Nurhayati: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam 223 KESEHATAN DAN PEROBATAN DALAM TRADISI ISLAM: KAJIAN KITAB SHAHIH AL-BUKHyCRya Nurhayati Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam UIN Sumatera Utara Jalan Williem Iskandar Pasar V Medan Estate E-mail: maf_lubis74@yahoo. Abstract: Health and Medicine Treatment in Islamic Tradition: a Study on Sahyh al-Bukhyry. The main objective of medical treatment in Islam is to maintain health rather than curing the disease. This article specifically discusses the views of Imam Bukhari on health coverage and medicine treatment in Islam as stated in his book. Sahih alBukhari. Sahih al-Bukhari is one of the most important and authentic collection books of Hadith. The description of health and medicine in Saheeh al-Bukhari discussed in the chapter of al-Tibb. The Hadiths collected in the book are more associated with the prevention treatment . reventive medicin. rather than the healing treatment . herapeutic Keywords: Islam, health, medicine treatment. Shahyh al-Bukhyry. Abstrak: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam: Kajian Kitab Shahih Al-Bukhyry. Tujuan utama sistem medis dalam Islam adalah untuk mempertahankan kesehatan ketimbang menyembuhkan penyakit. Artikel ini khusus membahas pandangan Imam Bukhari tentang cakupan kesehatan dan perobatan dalam Islam yang tertuang dalam kitabnya Shahyh al-Bukhyry. Kitab Shahyh al-Bukhyry merupakan salah satu kumpulan Hadis Rasulullah Saw. paling utama dan otentik dari Hadis Rasulullah Saw. Uraian tentang kesehatan dan pengobatan dalam Shahyh alBukhyry dibahas dalam Kityb al-Thibb. Kebanyakan dari Hadis yang terhimpun dalam kitab tersebut lebih terkait dengan pengobatan pencegahan . reventive medicin. dari pada pengobatan penyembuhan . herapeutic medicin. Kata Kunci: Islam, kesehatan, perobatan, kitab Shahyh al-Bukhyry. Pendahuluan Islam sebagai sebuah ajaran tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga juga mengatur bagaimana hubungan manusia dengan sesama manusia yang mencakup pelbagai aspek kehidupan yang termasuk di dalamnya permasalahan kesehatan. Dalam doktrin Islam, menjaga kesehatan lebih baik daripada menanggulangi penyakit. Penelusuran literatur dipermudah dengan tersedianya banyak situs terkait. Yang terutama adalah situs yang diprakarsai oleh Kementerian Agama dan Wakaf Saudi Arabia1 dan himpunan literatur rujukan yang dikelola oleh University of Southern California-MSA Compendium of Muslim Texts2, di samping beberapa situs lain. Naskah diterima: 21 Oktober 2015. Direvisi: 16 April 2016. Disetujui untuk diterbitkan: 23 April 2016. Artikel diakses dari: http://al-islam. Artikel diakses dari: http://w. edu/dept/MSA Salah satu situs yang menawarkan banyak literatur rujukan kajian keislaman dalam bahasa Arab, termasuk kitab-kitab Hadis, yang bisa diunduh adalah Maktabah Waqfiyyah, kalamullah. Agama Islam berdasarkan pada dua sumber utama, yaitu Alquran dan Sunah atau Hadis. Yang pertama adalah himpunan wahyu Allah Swt. Rasulullah Saw. , sedangkan yang kedua adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad Saw. bentuk perkataan, perbuatan, dan pengakuan . Sesuai dengan perintah Alquran untuk menjadikan Nabi Muhammad sebagai uswah hasanah . eladan yang bai. 5 dan mematuhi panduannya,6 maka sejak masa awal Islam, umat Islam telah terbiasa menyimak, menghapal, mengamalkan, meneruskan, dan melestarikan pelbagai riwayat terkait Nabi Muhammad Saw. Meskipun ada perintah Nabi untuk mencatat dan menuliskan hanya ayat-ayat Alquran, tercatat bahwa ada Yusuf al-Qaradhawi. Madkhal li-Dirysah al-SyariAoah al-Islymiyyah, . l-Qyhirah: Maktabah Wahbah, 1. , h. Lihat Alquran surah al-Ahzyb . : 21. Perintah untuk menaati perintah dan memedomani panduan Rasulullah Saw. terdapat berulang kali dalam Alquran, antara lain Qs. al-Nyr: 54. Qs. Al-Hasyr: 7, dan al-NisyAo: 8. 224 Ahkam: Vol. XVI. No. Juli 2016 beberapa Sahabat yang memiliki catatan tertulis tentang sabda dan perilaku beliau. Pelestarian lisan terhadap Sunah Nabi ini memang sejalan dengan tradisi Arab yang berkembang pada saat itu, namun tidak menafikan adanya upaya untuk menghimpunnya dalam bentuk tulisan. Upaya untuk menghimpun dan melestarikannya dalam bentuk tertulis tercatat pertama sekali dilakukan oleh Imam Malik yang menulis kitab al-MuwaththaAo. Upaya ini kemudian dilanjutkan oleh ulama sesudahnya, sehingga akhirnya beredar banyak kitab himpunan Hadis Nabi. Namun demikian, ada enam di antaranya yang diterima luas oleh umat Islam yang dijuluki kutub al-sittah . nam kita. Dua di antaranya dianggap paling otoritatif, yaitu Shahih al-Bukhyry dan Shahih Muslim. Tulisan ini lebih tertuju pada kitab yang paling banyak dijadikan acuan di kalangan umat Islam, yaitu Shahih alBukhyry. Sejalan dengan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan thibb al-nabawy yang beredar luas di kalangan umat Islam sejak masa awal merujuk pada perkataan, perbuatan, dan pengakuan Nabi Muhammad Saw. ada kaitannya dengan kesehatan, penyakit, perawatan penyakit, perobatan, dan pertolongan pada mereka yang menderita sakit. Ini berarti segala ucapan beliau terkait persoalan medis, perlakukan medis yang dilakukan Sahabat terhadap Nabi, perilaku medis yang diamati oleh Nabi tanpa ada bantahan, prosedur medis yang didengar atau diketahui beliau dan tidak melarangnya hingga tradisi kesehatan dan penanganan penyakit yahg berkembang pada masa itu yang sewajarnya diketahui oleh Nabi Muhammad Saw. Hasil pelbagai penelitian dan pengkajian terhadap thibb al-nabawy, atau yang dikenal dalam bahasa Inggris Auprophetic medicineAy, ini tampaknya tidaklah merupakan suatu sistem medis yang sistematis dan komprehensif, apalagi monolitik, seperti mungkin dianggap dan diklaim sebagian pihak. Apa yang terhimpun kenyataannya begitu luas, beragam, bervariasi, dan circumstancial . erikat ruang dan wakt. dan situasional. Dari sisi cakupan, misalnya, perobatan kenabian ini meliputi upaya pencegahan dan pengobatan, tidak sekadar ke7 Uraian lebih lanjut tentang hal ini, baca M. Azami. Study in the Early Hadits Literature (Indiana: American Trust Publications, dan M. Hamidullah. AoEarly Compilation of Hadith,Ao Islamic Survey. May 1949. Thibb al-Nabawi telah banyak dibahas dan diulas para peneliti Muslim dan non-Muslim, di antaranya lihat Fazlur Rahman. Health and Medicine in the Islamic Tradition (New York: Crossroad Publishing Company, 1. dan Omar Hasan Kasule. Prophetic Medicine: Between the Nass and the Empirical Experience . ttp://w. health/prophetic. sehatan jasmani, malah menonjolkan kesehatan jiwa, memadukan antara jiwa dan badan, serta antara benda dan ruh. Imam al-Bukhyry meriwayatkan 129 Hadis yang secara langsung terkait dengan kesehatan dan perobatan. Ia memilah dua kitab . alam pengertian bagian terpisah dari kumpulan shahih-ny. untuk masalah medis, yaitu Kityb al-Thibb . itab kedoktera. dan kitab al-mardhy . itab tentang penyaki. Sebenarnya Hadis yang terkait dan menyinggung tentang kesehatan, penyakit, dan penanganannya terdapat di banyak bagian lain, seperti kitab bersuci . , air . , dan lain-lain. Perobatan Kenabian . l-Thibb al-Nabaw. Kityb al-Thibb . itab perobata. dalam Shahyh alBukhyry merefleksikan padangan Imym al-Bukhyry tentang cakupan kesehatan dan perobatan dalam Islam. Cakupan perobatan telah dijelaskan oleh al-AoAsqalany yang menyusun penjelasan dan komentar yang sering menjadi rujukan para peneliti dan ulama. Fath al-Byry. Penjelasan juga ditemukan dalam buku penjelasan al-AoAyny. Kedua tokoh ulama terkenal ini hidup pada abad IX Hijriah atau V Miladiah dalam era ketika ilmu dan literatur kesehatan serta kedokteran telah berkembang, bahkan cukup melimpah, dari pelbagai jenis disiplin kesehatan, bukan saja yang dikembangkan dalam tradisi Arab, tetapi juga yang berasal dari peradaban Yunani-Romawi serta India-Persia, bahkan masukan dari budaya Cina. Inilah kemungkinan besar yang menyebabkan mengapa para penulis kitab penjelasan Shahih al-Bukhyry ini tampaknya memiliki pemahaman yang cukup luas dan mendalam tentang ilmu-ilmu kesehatan dan kedokteran, yang relatif lebih luas dibanding ketika pada masa Nabi Muhammad SAW, abad ke-7, dan tatkala Imam Bukhyry menghimpun dan meneliti Hadis, abad ke-9. Pada masa itu ilmu dan sistem medis diperkenalkan dan dikembangkan secara luas oleh umat Islam. Ibn Hajar al-AoAsqallani dan Ibn Ahmad al-AoAyni tertarik untuk memberi penjelasan dan komentar terhadap koleksi Hadis Nabi terkait kesehatan dan perobatan dalam cakupan dan wawasan yang lebih luas dan mendalam dengan mencermati perkembangan kemajuan ilmu kesehatan dan kedokteran pada waktu itu. Penjelasan yang meluas dari kedua komentator ini tampaknya memang didorong oleh sikap Imam alBukhyry yang memberi judul bagi koleksi Hadis-Hadis Ulasan lebih lanjut, baca Fazlur Rahman. Health and Medicine in the Islamic Tradition (New York: Rossroad Publishing Company, 1. , reprint (Kuala Lumpur: S. Abdul Majeed & Co, 1. Nurhayati: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam 225 terkait kesehatan dan perobatan dengan Kityb al-Thibb . he book of medicin. , bukannya Kityb al-Thibb alNabawy . he book of the medicine of the Prophe. , yang pada waktunya berkembang menjadi jenis, bahkan disiplin, keilmuan, dan literatur khusus. Kesehatan Paripurna Dalam pendahuluan dari komentarnya terhadap Kityb al-Thibb. Ibn Hajar al-AoAsqlany membagi ilmu kedokteran . cience of medicin. kepada dua jenis, yaitu thibb jasad . erobatan jasman. dan thibb qalb . erobatan rohani/ Ibn Hajar memuji nilai dan kegunaan perobatan, dan menekankan pentingnya kedua jenis kesehatan tersebut karena keduanya saling terkait erat. 11 Terdapat hubungan simbiotik antara kedua jenis pengetahuan kesehatan, sehingga seseorang mustahil mencapai salah satu bentuk pengetahuan kesehatan tanpa yang lain. Ini menunjukkan bahwa umat Islam seharusnya menyadari sepenuhnya kesehatan fisik dan jiwa karena, di dalam Islam, nafas dan jasad, jiwa dan benda, iman dan dunia telah dianugerahi kedudukan dan kepentingan yang sama. Jika demikian, pembagian Ibn Hajar tentang kesehatan menunjukkan bahwa seseorang dapat meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat selama ia secara fisik dan jiwa sehat, dan ini dapat diperoleh dengan ilmu pengetahuan medis yang melestarikan dan memulihkan kesehatan. Dalam upaya merekonstruksi aspek kedokteran yang berasal dari luar tradisi Islam dan Arab, terutama yang datang dari tradisi kedokteran Yunani. Ibn Ahmad alAoAyny menambahkan jenis pembagian lain dari ilmu kesehatan dalam yang diutarakannya dalam kata pendahuluan dari kitabnya AoUmdah al-Qyri Syarh alBukhyry. Adalah menarik mencermati bahwa al-AoAyny mengemukakan pembagian yang berbeda dari Ibn Hajar. Setelah memaparkan definisi ilmu kedokteran dengan jelas, ia membagi kedokteran kepada dua bagian utama yaitu pengetahuan teoretis . l-Aoil. dan pengetahuan praktis . l-Aoama. Yang pertama menurut beliau, adalah pengetahuan yang sebenarnya tentang permasalahan yang dituju dalam pikiran manusia yang dengan pengetahuan tersebut manusia dapat mengembangkan dan menerapkannya dalam kehidupan nyata . aAorifah al-haqyqah al-maqshyd wa al-huwa mawdhyAo fi al-fikr al-ladzy yaqym bih al-tadby. Yang kedua merupakan bagian eksternal dari permasalahan dalam pemikiran manusia yang dengannya mereka dapat menerapkan Salah satu literatur terkemuka dalam bidang ini adalah karya Ibn al-Qayyim al-Jawziyyah, al-Thibb al-Nabawy (Bayryt: MuAoassasah alRisylah, 1. Buku ini banyak dicetak ulang dan telah diterjemahkan ke pelbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia. Ibn Hajar al-AoAsqalany. Fath al-Byry, jilid 10, h. dalam kehidupan secara langsung dengan indera atau tangan seperti pembedahan . huruj dzylik al-mawdhyAo fi al-fikr ily al-mubysyirah bi al-hiss wa al-Aoamal bi al-ya. Pencegahan Penyakit dan Pelestarian Kesehatan Imym al-Bukhyry menyadari sepenuhnya bahwa tugas kedokteran yang hampir disepakati semua pihak dapat dipilah kepada tiga bidang besar, yaitu promosi kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemulihan Terkait dengan yang pertama. Imam Bukhyry terkait dengan promosi kesehatan dan langkah-langkah pencegahan terhadap penyakit. Sebagai diketahui kebanyakan Hadis medis Islam di masa awal merupakan kedokteran preventif . l-thibb alwiqyAo. ketimbang kedokteran penyembuhan . l-thibb al-Aoilaj. , yang tidak diragukan lagi dianggap sebagai suatu konsep maju mempertimbangkan tingkat pengetahuan ilmiah pada saat itu. Bahkan Imam Bukhyry tidak memberikan bab khusus tentang pencegahan penyakit, meskipun demikian, ia menghimpun langkah-langkah pencegahan terhadap penyakit yang menyebar dalam beberapa bagian dari Shahih al-Bukhyry seumpama kebersihan, penggunaan pembersih gigi . , makanan, mandi dan olahraga. Langkah pencegahan lain dalam Shahih al-Bukhyry termasuk karantina wabah epidemik, pencegahan terhadap al-judzam . eprosy = lepr. , pencegahan terhadap penyakit yang mungkin terjadi akibat jatuhnya lalat ke dalam cairan, pelarangan minuman memabukkan, pengharaman bunuh diri hingga kehatihatian terhadap api dalam rumah. Pelestarian kesehatan harus menjadi tujuan utama kedokteran yang diemban oleh tabib-dokter dan semua petugas dan pelayan kesehatan. Sepanjang sejarah peradaban Islam, tugas utama sistem medis adalah untuk mempertahankan kesehatan ketimbang menyembuhkan penyakit atau memulihkan kesehatan. Ini sejalan dengan tujuan hukum Islam yang menyatakan bahwa menjaga kesehatan lebih baik daripada menanggulangi penyakit. Dengan kata lain tujuan penting ilmu kedokteran adalah untuk menyelamatkan hidup manusia dan mengurangi penderitaan makhluk hidup. Peringatan dan kehati-hatian terhadap penyakit lepra . juga dikenal luas pada masa hidup Nabi Muhammad Saw. Rasulullah menasihati masyarakat agar menghindari penyakit lepra sebagaimana mereka melarikan diri dari singa . arra min al-judzam kamy tafarra min al-asa. Al-AoAyni. AoUmdah al-Qyri Shahih al-Bukhyri, jilid 21, h. Imam al-Bukhari. Shahih al-Bukhyri. Kitab al-Thibb. Bab al-Judzam. 226 Ahkam: Vol. XVI. No. Juli 2016 Penyembuhan Penyakit Imam Bukhyry juga menghimpun Hadis-hadis terkait dengan metode penyembuhan penyakit yang dipraktikkan pada masa Muhammad Saw. Ditemukan bahwa metode penanganan penyakit pada waktu itu dapat dikatakan cukup maju mencermati tingkat perkembangan pengetahuan pada waktu itu. Jika sejarah umum sering diumpamakan sebagaimana piranti kehidupan maka sejarah kedokteran merupakan piranti bagi kehidupan kedokteran. Jelas bahwa cara modern dalam menanggulangi penyakit lebih baik daripada metode penanganan penyakit yang dipaparkan dalam himpunan Hadis Ini disebabkan antara lain oleh karena apa yang disebut pengobatan kenabian . l-thibb al-nabaw. tidaklah sepenuhnya didasarkan pada eksperimen medis, tetapi lebih didasarkan pada inspirasi dan pengalaman dari budaya dan tradisi sebelumnya. Dalam pelbagai kasus kejadian, banyak para Sahabat Nabi merawat pasien yang menderita penyakit tertentu pada waktu itu dan sebagian sukses menyembuhkannya tanpa menguasai pengetahuan dan teknologi medis pada hari ini tetapi karena mereka semata-mata mengamalkan arahan Nabi Muhammad Saw. terkait upaya peyembuhan penyakit tersebut seperti mengonsumsi madu, hijamah . , kayy . , atau membakar luka dengan besi panas, atau memberikan ramuan herbal tertentu untuk menghentikan pendarahan dan mencegah Hadis-hadis penyembuhan ini tampaknya dapat dipilah menjadi tiga karena bab yang menghimpun Hadishadis jenis ini dalam bab yang berjudul al-syifyAo al-tsalytsah. Dua di antaranya diriwayatkan oleh Ibn AoAbbas dan yang lain oleh Jabir ibn AoAbdullah. Pertama. AuPenyembuhan adalah dalam tiga hal, yakni: menelan madu, berbekam, dan kauterisasi. Meskipun demikian, saya melarang pengikutku untuk menggunakan yang terakhir, pembakaran. Ay . l-shiaAo fi tsalytsah: syarat al-Aoasal, wa syartah mihjam, wa kayyah nar, wa anha ummati Aoan al-kay. Kedua. Hadis yang menyatakan. AuPenyembuhan adalah dalam tiga hal, yakni: berbekam, meminum madu, dan kauterisasi, tetapi saya melarang pengikutku menggunakan kauterisasi. Ay Dalam versi lain diriwayatkan oleh Jabir ibn AoAbd Allyh bahwa ia mendengar Nabi Muhammad Saw. Bersabda. AuJika terdapat penyembuhan dalam perobatan kamu, maka itu adalah berbekam, meminum madu atau membakar yang sesuai dengan penyakitnya. Tetapi, saya tidak suka dibakar dengan api. Ay14 Dalam penjelasannya terhadap Hadis-hadis di atas. Ibn Hajar mengingatkan para pembacanya bahwa penanganan penyakit tidak membatasi hanya pada tiga metode penyembuhan itu saja, yaitu meminum madu, berbekam, dan dibakar dengan metal panas. Untuk menjawab pertanyaan mengapa Nabi Muhammad Saw. menyebutkan hanya tiga metode penyembuhan saja. Ibn Hajar menjelaskan bahwa Rasulullah menyebutkan tiga metode penyembuhan saja karena ketiganya merupakan ushyl al-Aoilyj, dasar atau prinsip penyembuhan. samping itu, masih banyak lagi cara penyembuhan lain di kalangan orang Arab pada waktu itu. Penjelasan lain yang dapat ditambahkan bahwa Hadis ini dilandasi oleh telah berkembangnya pemikiran pada waktu itu bahwa timbulnya penyakit pada dasarnya disebabkan oleh kondisi darah . atau safrawy . ellow bil. atau sawdawi . lack bil. atau balghi . 15 Ini menunjukkan bahwa orang Arab pada waktu itu memandang penyebab penyakit dalam pengertian filsafat dan memandangnya sebagai gangguan dalam keseimbangan darah tubuh dan unsur-unsur yang Dus, penyakit yang disebabkan oleh salah satu di antaranya harus ditangani dengan berbekam . , yaitu mengeluarkan darah kotor dari tubuh, atau dengan meminum madu, atau ramuan herbal lain. Jika hal ini tidak berhasil, maka harus ditangani dengan pembakaran atau pembedahan. Yang terakhir ini harus menjadi pilihan terakhir yang harus dipertimbangkan ketika penanganan melalui madu dan ramuan serta pembekaman tidak berhasil. Ketika mencermati metode perawatan dan penyembuhan penyakit di atas, kita dapat menemukan bahwa pada masa Nabi Muhammad Saw. penyakit utamanya didasarkan pada penyebab penyakit dan upaya mengetahui cara menanggulanginya. Umat Islam didorong untuk mempelajari gejala, penyebab, dan selanjutnya upaya penyembuhannya . aAorifatuh bi tahqyq al-sabab wa al-Aoalama. Itulah sebabnya sebelum mengomentari metode penyembuhan yang dipaparkan Hadis. Ibn Hajar harus menjelaskan dua jenis penyakit, yaitu penyakit material . aradh maddiyya. dan penyakit non-material . ardh ghayr maddiyya. Yang pertama merujuk pada penyakit yang disebabkan oleh hawa panas . l-haryra. dan hawa dingin . l-baryda. Yang kedua terbagi kepada basah . , kering . dan gabungan . Penyakit non-material, menurut Ibn Hajar, dirawat sesuai dengan yang diungkapkan oleh Hadis. AuDemam adalah akibat panasnya . , oleh karenanya sembuhkanlah demam dengan air. Ay16 Shahih al-Bukhyri. Kitab al-Thibb. Bab SyifaAo fi Tsalytsah. Ibn Hajar al-AoAsqalany. Fath al-Byri, jilid 10, h. Ibn Hajar al-AoAsqallani. Fath al-Byri, jilid 10, h. Nurhayati: Kesehatan dan Perobatan dalam Tradisi Islam 227 Dengan berdasarkan penjelasan di atas, umat Islam tampaknya menjadi tercerahkan dan didorong untuk menyikapi bahwa tubuh dan jiwa manusia memiliki kemungkinan untuk sehat dan sakit, seimbang atau Ketidakseimbangan dalam tubuh adalah seperti demam, pusing kepala atau penyakit fisik lainnya, sedangkan penyakit jiwa seperti marah, cemas, sedih dan gejala sejenis lainnya. Penyakit jenis pertama dapat dirawat melalui metode medis melibatkan penggunaan madu, bekam dan kauterisasi, sedangkan yang kedua harus ditangani dengan metode penyembuhan spiritual. Dalam kasus-kasus tertentu, umat dianjurkan untuk menggunakan penyembuhan spiritual ketimbangan perawatan fisik disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, dalam upaya untuk pulih dari penyakit jasmani, pasien harus mengalami penderitaan akibat medikasi, sakit akibat kauterisasi disamping juga menghabiskan sejumlah harta untuk perawatan dan penyembuhan. Sebaliknya, perawatan dan penyehatan jiwa yang jauh lebih penting, adalah lebih menyenangkan dan menentramkan disamping tidak terlalu mahal untuk merawat dan memulihkannya. Kedua, jika penyakit disebabkan oleh jin atau makhluk halus lainnya, maka pengobatan medis biasa tidaklah memadai. Sebaliknya, kondisi itu harus disembuhkan dengan melakukan upaya yang mampu mengakhiri pengaruh jahat, yaitu dengan memperkuat keimanan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Ini karena jika jiwa seseorang telah teguh dan kukuh dengan iman, pengaruh jahat tidak dapat dengan mudah memengaruhi. Dengan kata lain, penyakit spiritual muncul sebagai akibat dari lemahnya iman dan penderitaan jiwa. Dalam kasus ini, penyakit spiritual harus disembuhkan dengan perawatan spiritual pula. Kedudukan dalam Hukum Islam Dalam uraian sebelumnya telah dipaparkan bahwa Sunah menempati sumber ajaran Islam kedua setelah Alquran. Keduanya dianggap bersumber dari wahyu Yang Maha Kuasa, bedanya yang pertama merupakan wahy al-matluw, dalam artian makna dan lafaz berasal dari Allah Swt. , sedangkan yang kedua disebut wahy ghayr al-matluw, wahyu yang maknanya saja berasal dari panduan Ilahi. 17 Beberapa ulama lain memilahnya dengan istilah lain, yakni wahy zhyhir dan wahy bythin. Hal ini dibahas hampir di semua literatur Ushul al-Fiqh. Lihat, misalnya. Yusuf al-Qaradhawi. Madkhal li-Dirysah al-SyaryAoah alIslymiyyah, . l-Qyhirah: Maktabah Wahbah, 1. dan Mustafa SaAoid al-Khan. Dirysah Tyrikhiyyah li al-Fiqh wa Ushyly (Bayryt: al-Syarikah al-Muttahidah li al-TawziAo, t. Lihat, umpamanya. Syakir Bik al-Hanbali. Ushyl al-Fiqh alIslymy (Makkah: al-Maktabah al-Makkiyyah, 2. , h. Oleh karenanya, kedudukan Sunah sebagai sumber kedua sudah merupakan bagi umat Islam. Yang menjadi pembahasan hangat sejak awal adalah apakah semua yang dikatakan, diperbuat dan diakui oleh Nabi Muhammad Saw. itu sama derajatnya dalam konteks syariat. Nabi Muhammad Saw. sendiri tampaknya memilah apa yang dilakukannya antara yang merupakan ketentuan dari Allah Swt. yang harus ditaati, dengan perilaku yang merupakan hasil pemikiran dan pertimbangan pribadi atau mengikuti yang lazim pada waktu itu. Lembaran sejarah mencatat pernyataan Nabi Muhammad Saw. menanggapi reaksi petani kurma yang mengikuti komentar beliau tentang pengelolaan pertanian yang malah merusak hasil panen Pernyataan itu berbunyi. AuAntum aAolam bi umyr dun-yykumAy . amu lebih tahu urusan duniawim. Di sinilah timbul pertanyaan, apakah masalah kesehatan dan kedokteran serta yang terkait lainnya termasuk masalah duniawi yang seyogianya manusia Aulebih tahuAy, dan tidak tergantung sepenuhnya pada opini dan perilaku Nabi Muhammad Saw. Untuk menjawab pertanyaan ini, ada baiknya menilik pembahasan para ulama tentang Sunah dan Sunah biasanya dibedakan antara yang memiliki konsekuensi hukum . asyryAoiyya. , hingga harus dilaksanakan, seperti sabda Nabi. AuShally kamy raytumyny ushallyAy, . alatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya sala. Perkataan dan perilaku Nabi ada yang bersifat jabaliyyah, seperti makan, minum, dan berpakaian, yang umumnya digolongkan kepada ghayr tasyryAoiyyah, tidak memiliki konsekuensi hukum. Namun harus dicermati bahwa pada suatu kejadian, bisa saja memiliki kedua aspek tersebut. Tentang jenis makanan, apakah makan gandum atau nasi, ini tidak mengikat, namun panduan Nabi tentang makan adalah makanlah ketika lapar dan berhentilah sebelum kenyang diterima sebagai bagian dari ketentuan syariat. Dari sisi lain. Sunah dari segi periwayatannya, oleh para ulama diklasifikasikan kepada banyak kategori, yang terutama adalah pemilahan menjadi tiga tingkatan, yaitu: shahyh, hasan, dan dhaAoyf . Dengan menerapkan persyaratan yang ketat, al-Bukhyry menyatakan bahwa semua Hadis yang terhimpun dalam kitab JamiAo al-Shahih memang telah lulus seleksi tersebut. Namun demikian, para pengkaji belakangan ada yang menguji ulang koleksi Hadis ini, dan menemukan ada beberapa Hadis yang masih dipertanyakan kesahihannya. Di samping itu, penyeleksian Hadis yang awalnya lebih bertumpu pada mata rantai periwayatan . Uraian lebih lanjut pada pelbagai kitab Ushyl al-Fiqh, seperti Syakir Bin al-Hanbali. Ushyl al-Fiqh al-Islymi (Makkah: al-Maktabah al-Makkiyyah, 2. , h. 228 Ahkam: Vol. XVI. No. Juli 2016 belakangan dilengkapi juga dengan seleksi dan kritik dari segi isi materi . , terutama ketika disandingkan dengan ayat-ayat Alquran, fakta empiris, dan data Ini masih dilengkapi lagi pengkajian lebih dalam dan luas dari segi bahasa, sastra, dan hermeneutika. Penutup Kajian di atas telah menunjukkan betapa pentingnya Kityb al-Thibb dalam Shahih al-Bukhyry. Kumpulan Hadis ini utamanya memberikan gambaran tentang kondisi umat Islam pada masa hidup Nabi Muhammad Saw. , bagaimana mereka mencegah dan menyembuhkan penyakit. Uraian di atas menunjukkan bahwa kebanyakan dari Hadis yang terhimpun lebih terkait dengan yang dikenal sebagai preventive medicine, pengobatan pencegahan, atau althibb al-wiqyAoi, ketimbang pengobatan penyembuhan, therapeutic medicine, atau al-thibb al-Aoilaji. Metode pencegahannya ternyata cukup maju, melihat tingkat pengetahuan ilmiah yang ada pada saat itu. Sejauh terkait dengan perawatan terhadap penyakit. Hadis-hadis yang tercantum memberikan gambaran tentang bagaimana perilaku dan upaya penyembuhan kepada penderita penyakit. Terungkap dari Hadis-hadis tersebut bahwa penanggulangan penyakit didasarkan, utamanya, pada penyebab penyakit tersebut. Kenyataan ini melandasi penyimpulan bahwa umat Islam tidak serta-merta menerapkan apa yang dipraktikkan tersebut tanpa melalui penelitian empirik karena perubahan terhadap bahan-bahan obat dan lingkungan, di samping juga makna dari peristilahan bahasa yang digunakan. Yang jelas, keadaan manusia dan alam pada masa hidup Nabi Muhammad Saw. tentu telah banyak mengalami perubahan dan perkembangan. Namun, gagasan dan prinsip dasar yang diajarkan oleh Nabi Muhammad Saw. tetap berlaku hingga kini, termasuk keimanan bahwa Allah Mahakuasa dan Maha Pencipta yang menciptakan sehat dan sakit serta obat penyembuhannya serta mewajibkan manusia untuk hidup sehat dan berobat ketika jatuh sakit. Nabi mewajibkan semua umat Islam untuk menuntut ilmu pengetahuan, termasuk ilmu kesehatan, dari semua sumber. Inilah kesimpulan pokok dari hasil kajian ini, yaitu bahwa Nabi Muhammad Saw. telah memanfaatkan dan berusaha menyempurnakan pelbagai pengetahuan dan tradisi untuk hidup sehat dan penyembuhan penyakit, hingga semangat dan gagasan inilah yang harus terus ditingkatkan dengan menuntut ilmu kesehatan dan kedokteran dengan semua cabang terkait serta mengembangkan dan menyempurnakannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Pustaka Acuan