Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern Ni Luh Sutjiati Beratha* Abstract The Balinese language is the language is only known from Balinese inscriptions dated to 882 Ae 1050 AD, then evolved to Modern Balinese. This article discusses about Old Balinese phrases and their development to Modern Balinese, by explaining the structure or word order of the phrases. The Old and Modern Balinese phrases will be analysed by applying a theory of structural linguistic typology which is developed by Greenberg, while the analysis of the internal structure of the phrases uses sub-theory of Government and Binding (GB) which developed by Chomsky and his followers, particularly X-bar theory. The claim of this theory is a phrase always has a head from the same category of a phrase as a whole, and this means that the structure of phrases is always endocentric. Formation role of a phrase is projected from lexicon and in this article the analysis will be presented using a tree diagram. It appears that the Old Balinese and Modern Balinese phrases are endocentric, consisted of noun phrases, verb phrases, adjective phrases, and prepositional phrases which their head are nouns, verbs, adjectives, and prepositions. It is interesting to note that in its development . rom Old Balinese to Modern Balines. , there are innovations or some changes have taken place from Old Balinese phrases to Modern Balinese phrases. Innovations in word order change consisted of reversal of word order, simplification or reduction, and elaboration. These innovations are internal and regular. Key words: Old Balinese language. Modern Balinese language, phrases, word order, word/phrase order change _____________ * Ni Luh Sutjiati Beratha adalah guru besar Linguistik. Jurusan Sastra Inggris. Fakultas Sastra. Universitas Udayana. Bersama I Wayan Ardika. Nyoman Dhana, dia menulis buku Dari Tatapan Mata ke Pelaminan sampai di desa pakraman: Studi tentang Hubungan Orang Bali dengan Orang Cina di Bali (Udayana University Press 2. Email: sutjiati59@gmail. JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha Pendahuluan ahasa Bali Kuna (BBK) yang hanya diketahui sebagai ragam tulis diketahui melalui prasasti-prasasti Bali berangka tahun 882-1050 Masehi. BBK tidak digunakan lagi sebab dianggap sebagai bahasa yang sudah mati. Prasasti Bali Kuna telah dikompilasi oleh Goris . Dalam perkembangannya. BBK kemudian menjadi bahasa Bali Modern (BBM) yang memiliki tradisi lisan dan tulisan serta digunakan oleh orang Bali sebagai bahasa ibu . other tongu. Data frasa BBK dalam artikel ini diambil dari Prasasti Bali Kuna (Goris, 1. , sedangkan data frasa BBM diperoleh dari cerita rakyat Bali. Tataurutan frasa BBK dan BBM kemudian dianalisis dengan teori tipologi linguistik struktural yang dikembangkan oleh Greenberg . , dan struktur internal sebuah frasa akan dianalisis dengan subteori Government Binding (GB) yang dikembangkan oleh Chomsky dan pengikutnya, seperti Radford . Haegeman . , dan Leiber . , khususnya teori X-bar (X berpalan. Teori X-bar menyatakan bahwa setiap frasa selalu memiliki inti dari kategori yang sama seperti frasa secara keseluruhan. Oleh sebab itu, struktur frasa selalu bersifat endosentrik. Sebuah frasa selalu diproyeksi dari sebuah leksikon, selanjutnya analisisnya menggunakan diagram prohon. Frasa bahasa BBK dan perkembangannya ke bahasa Bali Modern akan terfokus pada perubahan tataurutan kata . ord/ phrase order chang. apabila ditemukan perubahan seperti itu pada data BBM. Struktur frasa BBK ke BBM diasumsikan saling berhubungan karena BBM berasal dari BBK, sehingga bila terjadi inovasi atau perubahan, ini akan mempengaruhi yang satu dengan yang lainnya. Hipotesis Greenberg . tentang presentasi sinkronis mendukung data kebahasaan yang digunakan pada artikel ini, yaitu bentuk-bentuk saling berhubungan . erjadi interrelationshi. sebagai kesemestaan yang bersifat implikasional. Dari perspektif historis, pola yang JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern saling behubungan ditemukan dalam suatu bahasa karena adanya perubahan-perubahan pada konstruksi sintaksis yang disebabkan oleh perubahan yang terjadi dalam konstruksi kunci dari kerangka kerja sintaksis (Jeffers, 1976b, 1. Lehmann . melakukan kajian tentang perubahan sintaksis . , dan menemukan bahwa terjadi suatu perubahan yang betul-betul bersifat internal . urely interna. Menurut Vennemann . , bahasa berkembang seperti siklus yang umum terjadi pada bahasa-bahasa yang serumpun. Akan tetapi, pendapat Vennemann telah dikritik oleh Ebert . 6:vii Ae xvi. , terutama yang berhubungandengan penyebab terjadinya perubahan sintaksis . rasa atau klaus. , serta pentingnya kerangka kerja dari perubahan sintaksis pada tataran frasa atau klausa. Suatu perubahan atau inovasi umum terjadi pada tataran frasa/ klausa akibat dari perubahan kebahasaan yang terjadi pada suatu bahasa. Pemahaman tentang bahasa menghantarkan kita pada pola pengaturan hubungan dan inovasi. Dalam hal ini, konstituen-konstituen penting seperti frasa nomina (FN), frasa verba (FV), frasa ajektiva (FA), dan frasa preposisi (FPre. pada kalimat akan dicermati. Di samping itu, pewatas frasa seperti kata-kata fungsional . unction word. dan pembetuknya juga akan diperhatikan sehingga inovasi atau perubahan yang terjadi dapat dipahami. Artikel ini akan menguraikan tentang struktur frasa BBK yang mengalami inovasi atau perubahan dalam perkembangannya ke BBM. Apabila terjadi suatu inovasi atau perubahan, akan dijelaskan penyebab perubahan tersebut, apakah karena faktor internal atau eksternal. Suatu perubahan yang disebabkan oleh faktor internal adalah suatu perubahan yang terjadi karena bahasa itu sendiri . ahasa Bal. , sedangkan akibat faktor eksternal, yaitu suatu perubahan terjadi karena mendapat pengaruh dari bahasa lain, misalnya dari bahasa Jawa Kuna, atau Sanskerta sebab kedua bahasa tersebut digunakan JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha bersamaan dengan BBK pada masa Bali Kuna, yaitu dari abad Vi sampai dengan akhir abad X dalam ruang ekologi bahasa. Karena adanya kontak bahasa, penyusupan unsur linguistik satu bahasa ke dalam bahasa lainnya bisa terjadi (Blust, 1986. Hock, 1. Berikut akan diuraikan perkembangan frasa BBK ke BBM. Perkembangan Frasa BBK ke BBM Frasa BBK terdiri atas FN. FV. FA, dan FPrep, akan tetapi yang mengalami inovasi atau perubahan adalah FN dan FV sehingga pada subbab berikut akan diuraikan: . perkembangan FN BBK ke BBM, dan . perkembangan FV BBK ke BBM. 1 Perkembangan Frasa Nomina BBK ke BBM Dalam perkembangannya. FN BBK mengalami beberapa inovasi atau perubahan ke BBM. Inovasi tersebut bersifat Urutan dasar FN BBM adalah sebagai berikut. (Demonstrati. (Ho. Nomina inti . (Numerali. (Penggolon. Pada BBM, nomina inti FN selalu menempati urutan . pertama, kemudian diikuti oleh pewatas-pewatasnya. Urutan dasar . asic word orde. dari nomina inti dan pewatasnya . adalah tetap. Akan tetapi pada BBK. FN memiliki tataurutan yang berbeda dengan BBM, sehingga inovasi tersebut dapat dipahami dengan jelas seperti di bawah ini. FN BBK yang memiliki tataurutan: Demonstratif Honorifik Nomina inti menjadi (Ho. Nomina inti Demonstratif pada BBM. FN BBK yang memiliki tataurutan: Pembilang Nomina inti Posesif menjadi Nomina Inti Posesif Pembilang pada BBM. JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern FN BBK yang memiliki tataurutan: Nomina inti Penggolong Numeralia menjadi Nomina inti Numeralia Penggolong pada BBM. FN BBK tidak memiliki tataurutan Nomina inti Klausa relative seperti yang terdapat pada BBM. Seperti telah disampaikan bahwa hanya FN yang memiliki urutan seperti disajikan di atas mengalami perubahan, sedangkan yang lain . aitu FN yang tataurutannya adalah Nomina inti Ajektiva dan Nomina inti Nomina int. adalah sama baik pada BBK maupun BBM. 1 Demonstratif Honorifik Nomina inti menjadi (Ho. Nomina inti Demonstratif pada BBM. Berdasarkan pemahaman yaitu dengan membaca semua Prasasti Bali Kuna yang dikompilasi oleh Goris . , tampaknya BBK tidak memiliki Unda-Usuk (Goris, 1954. Sutjiati Beratha, 1. Akan tetapi. Unda-Usuk ada pada BBM yang menurut Bagus . terdiri atas Bahasa Bali untuk Bentuk Hormat (BH), dan Bahasa Bali untuk Lepas Hormat (BLH). Penggunaan BH dan BLH ditandai secara umum oleh pilihan leksikon saja. Pada BBM, pronominal demontratif (DM) adalah ene AoiniAo dan en/to AoituAo untuk BLH, dan pu/niki AoiniAo dan pu/nika AoituAo untuk BH. Data BBK ditandai oleh nomor prasasti seperti yang ditulis oleh Goris . , sedangkan untuk data BBM diberi acuan . untuk cerita rakyat yang dikutip. Contoh . BBK: 102. 1-2 tua da pitamaha BM: anake ento (Bagus, 1971:. DM HON N N DM Aoda Pitamaha ituAo Aoanak ituAo Analisis X-bar dari FN di atas adalah JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha BBK: NAy BM: NAy NAo NAo tua da pitamaha NAy terbentuk dari kombinasi NAo dan DM. Apabila FN BBK dibandingkan dengan BBM pada contoh di atas, maka perkembangan frasa tersebut dapat diketahui dengan jelas, yakni DM pada frasa BBK selalu mendahului nomina inti (N), sedangkan pada frasa BBM mengikuti sebuah N, walaupun N dari baik frasa BBK dan BBM umum didahului oleh sebuah honorific (HON). 2 Pembilang/ Numeralia Nomina inti Posesif menjadi Nomina inti Posesif Pembilang pada BBM. Tataurutan kata untuk FN BBK berikut adalah pembilang (PBL) dan/atau numeralia (NUM), nomina inti. Contoh . BBK: a. 3-4 marang santanan BBM: PBL keturunan Aosemua keturunanAo ida dane sareng sami KG2 PBL Aoanda semuaAo limang tmwang NUM tahun Aolima tahunAo JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern Analisis X-bar dari FN di atas baik untuk BBK maupun BBM BBK: NAy PBL BBM: NAy NAo NAo PBL marang santanan ida dane sareng sami Nomina inti Penggolong Numeralia menjadi Nomina inti Numeralia Penggolong pada BBM. FN yang memiliki nomina inti mengikuti pewatas sangat umum pada BBK, demikian pula FN BBM yang memiliki sejumlah pewatas selalu mengikuti nomina inti. Numeralia pada BBK dan BBM sering diberi imbuhan sufiks Aeng apabila numeralia tersebut berakhir dengan vokal terbuka dan mendahului sebuah pembilang. Contoh . BBK: 104. kambing rukud 1 BBM: tikeh limang lembar kambing PGL NUM tikar NUM PGL Aokambing satu ekorAo Aotikar lima lembarAo Analisis X-bar dari kedua frasa di atas dipresentasikan pada diagram berikut. JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha BBK: NAy BBM: NAy NAo NAo NAo FBil NAo NUM PGL kambing rukud FBil NUM PGL Nomina inti dari FN BBK di atas adalah kambing AokambingAo dan tikeh AotikerAo pada BBM. FN (NA. memiliki dua tataran NAo. NAopertama dan NAo ke dua . ebih tingg. terbentuk dari kombinasi NAo pertma dengan frasa bilangan (FBi. Apabila tataurutan FN BBK dibandingkan dengan FN BBM pada contoh . , tampak dengan jelas ada perubahan tataurutan Baik FN BBK maupun BBM, pewatasnya mengikuti nomina inti, tetapi tataurutan pewatas yang mengalami suatu perubahan, yaitu FN BBK penggolong (PGL) mendahului sebuah numeralia (NUM), sedangkan pada BBM penggolong mengikuti numeralia. 4 Nomina Inti Diikuti Klausa Relatif FN yang memiliki struktur seperti klausa relative mengikuti nomina inti tidak ditemukan padandata prasasti Bali Kuna. Salah satu penyebabnya adalah BBK yang digunakan sebagai bahasa resmi pada abad Vi sampai dengan akhir abad X sebagaimana yang dijumpai pada prasasti tidak menggunakan bentuk kalimat kompleks. Bentuk klausa/ kalimat yang digunakan dalam prasasti tampaknya cenderung berupa klausa kecil . mall claus. Ini bukan berarti bahwa BBK tidak memiliki struktur frasa seperti itu, tetapi ketidakmunculan struktur ini JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern adalah mungkin karena alasan di atas, di samping pula karena data prasasti yang berbahasa Bali Kuna sangat terbatas. Sutjiati Beratha . berasumsi bahwa bentuk struktur FN seperti nomina inti yang diikuti klausa relatif mungkin ada dalam BBK sebab FN seperti ini pada umumnya ada pada semua bahasa di nusantara atau dunia. Karena BBK merupakan bahasa yang sudah mati . ebab tidak memiliki penutur saat in. maka tidak ditemukan data lisan yang dapat digunakan sebagai data pendukung untuk data tulisan. Untuk itu, akan menjadi sulit untuk menyatakan bahwa struktur seperti ini tidak ada dalam BBK. Akan tetapi pada BBM, struktur FN seperti ini sangat umum digunakan pada BBM, baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan. Pada BBM nomina inti yang diikuti oleh sebuah klausa relative umumnya dihubungan oleh sebuah kata penghubung ane AoyangAo (BLH) seperti pada contoh . atau sane AoyangAo (BH) seperti pada contoh . Contoh . Anake ane suba makurenan bisa palas (Bagus, 1977:. orang DEF REL sudah bersuami-istri bisa cerai AoOrang-orang yang sudah bersuami-istri bisa ceraiAo. Pianak ipun sane pinih alit mawasta Putu Ayu Laksmi (Bagus, 1977:. dia REL paling kecil bernama Nm. Orang AoAnak dia yang paling kecil bernama Putu Ayu LaksmiAo. Analisis X-bar dari frasa di atas adalah: NAy NAo NAo Anake ane suba makurenan bisa palas JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha Menurut teori X-bar. FN pada contoh 4 memiliki struktur seperti diagram pohon di atas, di mana K didominasi oleh NAo, sebab K berfungsi sebagai adjunct bukan pemerlengkap sehingga NAo membawahinya. NAo pertama mendominasi N . ebagai inti fras. : anake, sebuah adjunct . erupa klausa relati. berkombinasi dengan NAo pertama untuk membentuk NAo ke dua, selanjutnya membentuk proyeksi maksimal NAy. 2 Perkembangan Frasa Verba BBK ke BBM Frasa Verba (FV) BBK mengalami beberapa inovasi atau perubahan dalam perkembangannya ke BBM. Ciri utamanya adalah memiliki struktur yang lebih kompleks. Inovasi tersebut adalah: . BBK memiliki struktur yang disebut dengan inkorporasi agen dengan verba . gent incorporatio. Misalnya struktur FV syuruhku yang artinya AokuperintahkanAo, sedangkan pada BBM menjadi irahin tiang . ntuk BLH) atau nikain titiang (BH) yang bermakna sama yaitu Aosaya menyuruh/ memerintahAo. Pada BBM, ada kecendrungan penggunaan struktur yang memiliki kategori gramatikal yang berdiri sendiri. Pada struktur FV BBK tidak ditemukan verba yang didahului oleh sebuah kata kerja bantu modal . odal auxiliar. , sedangkan pada BBM banyak ditemukan FV yang didahului oleh sebuah modal atau penanda aspek. FV BBK sering menggunakan struktur dengan verbal serial . erb serializatio. 1 Frasa Verba dengan Inkorporasi Agen Ada sejumlah nomina pada BBK yang berprilaku seperti sufiks, misalnya Aeku AoakuAo, -da AodiaAo. Pronomina ini sering berinkorporasi dengan verba untuk membentuk FV. Berikut akan disajikan dua contoh FV dengan inkorporasi agen. Contoh . 1 Apircintayangku mantua ulan bukit cintamaniA Pikirkan KG1 DM pasanggrahan PREP NmT AoA. aku pikirkan adalah pasanggrahan di bukit KintamaniAAo JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern ApirpagehdaA Kukuh KG3 AoAbeliau kukuhkanAAo Analisis X-bar dari FV pada contoh di atas adalah VAy VAo Pirpageh Xaf -da Verba pirpageh sebagai inti dari FV di atas memiliki Sehingga terdapat pencabangan. V berA kombinasi dengan sebuah sufiks membentuk VAo yang seA lanjutnya secara maksimal menjadi VAy. FV yang memiliki struktur seperti di atas jarang ditemukan pada BBM. 2 Frasa Verba dengan Kata Kerja Bantu Modal/ Pemarkah Aspek Pengamatan yang dilakukan terhadap data prasasti Bali yang berbahasa Bali Kuna menunjukkan bahwa pada FV BBK tampaknya tidak ditemukan struktur FV yang menggunakan kata kerja bantu modal. Hal ini bukan berarti bahwa BBK tidak memiliki kata kerja bantu modal. Ketidakhadiran kata kerja bantu modal dalam BBK disebabkan oleh prasasti Bali Kuna berisikan peraturan-peraturan . al-hal yang sudah Peraturan tersebut ditulis dalam prasasti dan berlaku sejak ditetapkannya pada prasasti itu. Seperti yang telah dikemukakan, isi prasasti adalah peraturan-peraturan atau perundang-undangan pada pemerintahan masa Bali Kuna. JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha Ini yang menyebabkan tidak perlunya penggunaan kata kerja bantu modal digunakan dalam prasasti tersebut. Dengan kata lain, verba yang menggunakan kata kerja bantu modal memiliki fungsi dan makna yang berbeda dengan verba tanpa kata kerja bantu modal. Pada BBM, penggunaan kata kerja bantu modal dengan verba dalam sebuah FV adalah sangat produktif yang artinya bahwa sebuah kata kerja bantu . uxiliary ver. pada BBM bisa berkombinasi dengan semua verba . erba keadaan, proses, dan Di samping itu, juga ditemukan pemarkah aspek seperti sampun AosudahAo yang dapat dipahami melalui contoh berikut. Contoh . Titiang sampun nunas ajengan. KG1 sudah minta makanan AoSaya sudah makanAo BBM Analisis X-bar dari FV di atas dipresentasikan pada diagram SPEC IAo FV (VA. VAo Titiang nunas ajengan JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern Menurut teori X-bar. I (INFL) mendominasi infleksi verba, yaitu aspek pada BBM. I merupakan proyeksi inti bukan leksikal. I berkombinasi dengan FV untuk proyeksi IAo, selanjutnya IAo berkombinasi dengan specifier (SPEC) untuk membentuk proyeksi maksimal IAy. Dari klausa di atas dapat dipahami dengan jelas bahwa subjek klausa di atas adalah FN sebagai SPEC didominasi oleh IAy. 3 Frasa Verba dengan Verba Serial Verba serial sering digunakan pada FV BBK. Ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya pengulangan subjek dalam sebuah kalimat kompleks. FV dengan verba serial banyak dijumpai pada kalimat-kalimat yang tidak memiliki subjek, sebab subjek dari sebuah teks hanya disebutkan hanya sekali yakni pada awal kalimat pertama. Apabila memiliki acuan subjek yang sama, verbanya selanjutnya adalah verba Akan tetapi, apabila pada sebuah teks terdapat acuan yang berbeda maka akan hadir sebuah subjek baru. Contoh . 5 Amatuluang jaja, makmit drbya haji, pamahen pamli membuat kue menjaga milik raja membayar pembelian prakara,mamatekpapan, matkap bantilan lancang parahu. membuat papan membuat tempat lancang perahu AoAmembuat kue, menjaga harta raja, membayar pembelian, dll. membuat papan, membuat perahu lancangAAo Dalam BBM jarang dijumpai konstruksi FV seperti di atas, baik pada bahasa tulis maupun bahasa lisan. Perlu untuk dikemukakan di sini bahwa teori X-bar belum sampai diterapkan untuk menganalisis FV dengan verba serial. Pembahasan Analisis terhadap data frasa BBK dan perkembangannya ke BBM seperti disajikan di atas menunjukkan bahwa terdapat beberapa kemiripan atau kesamaan antara struktur frasa JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha BBK dan BBM. Frasa BBK dan BBM yang memiliki struktur yang sama adalah Nomina inti Ajektiva dan Nomina inti Nomina inti, atau BBK dan BBM merupakan bahasa yang memiliki pewatas yang ajeg di belakang atau mengikuti yang terwatasi . andingkan dengan Greenberg . Kesamaan atau kemiripan ini bukan semata-mata karena pinjaman antarbentuk, kebetulan, atau kecendrungan semesta, tetapi dapat dianggap sebagai warisan dari asal-usul yang sama, yaitu dalam hal ini BBM berasal dari BBK . andingkan Jeffers dan Lehiste . Bellwood . Di samping ditemukan kemiripan atau kesamaan, juga ada sejumlah inovasi atau perubahan yang terjadi, yakni antara tataurutan frasa BBK dengan BBM. Inovasi terjadi karena suatu bahasa hidup dan berkembang serta adanya kontak bahasa dengan bahasa-bahasa yang sedang berkembang saat ini. Perubahan seperti ini dapat terjadi secara berkesinambungan atau berangsur-angsur (Baron, 1. Misalnya pada masa pemerintahan masa Bali Kuna. BBK memiliki fungsi dan kedudukan sebagai bahasa resmi dan digunakan secara berdampingan dengan bahasa Sanskerta dan bahasa Jawa Kuna. Pinjaman antarbentuk satu dengan bentuk lain pada situasi seperti ini sulit untuk dihindari, serta kaidah-kaidah dari masing-masing bahasa saling berinteraksi sehingga memperlihatkan perbedaan bentuk dengan bentuk asalnya. Ada gejala-gejala retensi ditemukan juga pada struktur frasa BBK ke BBM. Ini menunjukkan adanya harkat pengikisan struktur yang bersifat konstan, yang artinya dua bahasa atau lebih memiliki kekonstanan pengikisan. Dari contoh-contoh di atas dapat dimengerti bahwa inovasi atau perubahan tataurutan frasa BBK ke BBM cenderung bersifat teratur. Inovasi yang bersifat teratur ini mungkin disebabkan oleh latar belakang bahasa itu sendiri, yaitu pada masa perkembangan sejarah Bali. BBK sebagai bahasa yang sudah mati hanya dikenal saat ini JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern melalui bahasa prasasti yang berbahasa Bali Kuna, sebab tidak mungkin untuk menemukan data lisan. Inovasi yang terjadi pada tataurutan frasa menunjukkan sifat-sifat keteraturan, seperti adanya inovasi pada tataurutan kata . ord order chang. , penyederhanaan . implification or reductio. , dan perluasan . Bynon . menyatakan bahwa suatu bahasa mengalami inovasi atau perubahan sesuai dengan polanya Sejarah perkembangan bahasa Bali tampaknya persis sama dengan yang dikemukakan oleh Bynon, yaitu bahasa Bali mengalami perubahan sesuai dengan pola yang dimilikinya. Menurut Jeffers dan Lehiste . , dalam perjalanan sejarahnya, suatu bahasa yang memiliki kemandirian itu karena factor-faktor tertentu. Sebuah bahasa bisa berkembang menjadi dua bahasa atau lebih dan bahasa-bahasa turunannya tetap akan memiliki unsur-unsur bahasa aslinya. Hal ini dapat dilihat secara jelas pada BBM yang berasal dari BBK dan memiliki dua dialek yaitu dialek Bali Mula dan dialek Bali dataran (Sutjiati Beratha, 1. Kedua dialek ini mewarisi pula unsur-unsur bahasa asalnya, dalam hal ini unsur-unsur BBK. Unsur-unsur yang dimiliki itu bisa mengikuti baik unsur bahasa yang berubah maupun unsur-unsur yang tidak berubah. Jadi dari contoh-contoh di atas dapat diketahui bahwa tataurutan kata frasa BBK berunsurkan retensi, retensi inovasi yang berasal dari BBK. Inovasi yang terjadi setelah BBM mengalami masa perkembangan tersendiri sesuai dengan kedudukan dan fungsi yang dimiliki saat ini. Seperti telah disampaikan di atas bahwa dalam perkembangannya . ari BBK ke BBM), tampaknya telah terjadi inovasi atau perubahan tataurutan kata baik pada FN maupun FV pada BBM. Ini mengkin disebabkan oleh penggunaan bahasa itu sendiri oleh penuturnya . , serta pembalikan terhadap tataurutan kata pada frasa tersebut tidak mempengaruhi makna sebuah frasa. JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 01, 02. Oktober Ni Luh Sutjiati Beratha Simpulan Berdasarkan analisis dan pembahasan di atas, maka simpulan pemerian frasa BBK dan perkembangannya ke BBM adalah sebagai berikut. Frasa BBK dan BBM bersifat endosentris, sebab frasa BBK dan BBM memiliki inti dari kategori yang sama seperti frasa secara keseluruhan. Inti sebuah leksikon selalu diproyeksi dari X, dengan ketentuan: Pemerlengkap bergabung dengan X membentuk proyeksi XAo. Adjunct bergabung dengan XAo membentuk XAo. Specifier bergabung dengan XAo untuk membentuk proyeksi maksimal XAy. Kaidah ini bersifat berulang-ulang . Dalam perkembangannya telah terjadi inovasi atau perubahan tataurutan kata, inovasi yang dimaksud Beberapa tataututan kata pada frasa BBK mengalami . frasa nomina BBK yang memiliki tataurutan: Demonstratif Honorifik Nomina inti menjadi (Honorifi. Nomina inti Demonstratif dalam BBM. frasa nomina BBK yang memiliki tataurutan: Pembilang Nomina inti Posesif menjadi Nomina inti Posesif Pembilang dalam BBM . frasa nomina BBK yang memiliki tataurutan: Nomina inti Penggolong Numeralia menjadi Nomina inti Numeralia Penggolong beberapa tataurutan kata frasa BBK mengalami perluasan pada BBM, misalnya. FN BBK yang tidak memiliki tataurutan: Nomina inti Klausa relatif, namun JURNAL KAJIAN BALI Volume 02. Nomor 02. Oktober 2012 Frasa Bahasa Bali Kuna dan Perkembangannya ke Bahasa Bali Modern ada pada BBM. beberapa tataurutan frasa BBK mengalami penyeA derhanaan pada BBM. Perubahan tataurutan frasa BBK ke BBM disebabkan oleh faktor internal dan bersifat teratur. P e r u b a h a n ini mungkin disebabkan oleh penggunaan bahasa itu sendiri atau performance . ang juga dikenal dengan istilah parol. , dan latar belakang bahasa Bali sendiri. samping itu, inovasi atau perubahan tataurutan kata pada frasa tampaknya tidak akan mengubah makna frasa tersebut. DAFTAR PUSTAKA