ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 DOI : https://doi. org/10. 31938/jns. VARIASI DAN KOMPOSISI TANAMAN MPTS PADA LAHAN AGROFORESTRI DI TIGA KEMIRINGAN LAHAN YANG BERBEDA (STUDI KASUS GAPOKTANHUT PUJOMAKMUR) (Variation and Composition of MPTS Plants on Agroforestry Land on Three Different Land Slopes (Case Study of Gapoktanhut Pujomakmu. ) 1,2,3,4 Danti Maharanti1. Sugeng P Harianto2. Machya Kartika Tsani3*, dan Ceng Asmarahman4 Jurusan Kehutanan. FakultasPertanian. Universitas Lampung. Jl. SumantriBrojonegoro. No. Gedung Meneng. Bandar Lampung 35145. Indonesia * Corresponding author: machya. kartika@fp. Diterima : 26-03-2025 Direvisi : 16-04-2025 Disetujui : 22-05-2025 ABSTRACT The use of Multi-Purpose Tree Species (MPTS) in agroforestry systems on sloped area provides solutions in the ecological and economic fields of land management. The physiological and ecological characteristics of each type of plant influence its adaptability to slopes, its ability to resist erosion, as well as its contribution to soil fertility and agroforestry productivity. This research aims to identify the composition of MPTS species on three different slopes of land. The study was carried out by using direct observation in agroforestry area that include in three different type of land slopes, with category Moderate . -15 %). Moderately steep . -25 %). Steep . -65 %). The reserach results show that there are different MPTS plant compositions on 3 different slopes of agroforestry area. In moderate slope, there are 10 species. Meanwhile, moderately steep category, there are 9 species, and in steep category there are 10 species. MPTS from jungle plantation type become dominated MPTS species in 8-15% and 25-60% slope, and agricultral MPTS is domintaed in 15-25% slope. Keywords: Agroforestry. Land slope. MPTS. Vegetation. ABSTRAK Pemanfaatan Multi-Purpose Tree Species (MPTS) dalam sistem agroforestri di lahan miring memberikan solusi ekologi dan ekonomi untuk pengelolaan lahannya. Karakteristik fisiologis dan ekologi setiap jenis tanaman mempengaruhi kemampuan beradaptasi terhadap lereng, kemampuan menahan erosi, serta kontribusinya terhadap kesuburan tanah dan produktivitas agroforestri. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi spesies MPTS pada tiga kemiringan lahan yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan observasi langsung pada areal agroforestri yang mencakup tiga tipe kemiringan lahan berbeda, dengan kategori datar . -15 %), sedang . -25 %), curam . -65 %). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan komposisi tanaman MPTS pada 3 kemiringan lahan agroforestri yang berbeda. kemiringan yang datar terdapat 10 spesies. Sedangkan kategori sedang sebanyak 9 spesies dan kategori curam sebanyak 10 spesies. Jenis MPTS rimba mendominasi pada kemiringan 8-15% dan 25-60%, sedangkan MPTS pertanian mendominasi pada kemiringan 15-25%. Kata kunci: Agroforestri. Kemiringan lahan. MPTS. Vegetasi PENDAHULUAN Sistem agroforestri merupakan sistem pertanian berkelanjutan yang mengkombinasikan berbagai macam jenis tanaman dan memiliki berbagai strata tajuk (Wattie dan Sukendah, 2. agroforestri dapat dibilang melakukan sistem pengelolaan yang diharapkan membentuk strata tajuk yang menyerupai hutan alam, selain itu, dengan keragaman tanamannya diharapkan dapat memberikan banyak manfaat (Mufarrokhah, 2. Manfaat dari sistem agroforestri diantaranya sebagai sumber pendapatan bagi para petani hutan, pengendalian emisi karbon, dan upaya untuk konservasi sumberdaya alam (Wattie dan Sukendah, 2. Hal ini didukung oleh penelitian Saputri et al. yang menyatakan komposisi tanaman yang beragam ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 menjadikan agroforestri memiliki peran dan fungsi yang penting bagi ekosistem hutan dan dapat mendukung pertanian berkelanjutan . ustainable agricultur. dalam fungsi ekonomi, ekologi, maupun sosial budaya. Di Indonesia, penerapan agroforestri memiliki potensi besar dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terutama di kawasan hutan yang dikelola masyarakat (Octavia et al. Gapoktanhut Pujomakmur di KPH Pesawaran menjadi salah satu contoh penerapan hutan yang dikelola masyarakat dan Penerapan pengelolaan hutan yang menerapkan pola tanam agroforestri, memiliki jenis dan komoditas yang beragam, salah satunya adalah tanaman MPTS. Multy Purpose Tree Species (MPTS) adalah tanaman kekayuan yang memiliki banyak manfaat baik dari segi ekologi maupun ekonomi, serta komoditas kayu dan nir-kayu, sehingga petani dapat memanfaatkan komoditas nir-kayu tanpa (Indriyanto dan Asmarahman, 2. Tanaman MPTS biasanya ditanam di lahan agroforestri produktifitas hasil dan juga menjaga keseimbangan ekosistem hutan. Tanaman yang biasa digunakan sebagai MPTS antara lain durian, jengkol, petai, nangka, salam, petai, cengkeh, dan beberapa jenis lainnya (Vauzia et , 2. Pemilihan tanaman MPTS oleh petani biasanya didasarkan pada nilai ekonomis yang dihasilkan dari tanaman, serta kesesuaian jenis tanaman tersebut di lahan petani. Secara umum, tanaman akan tumbuh baik pada suatu kawasan apabila kondisi lahan yang baik serta rendahnya laju erosi tanah pada lahan tersebut (Senoaji et , 2. Salah satu yang menentukan kondisi lahan adalah kondisi kemiringan lahan. Kemiringan lahan merupakan faktor penting yang mempengaruhi komposisi vegetasi dalam sistem agroforestri. Lahan dengan kemiringan yang berbeda memiliki karakteristik unik yang perkembangan tanaman. Pada kemiringan yang curam memiliki risiko tinggi terhadap erosi yang dapat merusak tanaman yang ada di lahan Oleh karena itu, pemilihan jenis tanaman yang tepat sesuai dengan kemiringan lahan sangat krusial untuk mencapai hasil yang optimal dalam sistem agroforestri (Umam et al. Kemiringan lahan mempengaruhi kondisi fisik dan kesuburan tanah, yang berdampak langsung pada pertumbuhan dan perkembangan Peningkatan kemiringan lahan akan diikuti semakin menurunnya keragaman tanaman (Banjarnahor, 2. Dengan demikian, penting untuk memiliki pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara kemiringan lahan dan tanaman MPTS. Kemiringan lahan dalam sistem agroforestri sangatlah penting, terkait dengan jenis-jenis tanaman yang dapat tumbuh dan menghasilkan produktifitas yang baik pula. Berdasarkan hal tersebut penting dilakukan kajian mengenai jenis dan komposisi tanaman MPTS pada lahan agroforestri di tiga kemiringan yang berbeda di Gapoktanhut Pujomakmur. METODE PENELITIAN Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai bulan Desember 2024 di Gapoktanhut Pujomakmur. Register 20 Pematang Kubuato. KPH Pesawaran Padang Cermin. Lokasi penelitian disajikan pada Gambar 1. II. ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 Gambar 1. Peta penelitian Gapoktanhut Pujomakmur Pengambilan Data Pengambilan data penelitian dilakukan dengan membuat plot ukur berukuran 20 x 20 meter. Seluruh jenis pohon MPTS yang terdapat dalam plot tersebut dicatat. Metode pengambilan data secara purposive sampling, dengan penentuan plot ukur di tiga tingkat kemiringan yang berbeda, yaitu landai . -15%), sedang . 5%), dan Curam . -60%). Pada setiap tingkat kemiringan, diambil 5 petak ukur, sehingga totalnya sebanyak 15 petak ukur. Pemilihan plot ukur dilakukan secara langsung di lapangan, tanaman dan kondisi kemiringan lahan yang Lahan yang menerapkan pola tanam agroforestri dengan kemiringan tanah yang bervariasi landai, sedang, dan curam, dipilih Pendekatan ini bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian, sehingga meningkatkan akurasi dan relevansi data yang dikumpulkan. Analisis Data Data dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Data observasi lapangan analisis vegetasi dianalisis kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, dan frekuensi relatif. Rumus yang digunakan disajikan sebagai berikut: Kerapatan (K-. = (KR-I) yaycycoycoycaEa ycnycuyccycnycycnyccyc ycycuycyc ycyceycuycnyc ycoyceOeycn ycoycycayc ycyceycoycycycEa ycyyceycycayco ycaycuycuycycuEa yayceycycaycyycaycycaycu ycyceycuycnyc ycoyceOeycn ycoyceycycaycyycaycycaycu ycyceycoycycycEa ycyceycuycnyc (Indriyanto, 2. Frekuensi (F-. = (FR-I) yaycycoycoycaEa ycyyceycycayco yccycnycyceycoycycoycaycuycuycyca ycyceycuycnyc ycoyceOeycn yaycycoycoycaEa ycyceycoycycycEa ycyyceycycayco ycycoycyc yaycyceycoycyceycuycycn ycycuycyc ycyceycuycnyc ycoyceOeycn yaycyceycoycyceycuycycn ycyceycoycycycEa ycyceycuycnyc (Indriyanto, 2. ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 i. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, diketahui bahwa terdapat perbedaan jenis tanaman penyusun pada tiga kemiringan lahan. Lahan dengan kemiringan dalam kategori landai . -15%), terdapat 10 jenis tanaman. Sedangkan pada lahan dengan kategori kemiringan sedang . -25%), terdapat 9 jenis Pada lahan dengan kemiringan curam . -60%) terdapat 10 jenis tanaman. Adapun secara lengkap, jenis tanaman penyusun pada tiga kemiringan lahan yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 2, dan Tabel 3. Tabel 1. Jenis tanaman penyusun lahan dengan kemiringan landai . -15%) Nama Lokal Cengkeh Durian Jengkol Kapulaga Kakao Karet Pala Petai Pinang Sengon Nama ilmiah Eugenia aromatica Durio zibethinus Archidendron pauciflorum Amomum compactum Theobroma cacao Hevea brasiliensis Myristica fragrans Parkia speciosa Areca catechu Albizia chinensis Famili Golongan Myrtaceae MPTS pertanian Malvaceae MPTS rimba Fabaceae MPTS rimba Zingiberaceae Tanaman pertanian Malvaceae MPTS pertanian Euphorbiaceae MPTS rimba Myristicaceae MPTS rimba Mimosaceae MPTS rimba Arecaceae MPTS rimba Fabaceae Kayu rimba Habitus Perdu Pohon Pohon Herba Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon Pohon Tabel 2. Jenis tanaman penyusun lahan dengan kemiringan sedang . -25%) Nama lokal Cengkeh Nama ilmiah Eugenia aromatica Famili Myrtaceae Golongan MPTS pertanian Habitus Perdu Duku Lansium domesticum Meliaceae MPTS pertanian Pohon Durian Durio zibethinus Malvaceae MPTS rimba Pohon Kapulaga Amomum compactum Zingiberaceae Tanaman pertanian Herba Kakao Theobroma cacao Malvaceae MPTS pertanian Perdu Kemiri Aleurites moluccana Euphorbiaceae MPTS rimba Pohon Pala Myristica fragrans Myristicaceae MPTS rimba Pohon Petai Parkia speciosa Mimosaceae MPTS rimba Pohon Pinang Areca catechu Arecaceae MPTS rimba Pohon Tabel 3. Jenis tanaman penyusun lahan dengan kemiringan curam . -60%) No Nama lokal Nama ilmiah Famili Golongan 1 Cengkeh Eugenia aromatica Myrtaceae MPTS pertanian 2 Duku Lansium domesticum Meliaceae MPTS rimba 3 Durian Durio zibethinus Malvaceae MPTS rimba 4 Kapulaga Amomum compactum Zingiberaceae Tanaman pertanian 5 Jengkol Archidendron pauciflorum Fabaceae MPTS rimba 6 Kakao Theobroma cacao Malvaceae MPTS pertanian 7 Karet Hevea brasiliensis Euphorbiaceae MPTS rimba 8 Pala Myristica fragrans Myristicaceae MPTS rimba 9 Petai Parkia speciosa Mimosaceae MPTS rimba 10 Pinang Areca catechu Arecaceae MPTS rimba Habitus Perdu Pohon Pohon Herba Pohon Perdu Pohon Pohon Pohon Pohon ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 1, jenis penyusun tanaman pada lahan dengan kemiringan landai terdapat 10 jenis tanaman yaitu cengkeh, durian, jengkol, kapulaga, kakao, karet, pala, petai, pinang, dan sengon. Sementara itu, dari hasil olahan data yang disajikan pada Tabel 2, jenis penyusun pada kemiringan sedang terdapat 9 jenis tanaman yaitu cengkeh, duku, durian, kapulaga, kakao, kemiri, pala, petai, dan pinang. Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis penyusun tanaman pada kemiringan curam terdapat 10 jenis yaitu cengkeh, duku, durian, kapulaga, jengkol, kakao, karet, pala, petai dan pinang. Pada seluruh hasil analisis pada Tabel 1, 2, dan 3 terlihat bahwa seluruh lokasi penelitian memiliki berbagai komoditas penyusun. Kerapatan menggambarkan banyaknya jenis suatu individu dalam satuan luas tertentu. Kerapatan ini ditentukan berdasarkan jumlah individu rata-rata dibagi luas areal pengamatan. Sedangkan kerapatan relatif ditentukan berdasarkan keraparan suatu jenis dibagi kerapatan seluruh jumlah jenis dikalikan 100%. Frekuensi menggambarkan distribusi kehadiran suatu jenis tumbuhan di suatu area (Oktaviani et al. , 2. Hasil analisis penelitian terhadap nilai kerapatan dan frekuensi tanaman MPTS pada tiga kemiringan yang berbeda disajikan pada Tabel 4,5, dan 6. Tabel 4. Nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif pada kemiringan lahan landai . -15%) No Nama Lokal 1 Cengkeh 2 Durian 3 Jengkol 5 Kakao 6 Karet 7 Pala 8 Petai 9 Pinang 10 Sengon Nama ilmiah Eugenia aromatica Durio zibethinus Archidendron pauciflorum Theobroma cacao Hevea brasiliensis Myristica fragrans Parkia speciosa Areca catechu Albizia chinensis Total Famili Jumlah Myrtaceae Malvaceae Fabaceae Malvaceae Euphorbiaceae 43 Myristicaceae Mimosaceae Arecaceae Fabaceae Tabel 4 menunjukkan bahwa tanaman karet (Hevea brasiliensi. memiliki nilai kerapatan relatif yang paling tinggi sebesar 27%, dan tanaman sengon (Albizia chinensi. memiliki nilai kerapatan relatif paling rendah sebesar 2%. ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 Tabel 5. Nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif pada kemiringan lahan sedang 15-25% Nama Pohon Cengkeh Duku Durian Kakao Kemiri Pala Petai Pinang Nama Ilmiah Famili Jumlah Eugenia aromatica Lansium domesticum Durio zibethinus Theobroma cacao Aleurites moluccana Myristica fragrans Parkia speciosa Areca catechu Total Myrtaceae Meliaceae Malvaceae Malvaceae Euphorbiaceae Myristicaceae Mimosaceae Arecaceae (%) FR (%) Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman kakao (Theobroma caca. dan pala (Myristica fragran. memiliki nilai kerapatan relatif yang paling tinggi sebesar 33%, dan tanaman durian (Durio zibethinu. memiliki nilai kerapatan relatif paling rendah sebesar 1%. Tabel 6. Nilai kerapatan relatif dan frekuensi relatif pada kemiringan lahan curam 25-60% Nama Pohon Cengkeh Duku Durian Jengkol Kakao Karet Pala Petai Pinang Nama Ilmiah Famili Jumlah KR (%) Eugenia aromatica Lansium domesticum Durio zibethinus Archidendron pauciflorum Theobroma cacao Hevea brasiliensis Myristica fragrans Parkia speciosa Areca catechu Total Myrtaceae Meliaceae Malvaceae Fabaceae Malvaceae Euphorbiaceae Myristicaceae Mimosaceae Arecaceae Tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman pala (Myristica fragran. memiliki nilai kerapatan relatif yang paling tinggi sebesar 26%, dan tanaman cengkeh (Eugenia aromatic. memiliki nilai kerapatan relatif paling rendah sebesar 3%. Beragamnya nilai kerapatan relatif menandakan kondisi lokasi yang memiliki variasi lingkungan yang tinggi. Jenis pohon yang memiliki nilai frekuensi relatif yang tinggi maka nilai kerapatan relatif (%) cenderung besar pula. Jumlah individu suatu spesies dalam satuan luas tertentu tercermin dalam nilai kerapatan, sehingga nilai tersebut dapat menggambarkan keberadaan spesies tersebut di lokasi penelitian (Ahmad et al. Rata-rata kerapatan tanaman MPTS pada tiga kemiringan yang berbeda. Hasil analisis menunjukkan terdapat perbedaan kerapatan pada tiga kemiringan lahan yang berbeda yang tersaji pada Tabel 7. ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 Tabel 7. Rata-rata kerapatan tanaman MPTS pertanian dan MPTS rimba pada tiga kemiringan yang berbeda Lokasi Landai . -15%) Kerapatan Kerapatan Kerapatan MPTS Kerapatan MPTS MPTS Pertanian MPTS Rimba Pertanian Rimba (%) (%) ndividu/h. ndividu/h. Sedang . -25%) Curam . -60%) Berdasarkan tanaman yang telah ditemukan di lokasi penelitian, tanaman MPTS rimba lebih banyak ditemukan di lahan petani dari pada MPTS pertanian. Berdasarkan Tabel 7 rata-rata kerapatan dalam persentase tanaman MPTS pertanian di lahan dengan kemiringan dalam kategori landai sebesar 29%, sedangkan MPTS rimba sebesar 44%, hal ini menunjukkan bahwa persentase MPTS rimba lebih besar dari pada MPTS pertanian. Sementara itu pada lahan dengan kemiringan dalam kategori sedang MPTS pertanian 53% sedangkan MPTS rimba 26%, hal ini berbanding terbalik pada lahan kemiringan landai. MPTS pertanian lebih besar persentasenya dari pada MPTS rimba. Sedangkan pada lahan kemiringan dengan kategori curam MPTS pertanian sebesar 18% dan MPTS rimba sebesar 30%. MPTS rimba lebih banyak tumbuh dari pada MPTS pertanian karena para petani berpendapat bahwa tanaman golongan MPTS rimba memiliki banyak manfaat, baik dari segi ekologi maupun ekonomi, sehingga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi mereka (Prasetyo et , 2. Pembahasan Jenis agroforestri terdiri dari berbagai komoditas yaitu kayu rimba. MPTS pertanian. MPTS rimba, tanaman pertanian. Komoditas golongan kayu rimba yaitu pohon sengon. Komoditas kayu rimba ini tumbuh secara alami. Tanaman ini merupakan tanaman asli penyusun lahan hutan yang merupakan kawasan hutan lindung. Sebagai tanaman rimba yang merupakan tanaman alami, secara ekologis memiliki fungsi utama dalam meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki tata air. Selain kayu rimba, juga ditemukan tanaman MPTS yang jumlahnya jauh lebih banyak dari pada tanaman kayu rimba. Tanaman MPTS ini digunakan sebagai tanaman yang ditanam oleh petani yang dapat menghasilkan jeni nir-kayu . uah, getah, biji, dl. yang termasuk sebagai sumber bahan pangan ataupun dipanen untuk dijual (Indriyanto Asmarahman. Iswandaru et al . mengemukakan bahwa tanaman MPTS memiliki kontribusi nyata dalam konservasi sumber daya air, melalui bagian-bagian dari pohon seperti tajuk, berperan sebagai penghambat laju air hujan supaya tidak jatuh langsung ke tanah, membuat laju air berkurang serta meningkatkan infiltrasi tanah sehingga meningkatkan air tersimpan didalam tanah dan mengurangi erosi pada Pada tanaman MPTS memiliki kategori habitus yang berbeda-beda. Tipe MPTS yang ditemukan di lokasi penelitian, terdapat dua jenis yaitu MPTS rimda dan MPTS pertanian. Jenis MPTS rimba merupakan jenis yang dapat beradaptasi dengan mudah dengan kondisi hutan yang beragam (Marpaung et al. , 2. Selain itu. MPTS rimba bermanfaat bagi keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat bagi berbagai spesies flora dan fauna, akarnya berperan dalam memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kesuburan, serta mencegah erosi. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Septiawan et al. MPTS rimba merupakan tanaman ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 berkayu berhabitus pohon dan memiliki fungsi/manfaat ekonomis berupa komoditi kehutanan . ayu dan nir kay. , serta memiliki manfaat ekologis. Sementara itu MPTS pertanian merupakan Jenis pohon yang memiliki banyak manfaat, baik dalam aspek ekologi maupun ekonomi. Pohon-pohon tersebut sering dimanfaatkan dalam sistem agroforestri karena mampu menghasilkan kayu, buah, pakan ternak, dan bahan bakar (Hamrat dan Rita, 2. Hasil analisis data pada Tabel 1,2, dan 3 menunjukkan bahwa pada lokasi penelitian ditemukan tanaman dengan berbagai habitus. Habitus sendiri merupakan tumbuhan yang diklasifikasikan berdasarkan ukuran meliputi pohon, perdu, semak dan herba (Widodo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lahan agroforestri Gapoktanhut Pujo Makmur tersusun atas jenis habitus pohon, herba dan Menurut Rahman et al. habitus pohon memiliki ciri memiliki organ tumbuhan mulai dari akar, batang, buah bunga, daun dan biji yang dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Berdasarkan Tabel 1,2, dan 3 yang termasuk kategori habitus pohon yaitu tanaman cengkeh, pinang, durian, jengkol, karet, pala, petai, pinang, sengon, kemiri, dan duku. Habitus perdu adalah jenis tumbuhan berkayu yang memiliki cabang-cabang yang sangat banyak dan memiliki tiggi hanya mencapai kurang dari 6 meter (Rahmani dan Wahyunah, 2. Pada hasil Tabel 1,2, dan 3 yang tergolong habitus perdu yaitu pada tanaman cengkeh dan kakao. Habitus herba adalah tumbuhan pendek yang memiliki tinggi berkisar 0,3-2 meter dan berbatang basah karena mengandung banyak Herba juga merupakan tumbuhan yang tidak berkayu yang tersebar dalam bentuk kelompok individu atau soliter (Dui dan Hendrik, 2. Pada hasil analisis pada Tabel 1,2, dan 3 yang tergolong habitus herba yaitu pada tanaman kapulaga. Tumbuhan dapat tumbuh dengan baik di memungkinkan mereka menyebar secara luas. Tumbuhan yang memiliki kerapatan tertinggi biasanya cocok untuk hidup dan berkembang di lahan dengan tanah dan air yang memiliki pH Pada sisi lain, tumbuhan yang memiliki kerapatan terendah kemungkinan tidak cocok untuk tumbuh di lahan tersebut, terutama jika pH tanah dan air bersifat asam. Faktor lingkungan seperti pH tanah memiliki pengaruh besar terhadap pertumbuhan dan distribusi jenis tumbuhan, sehingga menjadi salah satu penentu utama keberhasilan pertumbuhan mereka (Oktaviani et al. , 2. Pada Tabel 4, terlihat bahwa tanaman karet (Hevea brasiliensi. memiliki nilai frekuensi relatif yang paling tinggi sebesar 27%, dan tanaman sengon (Albizia chinensi. memiliki nilai frekuensi relatif paling rendah sebesar 2%. Sementara itu, dari hasil olahan data yang disajikan pada Tabel 5 menunjukkan bahwa tanaman kakao (Theobroma caca. dan pala (Myristica fragran. memiliki nilai frekuensi relatif yang paling tinggi sebesar 33%, dan tanaman durian (Durio zibethinu. memiliki nilai frekuensi relatif paling rendah sebesar 1%. Tabel 6 menunjukkan bahwa tanaman pala (Myristica fragran. memiliki nilai frekuensi relatif yang paling tinggi sebesar 26%, dan tanaman cengkeh (Eugenia aromatic. memiliki nilai kerapatan relatif paling rendah sebesar 3%. Nilai frekuensi suatu jenis dipengaruhi secara langsung oleh densitas dan pola distribusinya. Beragamnya nilai frekuensi pada spesies di ekosistem menunjukkan bahwa tingkat persebaran spesies tersebut terbagi secara merata di habitannya. Frekuensi menjadi tolak ukur seberapa sering spesies itu ditemukan dalam petak ukur yang telah ditentukan. Jika nilai frekuensi lebih bervariasi artinya spesies tersebut tersebar secara merata di seluruh area sementara itu spesies lain hanya ditemukan di titik tertentu saja (Sari et al. , 2. Jenis MPTS rimba lebih banyak ditemukan dibandingkan MPTS pertanian ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 dalam suatu kawasan hutan karena adanya faktor ekologi, adaptasi tanaman, dan kebijakan pengelolaan lahan. MPTS rimba mampu beradaptasi di lingkungan yang memiliki kelembaban yang tinggi, tanah yang relatif miskin hara, dan pencahayaan yang lebih terbatas akibat kanopi pohon yang rapat (Zulkaidhah et al. , 2. MPTS rimba secara alami lebih mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan hutan yang memiliki tingkat kelembaban tinggi, tanah yang relatif miskin hara, dan pencahayaan yang lebih terbatas akibat kanopi pohon (Anwar dan Asmarahman. Selain itu. MPTS rimba memiliki peran ekologis yang penting, seperti menyediakan habitat bagi berbagai flora dan fauna, membantu konservasi tanah, serta menjaga siklus hidrologi dengan meningkatkan infiltrasi air dan mengurangi risiko erosi (Prasetyo et al. Selain faktor pengelolaan hutan juga berperan dalam dominasi MPTS rimba dibandingkan MPTS Kawasan hutan lindung memiliki regulasi ketat yang membatasi aktivitas pertanian agar fungsi ekologis hutan tetap Petani yang menggarap lahan di dalam kawasan hutan tidak dapat sembarangan menanam MPTS pertanian karena aktivitas ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem Sebaliknya. MPTS rimba lebih didorong untuk ditanam karena tidak hanya berperan dalam konservasi, tetapi juga memiliki nilai ekonomi yang dapat dimanfaatkan secara berkelanjutan. Beberapa jenis MPTS rimba seperti durian, jengkol, dan petai tetap memberikan hasil panen tanpa perlu menebang pohon, sehingga menjadi alternatif yang menguntungkan bagi petani (Marpaung et al. , 2. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini menunjukan variasi jenis tanaman penyusun pada lahan dengan kemiringan yang berbeda. A Lahan dengan kemiringan landai . -15%) memiliki 10 jenis tanaman, kemiringan sedang . -25%) memiliki 9 jenis tanaman, dan kemiringan curam . -60%) memiliki 10 jenis tanaman. Tanaman yang paling banyak ditemukan berasal dari golongan MPTS (Multi-Purpose Tree Specie. , yang terdiri dari MPTS rimba dan MPTS Berdasarkan habitusnya, tanaman yang ditemukan di lokasi penelitian terdiri dari tiga kategori utama, yaitu pohon, perdu, dan herba. Pada lahan dengan kemiringan landai . -15%), tanaman karet (Hevea brasiliensi. memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi . %), sedangkan sengon (Albizia chinensi. memiliki nilai terendah . %). A Pada kemiringan sedang . -25%), kakao (Theobroma caca. dan pala (Myristica fragran. memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi . %), sedangkan durian (Durio zibethinu. memiliki nilai terendah . %). A Pada kemiringan curam . -60%), pala (Myristica fragran. memiliki nilai kerapatan relatif tertinggi . %), sementara cengkeh (Eugenia aromatic. memiliki nilai terendah . %). Variasi dalam nilai kerapatan dan frekuensi tanaman menunjukkan adanya perbedaan tingkat adaptasi tanaman terhadap kondisi lingkungan yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian MPTS rimba lebih banyak ditemukan dari pada MPTS MPTS rimba memiliki peran ekologis yang penting, seperti menyediakan habitat bagi berbagai flora dan fauna, membantu konservasi tanah, serta menjaga siklus hidrologi dengan meningkatkan infiltrasi air dan mengurangi risiko erosi Saran Gapoktanhut Pujomakmur memiliki Meskipun agroforestri ini telah menunjukkan potensi yang baik dalam mendukung variasi dan komposisi tanaman MPTS, masih diperlukan adanya ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 25 No. 1 (Juni 2. : 1-11 pendampingan dalam pengelolaan lahan. Pendampingan oleh para ahli yang memiliki pengetahuan mendalam tentang praktik agroforestri yang dapat meningkatkan efisiensi pengelolaan, memaksimalkan hasil, dan menjaga keberlanjutan ekosistem. Perlu penelitian lanjutan melalui kolaborasi dengan ahli, agar petani dapat memperoleh informasi dan teknik yang lebih baik dalam merawat tanaman, mengelola sumber daya, serta meningkatkan produktivitas lahan secara DAFTAR PUSTAKA