didik, dan memilih judul Sunan Lawu karya anonim ada 4 peserta didik. Pada saat pembelajaran berlangsung ada 2 peserta didik tidak hadir, dikarenakan sakit . tas nama Aan Dwi Saputra dan atas nama Rosi Iskanda. Skor hasil pembelajaran berdeferensiasi berdasarkan pemetaan guru dapat dinyatakan bahwa peserta didik yang kelompok tinggi, memperoleh rata-rata 58,1. peserta didik kelompok rendah memperoleh rata-rata 47,3 dan peserta didik kelompok rendah memperoleh rata-rata 28,5. Hasil pembelajaran tersebut cukup menyolok perbedaannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, peserta didik di kelompok rendah memang kemampuan membacanya sangat memprihatinkan. Berbeda halnya peserta didik kelompok tinggi secara umum ditopang oleh latar belakang keluarga/orang tua yang secara ekonomi relatif mapan, menengah ke atas. Peserta didik kelompok rendah, secara sosial ekonomi juga rendah. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi sosial ekonomi orang tua cukup berpengaruh terhadap keberhasilan belajar peserta didik. Skor hasil pembelajaran berdeferensiasi peserta didik yang memilih cerita rakyat nasional rata- rata 50,7. Skor hasil pembelajaran berdeferensiasi peserta didik yang memilih cerita rakyat lokal/ berasal dari daerah setempat (Eyang Jololeko. Telaga Madirda, dan Sunan Law. rata-rata 47,3. Berdasarkan data di atas dapat dinyatakan bahwa cerita rakyat nasional lebih dipahami peserta didik daripada cerita rakyat dari daerah asal/lingkungan Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diperoleh informasi yang menunjukkan bahwa peserta didik pada umumnya memang tridak mengenal cerita rakyat. Pada satu sisi cerita rakyat daerah/lingkungan sekitar pada umumnya tidak ada sumber yang resmi, juga tidak dibukukan diarsipkan/didokumentasi dengan baik. Peneliti melacak ke perpustakaan daerah Kabupaten Karanganyar pun juga tidak kami temukan informasinya. Berbeda dengan cerita rakyat nasional, setidaknya didokumentasi melalui buku yang telah diterbitkan oleh Pada sisi lain di sekolah juga tidak ada kewajiban untuk membaca, memahami cerita rakyat di sekitarnya. Bahkan beberapa guru pun juga tidak mengetahui keberadaan dokumen cerita rakyat di daerahnya. Skor hasil pembelajaran berdeferensiasi peserta didik yang memilih cerita rakyat lokal/daerah setempat (Eyang Jololeko. Telaga Madirda, dan Sunan Law. rata-rata 47,3. Skor rata-rata Skor hasil masing-masing judul adalah sebagai berikut: . Judul cerita rakyat A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 Eyang Joboleko 48,4. judul cerita rakyat Telaga Madirda 49,4 dan judul cerita rakyat Sunan Lawu 44,. Rata-rata skor hasil pemahaman pembelajaran berdeferensiasi materi cerita rakyat lokal, skor rata-rata nilai selisihnya tidak terlalu besar . ,4. 49,4 dan 44,. hal ini menunjukkan bahwa pemahaman peserta tentang cerita rakyat tersebut relatif kecil. Pada sisi lain peserta didik memang tidak mengenal dengan baik tentang cerita-cerita rakyat Berdasarkan hasil wawancara dengan guru & kepala bahwa program sekolah atau pemerintah daerah setempat dalam pengenalan budaya/cerita rakyat lokal tidak terlalu Hal ini juga ditandai dengan pemahaman dan pengenalan guru terhadap beberapa judul cerita rakyat lokal yang dibawa/dimiliki peneliti, guru tidak mengetahui atau memahami dengan baik berbagai hal berkaitan dengan judul-judul cerita rakyat tersebut. Dengan kata lain, program pengenalan cerita rakyat melalui dunia pendidikan belum dilaksanakan dengan Demkian juga inventarisasi dan program pendokumentasian cerita- cerita rakyat dalam bentuk buku atau manual lainnya belum dilaksanakan dengan maksimal. Bahkan hasil pelacakan peneliti di perpusatakaan daerah kabupaten Karanganyar tidak ditemukan bukubuku cerita rakyat secara lengkap. PENUTUP Berdasarkan data yang terkumpul dapat disimpulkan . guru tidak menyusun perencanaan asesmen diagnostik dengan baik. asesmen pada modul ajar tidak dapat untuk mengidentifikasi kebutuhan, minat dan gaya belajar. guru melakukan pemetaan peserta untuk keperluan pembelajaran berdeferensiasi bertolak dari kemampuan riil siswa seharihari lebih pada kemampuan membaca siswa. hasil asesmen pembelajaran berdeferensiasi menunjukkan bahwa kelompok dengan kategori sedang, dinyatakan cukup berhasil dalam pembealajaran berdeferensiasi. Asesmen pembelajaran berdeferensiasi dengan materi cerita rakyat nasional . ukan cerita rakyat loka. menunjukkan skor rata-rata skor nilai . yang lebih baik daripada materi cerita rakyat lokal . Asesmen pembelajaran berdeferensiasi dengan materi cerita rakyat lokal dengan judul Telaga Madirda paling baik . dari pada materi cerita lokal dua judul yang lain: Eyang Joboleko . , dan Sunan Lawu . DAFTAR PUSTAKA