Journal of Medicine and Health (JMH) Vol. 4 No. 2 August 2022 e-ISSN: 2442-5257 https://doi. org/10. 28932/jmh. Research Article Gambaran Pasien Apendisitis dan Infeksi Luka Operasi Pascaapendektomi di Rumah Sakit Bethesda Kota Yogyakarta Periode An Overview of Patients of Appendicitis and Surgical Site Infection Postappendectomy at Bethesda Hospital Yogyakarta Period 2019-2020 Manda R Happyanto1*. Oeij A Adhika2. Dono Pranoto3 1 Program Studi Pendidikan Dokter. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha 2 Bagian Anatomi. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha. Bagian Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia *Penulis korespondensi Email: lelekgabut@gmail. Received: November 2, 2021 Accepted: August 28, 2022 Abstrak Apendisitis adalah peradangan pada usus buntu dan merupakan kasus yang paling sering dijumpai oleh dokter bedah. Apendektomi merupakan penatalaksanaan apendisitis dan dibedakan menjadi apendektomi terbuka dan apendektomi laparoskopik. Infeksi luka operasi merupakan salah satu komplikasi pascaapendektomi. Penelitian ini bertujuan mempelajari gambaran pasien apendisitis dan infeksi luka operasi pascaapendektomi yang dirawat di Rumah Sakit Bethesda Kota Yogyakarta periode 2019Ae2020 berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis apendisitis, keluhan utama, temperatur, leukosit, antibiotika preoperatif, jenis apendektomi, durasi operasi, dan infeksi luka operasi. Disain penelitian observasional deskriptif menggunakan data retrospektif dari rekam medis pasien apendisitis yang dirawat dengan metode whole sampling. Distribusi tertinggi adalah kelompok dewasa muda usia . Ae30 tahu. sebesar 43,58%. Pasien apendisitis lebih banyak lakilaki . ,46%) dan jenis apendisitis simpleks . ,48%). Keluhan utama nyeri perut kanan bawah dijumpai pada seluruh pasien . %). Distribusi tertinggi temperatur adalah O38AC . ,36%) dan jumlah leukosit adalah O16. 000/mm3 . ,18%). Antibiotika preoperatif diberikan kepada 89,74% Jenis apendektomi yang tersering dilakukan adalah apendektomi terbuka . ,51%), durasi operasi tersering adalah 60Ae90 menit . ,95%). Kejadian infeksi luka operasi dijumpai pada 4 orang . ,05%). Sebagai simpulan, hasil studi ini sesuai teori yang sudah dicantumkan pada latar Kata kunci: apendisitis. infeksi luka operasi. How to Cite: Happyanto MR. Adhika OA. Pranoto D. Gambaran pasien apendisitis dan infeksi luka operasi pascaapendektomi di Rumah Sakit Bethesda kota Yogyakarta periode 2019-2020. Journal of Medicine and Health. , 154-64. DOI: https://doi. org/10. 28932/jmh. A 2022 The Authors. This work is licensed under a Creative Commons AttributionNonCommercial 4. 0 International License. J Med Health. :154-64 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Abstract Appendicitis is inflammation of the appendix and is the case most often encountered by This study aims to study the description of appendicitis and surgical site infection post appendectomy patients based on age, gender, type of appendicitis, chief complaint, temperature, leukocytes, preoperative antibiotics, type of appendectomy, duration of surgery, and surgical wound infection. The design of this study was descriptive observation using retrospective data from the medical records of appendicitis patients treated at Bethesda Hospital. Yogyakarta City in 2019-2020 with the whole sampling method. The highest distribution of age is the young adult age group at 43. Appendicitis patients were more male . 46%). The highest distribution of types of appendicitis was appendicitis simplex . 48%). The chief complaint of right lower abdominal pain was found in all patients . %). The highest distribution of body temperature was under 38AC . 36%) and the highest distribution of leukocyte count was under 16. 000/mm3 . 18%). Preoperative antibiotics were given to 89. 74% of patients. The most common type of appendectomy performed was open appendectomy . 51%) with the highest distribution of operation duration being 60Ae90 minutes . 95%). The incidence of surgical wound infection was found in 4 people . 05%). In conclusion, the results of this study are in accordance with the theory that has been included in the background. Keywords: appendicitis. surgical site infection. Pendahuluan Apendisitis adalah peradangan pada usus buntu. Apendisitis merupakan penyakit yang paling sering dijumpai oleh dokter bedah. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Indonesia tahun 2013, apendisitis menempati urutan ke empat penyakit kegawatdaruratan yang memerlukan tindakan bedah tersering di Indonesia setelah dispepsia, gastritis, dan Prevalensi apendisitis di Indonesia sekitar 7% penduduk atau sekitar 179. 000 orang. Prevalensi apendisitis di Amerika hampir sama dengan di Indonesia, yaitu 7% dengan angka kejadian 1,1 kasus per 1. 000 orang per tahun. Angka kejadian apendisitis akut mengalami peningkatan dari 7,62 per 10. 000 pada tahun 1993 menjadi 9,38 per 10. 000 pada tahun 2008. 3 Negara di Asia Tenggara. Indonesia berada pada urutan pertama sebagai negara dengan angka kejadian apendisitis akut tertinggi yaitu 0,05%, diikuti oleh Filipina sebesar 0,022% dan Vietnam sebesar 0,02%. Berdasarkan hasil SKRT 2014, di Indonesia apendisitis menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatdaruratan abdomen. Apendisitis bisa mengenai semua usia namun jarang terjadi pada usia dewasa akhir dan balita, kejadian apendisitis ini meningkat pada usia remaja dan dewasa. Gambaran awal pasien apendisitis adalah nyeri pada abdomen yang terlokalisasi secara spesifik di bagian kanan bawah. Peningkatan leukosit antara 11. 000/mm 3 sampai 17. 000/mm3 didapatkan pada 80% pasien tetapi tidak spesifik untuk apendisitis, dapat juga didapatkan pada pasien penyakit lain dengan gejala nyeri abdomen akut. J Med Health. :154-64 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Apendektomi merupakan pembedahan untuk mengangkat apendiks. Dewasa ini terdapat 2 tipe apendektomi yaitu apendektomi terbuka . pen appendectom. dan apendektomi laparoskopik . aparoscopic appendectom. Apendektomi merupakan salah satu operasi tersering di dunia. Pada abad ke-21, kejadian apendisitis dan apendektomi tinggi di negara-negara industri baru di Asia . ertinggi di Korea Selata. Timur Tengah . ertinggi di Turk. , dan Amerika Selatan . ertinggi di Chil. Infeksi luka operasi atau surgical site infection menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) didefinisikan sebagai infeksi yang terjadi setelah pembedahan di bagian tubuh tempat pembedahan dilakukan. Infeksi tempat pembedahan dapat berupa infeksi superfisial yang hanya melibatkan kulit, sedangkan infeksi tempat pembedahan yang lebih serius dapat melibatkan jaringan bawah kulit, organ, atau bahan yang ditanam. Penelitian Giesen et al. memperlihatkan bahwa durasi operasi serta durasi antara admisi rumah sakit dan dilakukannya tindakan bedah, tidaklah berpengaruh signifikan terhadap kejadian infeksi luka operasi. Rerata durasi antara onset gejala dan tindakan operasi adalah 2,2 hari dan 1,8 hari, masing-masing untuk pasien dengan infeksi luka operasi maupun tanpa infeksi luka operasi. Apendisitis kompleks berhubungan sangat signifikan dengan kejadian infeksi luka Durasi dilakukannya apendektomi adalah sekitar 1 jam. Antibiotika yang diberikan pada pasien apendisitis bervariasi, dengan cara pemberian tersering intravena. Antibiotika yang digunakan adalah antibiotika dengan spektrum luas selama 3 atau 5 hari untuk mengurangi komplikasi pascaoperasi. Penelitian Daskalakis et al. menunjukkan bahwa antibiotika spektrum luas yang diberikan preoperatif sangat efektif dalam mencegah dan menurunkan angka kejadian infeksi luka operasi dan abses. Selama ini belum banyak yang melaporkan gambaran kasus apendisitis dengan infeksi luka operasi di Kota Yogyakarta walaupun kasus apendisitis sering dijumpai di Kota Yogyakarta. Kasus appendisitis merupakan kasus kegawatdaruratan abdomen yang dapat mengancam jiwa sehingga perlu dipelajari profil dan gambaran klinis penderita, serta informasi mengenai penanganan yang cepat dan tepat. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari gambaran pasien apendisitis dan infeksi luka operasi pascaapendektomi yang dirawat di Rumah Sakit Bethesda Kota Yogyakarta periode 2019Ae2020 berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis apendisitis, keluhan utama, temperatur, leukosit, antibiotika preoperatif, jenis apendektomi, durasi operasi, dan infeksi luka operasi. J Med Health. :154-64 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Metode Metode penelitian ini adalah observational deskriptif. Penelitian ini menggunakan data retrospektif yang didapatkan dari rekam medis subjek penelitian yaitu seluruh pasien apendisitis yang dirawat di Rumah Sakit Bethesda Kota Yogyakarta pada tahun 2019Ae2020. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling. Data yang diambil meliputi usia, jenis kelamin, jenis apendisitis, keluhan utama, temperatur, leukosit, leukosit, antibiotika preoperatif, apendektomi, durasi operasi, dan infeksi luka operasi. Penelitian ini sudah mendapat persetujuan komite etik RS Bethesda dengan nomor surat No. 33/KEPK-RSB/IV/21. Hasil Data yang diambil berasal dari rekam medis yang dicatat dan dikumpulkan dari Bagian Rekam Medis Rumah Sakit Bethesda Periode 2019 dan 2020, yaitu sebanyak 123 kasus periode 2019 dan 72 kasus periode 2020. Berdasarkan data yang diperoleh, rentang usia pasien apendisitis berkisar dari 2 tahun hingga lebih dari 60 tahun. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa distribusi tertinggi adalah pada kelompok dewasa muda . Ae30 tahu. sebesar 85 orang atau 43,59%. Distribusi tertinggi kedua adalah pada kelompok anak . Ae16 tahu. yaitu 42 orang atau 21,54%. Distribusi terendah adalah pada kelompok bayi . Ae2 tahu. yaitu 3 orang atau 1,54%. Tabel 2 menunjukkan jumlah pasien apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020 lebih banyak laki-laki . orang atau 58,46%) dibandingkan perempuan . orang atau 41,54%). Tabel 1 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Usia Kelompok Usia Bayi . Ae2 tahu. Anak . Ae16 tahu. Dewasa Muda . Ae30 tahu. Dewasa Menengah . Ae45 tahu. Dewasa Tua (>45 tahu. Total 1,54 21,54 43,59 15,90 17,43 Tabel 2 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total J Med Health. :154-64 58,46 41,54 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Pada tabel 3, tampak bahwa distribusi tertinggi pasien apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020 berdasarkan jenis apendisitis, didapatkan pada jenis apendisitis simpleks, sebesar 77 orang atau 39,49% dan apendisitis kompleks memiliki distribusi yang terkecil yaitu 57 orang atau 29,23%. Pada tabel 4 terlihat bahwa nyeri perut merupakan gejala utama yang dikeluhkan oleh 195 orang . %) atau seluruh pasien apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020. Gejala klinis kedua terbanyak adalah mual sebanyak 24 orang atau 12,31%. Tabel 5 menunjukkan bahwa 184 orang . ,36%) pasien apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020 memiliki temperatur tubuh O38AC. Hanya 11 orang . ,64%) pasien yang memiliki temperatur >38 AC. Tabel 6 menunjukkan bahwa lebih banyak pasien yang memiliki leukosit O16. 000/mm3 dijumpai pada 131 orang . ,17%) dibandingkan dengan yang memiliki leukosit >16. 000/mm3. Tabel 3 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Jenis Apendisitis Jenis Apendisitis Apendisitis Simpleks Apendisitis Kompleks Apendisitis Kronis Total 39,49 29,23 31,28 Tabel 4 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Keluhan Utama Keluhan Utama Nyeri Perut Mual Muntah Demam Diare 12,31 11,28 7,69 1,03 Tabel 5 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Temperatur Temperatur O38AC >38AC Total 94,36 5,64 Tabel 6 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Jumlah Leukosit Jumlah Leukosit O16. 000/mm3 >16. 000/mm3 Total J Med Health. :154-64 67,18 32,82 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Pada tabel 7 tampak bahwa antibiotika preoperatif diberikan kepada mayoritas pasien apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020, yaitu 175 orang atau mencapai 89,74%. Seperti tertera pada tabel 8, apendektomi terbuka merupakan jenis apendektomi tersering yang dilakukan terhadap pasien apendisitis yang dirawat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020, yang mana dilakukan terhadap 118 orang atau 60,51%. Jenis apendektomi tertinggi kedua adalah laparotomi, yang mana dilakukan terhadap 64 orang . ,82%) pasien. Sementara itu, apendektomi laparoskopik merupakan jenis apendektomi yang lebih jarang dilakukan, yaitu terhadap 13 orang . ,67%). Tabel 9 memperlihatkan bahwa distribusi tertinggi durasi apendektomi berada pada 60Ae 90 menit, yaitu sebesar 113 orang atau 57,95%. Distribusi tertinggi kedua berada pada waktu kurang dar60 menit, yaitu sebesar 74 orang atau 37,94%. Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah pasien apendisitis yang dirawat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020 yang terkena infeksi luka operasi adalah 4 orang atau 2,05% orang. Tabel 7 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Pemberian Antibiotika Preoperatif Pemberian Antibiotika Preoperatif Tidak Total 89,74 10,26 Tabel 8 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Jenis Apendektomi Jenis Apendektomi Terbuka . Laparoskopik Laparotomi Total 60,51 6,67 32,82 Tabel 9 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae 2020 Berdasarkan Durasi Apendektomi Durasi . <60 60Ae90 >90 Total J Med Health. :154-64 37,95 57,95 4,10 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Diskusi Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa distribusi tertinggi usia pasien adalah kelompok dewasa muda . Ae30 tahu. , yaitu sebesar 85 orang atau 43,59% (Tabel . Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Nimah dan Nurwahyuni . yang menyatakan bahwa kejadian apendisitis meningkat pada usia remaja hingga dewasa, dan jarang dijumpai pada dewasa akhir atau balita. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Pasaribu . dan Sarla . yang menyatakan bahwa insidensi tertinggi ditemukan pada usia 20Ae30 tahun yang dikategorikan sebagai usia produktif dan sibuk melakukan banyak kegiatan. 5,11,12 Kondisi sibuk ini dapat menyebabkan terjadinya pengabaian terhadap kecukupan konsumsi serat yang menimbulkan kesulitan buang air besar. Konstipasi akan meningkatkan tekanan dalam rongga usus yang pada akhirnya mengakibatkan penyumbatan dalam apendiks. Insidensi apendisitis akut adalah 8,6% pada laki-laki dan 6,7% pada perempuan, sedangkan risiko seumur hidup untuk menjalani operasi usus buntu adalah 12% untuk laki-laki dan 23% untuk perempuan. Kasus apendisitis sering dijumpai pada kelompok usia produktif karena faktor banyak melakukan kegiatan, juga faktor konsumsi makanan kurang serat, atau faktor kegiatan yang padat yang menyebabkan jarang mengonsumsi makanan yang sehat dan Hasil penelitian memperlihatkan bahwa jenis kelamin laki-laki memiliki distribusi yang lebih tinggi dibandingkan perempuan, yaitu 114 orang . ,46%) (Tabel . Hal ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian dan juga teori bahwa laki-laki memiliki distribusi yang besar pada apendisitis akut. Bagaimana jenis kelamin memengaruhi insidensi apendisitis belum dapat dijelaskan secara spefisik, namun studi mengatakan bahwa apendisitis sering terjadi pada lakilaki. Tabel 10 Distribusi Pasien Apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta Periode 2019Ae2020 Berdasarkan Infeksi Luka Operasi Infeksi Luka Operasi Tidak Total J Med Health. :154-64 2,05 97,95 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Penelitian Shaikh et al. menunjukkan bahwa apendektomi lebih sering dilakukan pada laki-laki daripada perempuan. 13 Menurut Craig . , insidensi pada laki-laki lebih banyak daripada perempuan dengan perbandingan 3:2. 14 Penelitian Erianto et al. di RSUD. Dr. Abdul Moeloek Provinsi Lampung juga menunjukkan bahwa distribusi pasien apendisitis di rumah sakit tersebut lebih banyak pada laki-laki daripada perempuan, yaitu 92 orang versus 83 Hal ini mungkin dikarenakan aktivitas laki-laki lebih banyak sehingga risiko apendisitis lebih tinggi. 13 Hasil ini tidak sesuai dengan penelitian Calista . di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang menunjukkan bahwa pasien apendisitis perempuan lebih banyak daripada pasien apendisitis laki-laki. Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis apendisitis yang memiliki distribusi tertinggi adalah apendisitis simpleks, yaitu 77 orang . ,49%). apendisitis kompleks memiliki distribusi terendah, yaitu 57 orang . ,23%). dan apendisitis kronis memiliki distribusi tertinggi kedua yaitu 61 orang . ,28%). Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Thomas et al. di RSUP Prof. Dr. Kandou Manado yaitu dari total 650 orang pasien apendisitis, apendisitis simpleks dijumpai pada 412 orang, apendisitis kompleks pada 193 orang, dan apendisitis kronis pada 38 orang. Hasil ini juga sejalan dengan penelitian Calista . di Rumah Sakit Immanuel Bandung yang menunjukkan bahwa apendisitis akut mempunyai distribusi tertinggi yaitu 148 orang dari total 152 orang pasien. Keluhan utama yang paling banyak dijumpai adalah nyeri perut. dijumpai pada 195 orang . %) (Tabel . Keluhan terbanyak kedua adalah mual yang ditemukan pada 24 orang atau 12,31%. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian lain maupun pernyataan dalam buku teks bahwa pasien datang dengan keluhan nyeri perut kanan bawah. Penelitian Calista . juga menunjukkan bahwa nyeri perut kanan bawah memiliki distribusi 96,5%. 6 Penelitian Siswandi . juga menunjukkan hasil yang sama, yang mana 100% pasien mengeluhkan nyeri tekan kuadran kanan bawah. 16 Gejala ini dapat menjadi hal yang utama dalam mendiagnosis pasien Temperatur tubuh pasien dengan suhu O38AC adalah 94,36% (Tabel . , menunjukkan rerata temperatur tubuh pasien apendisitis berada dalam rentang normal. Hasil penelitian Giesen et al. dan Noorit et al. menunjukkan bahwa temperatur tubuh pasien apendisitis yang menderita infeksi luka operasi pascaapendektomi berada pada rentang 37,8 AC hingga 38 AC. 9,18 Sementara itu, hampir seluruh . orang dari 195 oran. pasien apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta 2019Ae2020 pascaapendektomi (Tabel . J Med Health. :154-64 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article Leukosit merupakan marka yang menunjukkan terjadinya infeksi atau peradangan. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa jumlah leukosit pada pasien apendisitis meningkat. Leukosit yang meningkat O16. 000/mm3 memiliki distribusi tertinggi, yaitu sebesar 131 orang atau 67,18%. Jumlah leukosit >16. 000/mm3 pada pasien apendisitis dengan infeksi luka operasi dikaitkan dengan terjadinya infeksi yang cukup berat pascaapendektomi. Antibiotika preoperatif merupakan tindakan profilaksis yang dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi yang berlanjut dengan memberikan antibiotika sebelum operasi dilakukan. Pada penelitian ini tampak bahwa hampir seluruh pasien mendapatkan antibiotika preoperatif . ,74%) (Tabel . Pemberian antibiotika preoperatif termasuk dalam program penatalaksanaan apendisitis di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta untuk mencegah infeksi berlanjut baik pada saat preoperatif maupun postoperatif. Pemberian antibiotika preoperatif sangat bermanfaat dalam mencegah terjadinya infeksi luka operasi. Berdasarkan data rekam medis, pada semua pasien yang diberikan antibiotika preoperatif, operasi berjalan dengan baik, pasien sembuh dan pulang tanpa ada gejala penyakit penyerta pascaapendektomi. Antibiotika preoperatif diberikan 60 menit atau lebih sebelum operasi. Tiga jenis antibiotika preoperatif tipe spektrum luas yang sering dipakai adalah sefazolin, vankomisin, dan gentamisin. namun di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta antibiotika yang paling sering diberikan adalah seftriakson. World Health Organization (WHO) menganjurkan pemberian antibiotika preoperatif berupa sefazolin, metronidazol, gentamisin, ataupun amoksisilin untuk mencegah terjadinya infeksi luka operasi. Jenis apendektomi yang memiliki distribusi tertinggi adalah apendektomi terbuka yaitu 118 orang . ,51%). Jenis apendektomi tertinggi kedua adalah laparotomi yang dilakukan pada 64 orang . ,82%). Sementara itu, apendektomi laparoskopik memiliki distribusi terkecil yaitu sebesar 13 orang atau 6,67%. Hasil penelitian kami sejalan dengan hasil penelitian Biondi et al. 20 dan juga Ceresoli et al. , yang mana menunjukkan bahwa distribusi apendektomi terbuka lebih banyak dibandingkan laparoskopi. 20,21, masing-masing sebesar 61,5% dan 50,2%. Apendektomi terbuka lebih sering dilakukan karena lebih efektif, selain itu dari aspek biaya, apendektomi terbuka lebih ekonomis dibandingkan apendektomi laparoskopik. Pada variabel durasi operasi, hasil penelitian ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa distribusi tertinggi berada pada durasi 60Ae90 menit,18 yaitu sebesar 113 orang atau 57,95%. Distribusi tertinggi kedua berada pada durasi operasi <60 menit, yaitu sebesar 74 orang atau 37,95%. dan durasi operasi >90 menit dijumpai pada 8 orang atau 4,10%. Durasi operasi operasi yang lebih panjang dihubungkan dengan kejadian infeksi luka Penelitian Shaikh et al. mencatat durasi operasi <60 menit, baik untuk apendektomi laparoskopik maupun apendektomi terbuka. Hal yang sama dinyatakan oleh J Med Health. :154-64 Journal of Medicine and Health Vol. 4 No. 1 February 2022 Gambaran Pasien Apendisitis danA e-ISSN: 2442-5257 Research Article ChildrenAos Hospital of Pittsburgh yang menyatakan bahwa durasi apendektomi berada pada kisaran 60 menit. Pada penelitian ini ditemukan hanya 4 orang . ,05%) pasien yang menderita infeksi luka Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Xiao et al. yang menunjukkan bahwa 263 orang pasien pascaapendektomi didapatkan 4,5% pasien yang mengalami infeksi luka 22 Penelitian oleh Koumu et al. juga memperlihatkan bahwa infeksi luka operasi dijumpai pada 7,2% pasien pascaapendektomi. 23 Hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa dari aspek jenis apendektomi yang dilakukan, ke tiga jenis appendektomi, apendektomi terbuka, apendektomi laparoskopik, maupun laparotomi, seluruhnyamemiliki risiko yang sangat kecil untuk terjadinya infeksi luka operasi. Infeksi luka operasi yang terjadi pada pasien berupa adanya nodulus dan abses pada bagian bekas operasi, didapatkan peningkatan suhu di atas 38 AC disertai dengan peningkatan leukosit. Sesungguhnya masih terdapat hal yang tidak dapat dianalisis dikarenakan jumlah pasien dengan infeksi luka operasi sangat sedikit. Simpulan Jumlah total apendisitis yang dirawat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode 2019Ae2020 adalah 195 orang, dengan distribusi tertinggi pasien adalah usia kelompok dewasa muda . Ae30 tahu. , berjenis kelamin laki-laki, dengan jenis apendisitis simpleks. Distribusi tertinggi keluhan utama pada pasien adalah nyeri perut, dengan temperatur tubuh pasien O38AC. tertinggi pasien pada studi ini memiliki jumlah leukosit O16. 000/mm3, mendapatkan antibiotika preoperative, dilakukan apendektomi terbuka, dengan durasi operasi 60Ae90 menit. Infeksi luka operasi pascaapendektomi didapatkan pada 4 dari 195 pada studi ini. Saran yang dapat diberikan adalah penelitian dilakukan pada beberapa rumah sakit di provinsi yang sama untuk membandingkan hasil penelitian di masing-masing rumah sakit dan penelitian dengan jumlah data rekam medis yang lebih banyak yang dapat diambil dari beberapa rumah sakit sekaligus dengan periode yang lebih lama. Daftar Pustaka