Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Keanekaragaman Hayati Flora dan Fauna di Kawasan Hutan Bukit Datuk Dumai Provinsi Riau Biodiversity Flora and Fauna in the Region Forest Bukit Datuk Dumai Riau Province Oleh: Heriyanto1*. Ismayadi Samsoedin1. Bismark1 Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan. Jl. Gunung Batu No. Bogor 16610 Telp. 833234, 750067. Faks. *Email: nurmheriyanto88@yahoo. ABSTRAK Penelitian keanekaragaman hayati flora fauna di hutan konservasi pada industri perminyakan/ kilang minyak jarang dilakukan, kegiatan ini bertujuan mendapatkan informasi keanekaragaman hayati flora fauna terutama jenis burung. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan Bukit Datuk Dumai. Provinsi Riau. Pencuplikan plot ukuran 100 m x 100 m . dibuat untuk biodiversitas flora, untuk burung plot dengan radius 25 m yang tersebar secara acak di lokasi tersebut. Struktur dan komposisi jenis pohon dengan diameter setinggi dada Ou 10 cm, pancang dan semai diteliti dari petak ukur permanen berukuran satu ha. Dijumpai 32 jenis pohon berdiameter Ou 10 cm dan berjumlah 354 pohon, tergolong dalam 22 suku, jenis terbanyak adalah Dipterocarpaceae. Jenis yang mendominasi tegakan tingkat pohon berturut-turut adalah keterung (Garcinia dioca L. ) INP=39,67%, undal (Gironniera subaequalis Planch. ) INP=30,39% dan para (Ochanostachys amentaceae Mast. INP=30,26%. Pada tingkat pancang adalah kelat putih (Hopea mengarawan Miq. ), undal (Gironniera subaequalis Planch. ) dan meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. ) dengan INP masing-masing 73,71%, 42,51% dan 35,24%, semai jenis selumar (Glochidion sp. ) dengan INP 47,10%, kempas (Koompassia excelsa Taub. ) INP 43,52% dan kelat putih (Hopea mengarawan Miq. ) INP 24,62%. Jumlah jenis burung ditemukan 33 dengan indeks keragaman 2,63, indeks kemerataan jenis 0,75 dan indeks kekayaan jenis sebesar 6,52. Kata kunci: struktur, komposisi, regenerasi, hutan rawa, fauna, burung ABSTRACT Research on the biodiversity of flora and fauna in conservation forests in the petroleum/oil refinery industri is rarely done, this activity aims to obtain information on the biodiversity of flora and fauna, especially bird species. This research was conducted in in the Bukit Datuk Dumai forest area. Riau Province. Ploting a plot of 100 m x 100 m . is made for flora biodiversity, for bird plots with a radius of 25 m scattered randomly at that location. The structure and composition of tree species with a diameter at breast height Ou 10 cm, saplings and seedlings were examined from a permanent measuring plot of one ha. There were 32 species of trees with a diameter of Ou 10 cm and numbering 354 trees, belonging to 22 family, the largest species being Dipterocarpaceae. Species that dominate tree level stands are Garcinia dioca L. IVI = 39. Gironniera subaequalis Planch. IVI = 30. 39% and Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Ochanostachys amentaceae Mast. IVI = 30. 26 %. The species in sapling level are Hopea mengarawan Miq. Gironniera subaequalis Planch. and Shorea acuminata Dyer. With IVI 71%, 42. 51% and 35. 24%, seedlings of species Glochidion sp. With IVI 10%. Koompassia excelsa Taub. IVI 43. 52% and Hopea mengarawan Miq. IVI24. The number of bird species was found 33 with a diversity index of 2. 63, an evenness index of 75 and a species richness index of 6. Keywords: structure, composition, regeneration, swamp forests, fauna, birds. PENDAHULUAN Kota Dumai adalah salah satu kota di Provinsi Riau yang berada di Pesisir Pulau Sumatera sebelah Timur dengan jarak sekitar 188 km dari Kota Pekanbaru. Kota Dumai merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis yang diresmikan sebagai kota pada 20 April 1999, dengan UU No. 16 tahun 1999 tanggal 20 April 1999 setelah sebelumnya sempat menjadi kota administratif . di dalam Kabupaten Bengkalis. Kawasan Bukit Datuk merupakan kawasan hutan yang sebagian besar vegetasi merupakan hutan sekunder dan hutan primer terganggu, luas kawasan hutan ini 57 ha dan merupakan bagian dari konsesi industri kilang minyak PT. Pertamina seluas 360 ha. Tipe vegetasi pada umumnya merupakan hutan tanah kering dataran rendah dan sebagian merupakan hutan rawa. Hutan rawa terdapat hampir di seluruh kawasan dengat spot kecil yang ditandai dengan keadaan substrat/tanah yang selalu tergenang air, topografi relatif datar. Jenis vegetasi yang spesifik diantaranya adalah: meranti (Shorea sp. , kempas (Koompassia malaccensi. , terap (Artocarpus elasticu. , dan jenis-jenis lainnya (Kartawinata, 2. Hutan rawa dan hutan gambut yang merupakan hutan bekas kebakaran memiliki nilai indeks keragaman yang lebih rendah dari pada hutan tropis yang berada di dataran rendah, indeks nilai penting ini hampir sama dengan hutan pegunungan (Mirmanto, 2. Hal ini dikarenakan dipengaruhi oleh keadaan edafis dan lingkungan pendukung lainnya, pada hutan rawa gambut yang memiliki ekosistem yang sangat ekstrim apabila keadaan tanah masam, tergenang dan hara miskin. Karena keadaan ini mengakibatkan hanya jenis tertentu saja yang dapat tumbuh. Cepat atau lambatnya vegetasi kembali ke vegetasi awal sangat dipengaruhi oleh luasnya kerusakan yang terjadi, jenis tumbuhan yang berada diareal yang terkena ganguan dan kadaan jenis dari tumbuhan sekitar dan kondisi lingkungan setempat (Mansuret , 2. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang keanekaragaman hayati flora dan fauna terutama burung di kawasan hutan Bukit Datuk Dumai. Riau. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat diketahui keragaman flora dan keragaman fauna terutama jenis burung di kawasan industri perminyakan. Selanjutnya dijadikan dasar pengadaan pembibitan untuk daerah lain yang perlu ditanam kembali dengan jenis lokal. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2016 di kawasan hutan Pertamina Dumai. Riau yaitu pada koordinat 01A38'36,9" Lintang Selatan dan 101A24'48,2" Bujur Timur. Secara administrasi pemerintahan terletak di Kelurahan Bukit Datuk. Kecamatan Dumai Selatan. Kota Dumai. Provinsi Riau. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Lokasi yang digunakan untuk penelitian ini merupakan daerah yang memiliki ketinggian 18,2 m di atas permukaan laut dan daerah hutan daratan dan hutan rawa air tawar. dengan topografi datar dengan kelerengan 0-3%, jenis tanah yang ada pada lokasi penelitian termasuk jenis Organosol dan Glei humus. Bahan induk tanah merupakan Aluvial dengan fisiografi dataran (Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian/BBSDLP, 2015. Soil Survey Staff, 2. Iklim daerah ini menurut klasifikasi curah hujan Schmidt& Ferguson, kelompok hutan Bukit Datuk mempunyai tipe iklim B, jumlah rata-rata curah hujan bulanan terbesar terjadi pada bulan Desember . ,1 m. , rata-rata curah hujan terkecil pada bulan Juli . ,9 m. Jumlah rata-rata hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Desember . , sedangkan yang paling sedikit terjadi pada bulan Juni . Suhu udara rata-rata berkisar antara 22A C sampai 34A C dan kelembaban udara rata-rata berkisar 78,5Ae82,4 % dan tertinggi terjadi pada bulan Desember (Sofiyanti 2013. Badan Pusat Statistik 2. Bahan dan Alat Penelitian Bahan penelitian adalah tegakan hutan Bukit Datuk seluas satu hektar (Gambar . yang merupakan bagian dari A 57 ha kawasan hutan Pertamina Dumai. Lokasi ini dipilih secara terarah yang dapat mewakili dari kawasan ini (Kartawinata et al 2008. Kartawinata 2. Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: GPS . lobal positioning syste. , meteran, teropong, diameter tape/phi band, alat ukur tinggi pohon digital dengan kepekaan 10 cm (Haaglof Vertex II), etiket gantung untuk herbarium, kamera, buku burung dan alat-alat Gambar 1. Keadaan vegetasi pada plot 1 hektar. Rancangan Penelitian dan Pengambilan Contoh Flora Untuk menentukan plot penelitian dilakukan secara acak dari luas hutan alam yang ada dicuplik seluas 1 ha dianggap dapat mewakili tegakan tersebut. Satuan contoh berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 100 m x 100 m . Di dalam plot bujur sangkar tersebut dibuat sub-plot ukuran 20 m x 20 m, dengan demikian terdapat 25 sub plot (Gambar . Semua pohon dan pancang diukur diameter, tinggi dan dicatat nama jenisnya, sedangkan tingkat semai dihitung jumlah dan nama jenisnya. Khusus untuk pohon diberi nomor/tagging dari alumunium berurutan dari sub plot 1 sampai sub plot 25, hal ini untuk memudahkan dalam pengukuran ulang pada tahun berikutnya bila diperlukan. Jenis yang di dapatkan dilapangan di ambil contoh materialnya dan diidentifikasi di Laboratorium Botani dan Ekologi Hutan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan (P3H). Bogor. ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . Gambar 2. Plot pengukuran penelitian. Kriteria untuk tingkat pohon, pancang dan semai adalah sebagai berikut (Kartawinata Samsoedin et al 2. Pohon, dengan kriteria diameter setinggi dada . ,3 . C10 cm, bila pohon berbanir diameter diukur 20 cm di atas banir, ukuran plot 20 m x 20 m. Belta/Pancang, yaitu permudaan yang tingginya A1,5 m sampai pohon muda dengan diameter <10 cm, ukuran plot 5 m x 5 m. Semai, yaitu permudaan mulai dari kecambah sampai tinggi C 1,5 m,ukuran plot2 m x 2 m. Fauna (Burun. Plot dibuat 10 . titik yang tersebar dalam kawasan hutan, di bagian dalam hutan 5 titik dan dipinggir hutan 5 titik (Gambar . , bentuk plot lingkaran dengan radius 25 m, dari plot tersebut dapat dihitung jumlah jenis burung dan frekuensi perjumpaannya serta ditabulasikan (Bismark, 2. Gambar 3. Plot pengamatan burung. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Analisis Data Data yang di dapatkan dari lapangan dianalisa untuk menentukan jenis-jenis yang Jenis dominan merupakan jenis yang mempunyai nilai penting tertinggi di dalam tipe vegetasi yang bersangkutan. Jenis dominan tersebut dapat didapatkan dengan menganalisis indeks nilai penting (%) sebagai penjumlahan kerapatan relatif, dominasi relatif dan frekuensi relatif dari masing-masing jenis yang terdapat dalam sampel plot (Dharmawan dan Samsoedin Dharmawan 2. Potensi jenis vegetasi Potensi jenis vegetasi dalam plot penelitian . okasi ini termasuk hutan konservas. , maka dikategorikan kedalam tiga tingkat pertumbuhan yaitu semai, belta/pancang dan pohon (Mansur et al 2011. Kartawinata 2. , masing-masing dihitung dalam satuan per satuan luas . Potensi tegakan Potensi tegakan dihitung meliputi volume tegakan dan jumlah batang per ha yang diklasifikasikan menurut kelas diameter: 10 cm -19 cm, 20 cm - 29 cm, 30 cm - 39 cm, 40 cm Ae 49 cm, 50 cm Ae 59 cm, dan Ou 60 cm. Volume diketahui melalui perhitungan dengan menggunakan rumus Persamaan 1, dengan V adalah volume pohon total . A adalah konstanta . ,141592. , d adalah diameter pohon setinggi dada atau 20 cm di atas banir . , t adalah tinggi pohon bebas cabang . , dan f adalah angka bentuk pohon . V= 1/4. (Persamaan . Indeks keanekaragaman burung Keragaman jenis burung diketahui dengan menggunakan Persamaan 2, indeks keragaman Shannon (Istomo dan Pradiastoro, 2. , dengan ni merupakan jumlah individu dalam satu jenis. N merupakan jumlah individu dalam satu komunitas, e merupakan konstanta, dan H adalah Shanon indeks. E ni E E ni E H A A Eu E E Log e E E a. (Persamaan . ENE i A1 E N E Keseragaman . Analisis keseragaman atau keseimbangan antar jenis burung dilakukan dengan menggunakan rumus Persamaan 3 yang dikemukakan oleh (Bismark 2. , dengan E adalah indeks keseragaman. HAoadalah indeks keragaman, dan S adalah jumlah seluruh (Persamaan . Analisis kepadatan/kelimpahan individu Untuk mengetahui kepadatan individu jenis burung digunakan metode dengan rumus Persamaan 4 (Alikodra 2. , dengan D merupakan kepadatan burung . kor/h. N merupakan estimasi jumlah populasi . , dan A merupakan luas kawasan yang (Persamaan . Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . ISSN . HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi dan Potensi Vegetasi Komposisi Jenis Berdasarkan hasil identifikasi jenis dan suku tumbuhan di plot satu hektar dijumpai 41 jenis tumbuhan tergolong dalam 23 suku dengan dominansi suku Dipterocarpaceae. Euphorbiaceae, dan Myrtaceae (Tabel . Pada penelitian ini dijumpai pohon . iameter Ou 10 c. berjumlah 354 batang/ha dalam 25 sub-plot berukuran 20 m x 20 m. Tabel 1. Jenis vegetasi yang dijumpai di kawasan hutan Bukit Datuk Pertamina. Dumai. Riau No. Nama lokal Lakum Meranti kakait Kemumting Mata keli Terap Cempedak/balam Sedarah Seserang Tepis Terentang Balam Semaram Keruing/sibongkok Keterung1 Jelutung/pulai Petaibelang Seserang Setulang Keterung Manggis hutan Undal Selumar Kelatputih Selumarputih Sakat Kelatmerah Kempas Pisang Ribu-ribu Manulang Kopi hutan Para Semeti Kelatjambu/merah Meranti bakau Mahang Meranti bunga Kelatmerah Keruing Nama botani Aglaia sp. Aglaia tomentosa Teijm Aphaniamontana Blume Aporusa sp. Artocarpus elasticus Reinw. Artocarpus integer Merr. Artocarpus sp. Baccau rearacemosa Muell. Arg. Boueaop positifolia Meissn. Canarium littorale Blume Coelostegia griffithii Benth. Dacryodes incurvata H. Dipterocarpus gracilis Blume Durio excesus Korth. Dyera polyphylla Back. Elaeocarpus sp. Endospermum diadenum Miq. Galearia sp. Garcinia dioca L. Garcinia sp. Gironniera subaequalis Planch. Glochidion sp. Hopea mengarawan Miq. Hydnocarpus woodii Merr. Knemaman darahan Warb Kokoona reflexa Ding. Hou. Koompassia excelsa Taub. Lithocarpus conocarpus Reidl. Microcos sp. Myristica lanceifolia Sinclair. Myristica sp. Ochanostachys amentaceae Mast. Polyalthia laterifora King. Ryporosa javanica Kurz. Santiria laevigata Blume Scaphium macropodum J. Beum. Shorea acuminata Dyer. Shorea sp. Taraktogenos gracilis F. Sloot Suku Meliaceae Meliaceae Sapindaceae Euphorbiaceae Moraceae Moraceae Moraceae Euphorbiaceae Anacardiaceae Burseraceae Bombacaece Burseraceae Dipterocarpaceae Bombacacaee Apocynaceae Elaeocarpaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Guttireae Guttireae Ulmacaceae Euphorbiaceae Dipterocarpaceae Flacourtiaceae Myristicaceae Celasteraceae Leguminosae Flacourtiaceae Tiliaceae Myristicaceae Myristicaceae Olacaceae Annonaceae Flacourtiaceae Burseraceae Sterculiaceae Dipterocarpaceae Dipterocarpaceae Flacourtiaceae Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . No. Nama lokal Kopi hutan Selema ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Nama botani Tricalysia javanica Kds. Vernonia arborea Ham. Suku Rubiaceae Compositae Berdasarkan dari 354 batang/ha yang memiliki diameter Ou 10 cm tersebut, terdapat 4 jenis pohon dominan dengan nilai INP > 20%. Nilai INP tertinggi yaitu jenis keterung/manggis hutan (Garcinia dioca L. ) dengan INP 39,67%, kemudian undal (Gironniera subaequalis Planch. ) dengan INP 30,39%, para (Ochanostachys amentaceae Mast. ) dengan INP 30,26%, dan Meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. ) dengan INP 26,35%. Kerapatan dan basal area jenis dominan tersebut tertera pada Tabel 2. Tabel 2. Empat jenis pohon dominan berdiameter Ou 10 cm (INP >20%) di lokasi penelitian No. Kerapatan 1 ha Jenis Keterung (Garcinia dioca L. Undal (Gironniera subaequalis Planch. Para (Ochanostachys amentaceae Mast. Meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. Jumlah Luas bidang dasar. A/h. 1,90 1,20 2,77 1,71 6,58 Sumber : Data Primer . Potensi Jenis Vegetasi Pada lokasi penelitian di kawasan hutan Pertamina Bukit Datukdi dominir oleh jenis keterung/manggis hutan (Garcinia diocaL. ), undal (Gironniera subaequalis Planch. ), para (Ochanostachys amentaceae Mast. ), dan meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. Jenis yang potensial menggantikan tegakan yang akan datang yaitu kelat putih (Hopea mengarawan Miq. ), undal (Gironniera subaequalis Planch. ) dan meranti bunga (Shorea acuminate Dyer. Kerapatan tegakan dan jumlah jenis pohon merupakan salah satu petunjuk kekayaan hayati pada kawasan hutan. Berikut disampaikan perbandingan jumlah jenis dan pohon di areal lain (Tabel . Dari Tabel 3, dapat dikemukakan bahwa kerapatan dan jumlah jenis di kawasan hutan Pertamina Bukit Datuk Dumai, tergolong rendah, hal ini diduga kawasan hutan tersebut kurang terkelola dengan baik . danya tebanga. Tabel 3. Perbandingan kerapatan dan jumlah jenis pohon dengan diameter Ou 10 cm pada lokasi penelitian dan lokasi lain Lokasi Hutan Bukit Datuk. Dumai Desa Mekar Makmur. TNGL Aek Nangali. Batang Gadis Sekundur. TNGL DPL Plot Kerapatan Jumlah Empat jenis utama . (H. (N/h. Garcinia dioca L. Shorea acuminate Dyer. Ochanostachys amentaceae Mast. Gironniera subaequalisPlanch. 237,6 1 Cleistanthus sp. Shorea sp. Melicope glabra (Blum. Hortley Shorea multiflora (Bur. Symington Shorea gibbosa Brandis Santiria laevigata Blume Hopea beccarianaBurck. Shorea parvifolia Dyer. Shorea kunstleri King. Eugenia acutangulum L. Cinnamomum iners Reinw. Pentace polyantha Hassk. Sumber Penelitian . Samsoedin dan Heriyanto, . Kartawinata et Priatnaet al. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . Lokasi Seturan Malinau. Kaltim ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 DPL Plot Kerapatan Jumlah Empat jenis utama . (H. (N/h. Shorea laevis Ridl. Pholidocarpus majadum Becc. Diospyros borneensis Hern. Eusideroxylon zwageri Teijsm. & Binn. Sumber Kartawinata et , . Struktur Tegakan dan Regenerasi Struktur tegakan hutan adalah sebaran individu tumbuhan dalam lapisan tajuk dan dapat diartikan sebaran pohon per satuan luas dalam berbagai kelas diameternya (Istomo dan Pradiastoro, 2. Struktur tegakan pohon dalam plot penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4. Pada Gambar 4, terlihat bahwa kawasan ini terdapat tiga strata tajuk yaitu jenis pohon dengan tinggi antara 10m - <20m, 20m - <30m dan >30m. Jenis pohon yang mendominir tinggi >30m yaitu para (Ochanostachys amentaceae Mast. ), meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. ), dan kempas (Koompassia excels Taub. ), jenis pohon dengan tinggi antara 20m - <30 m didominasi oleh keruing (Dipterocarpus gracilis Blume, jelutung (Dyerapolyphylla Back. ) dan balam (Artocarpus integer Merr. ), sedangkan jenis pohon yang memiliki tinggi <20 m didominasi oleh terap (Artocarpus elasticus Reinw. ), meranti bunga (Shorea acuminate Dyer. ) dan undal (Gironniera subaequalis Planch. Gambar 4. Profil tegakan hutan di lokasi penelitian berdasarkan tinggi dan diameter. Struktur tegakan hutan bekas tebangan tidak selalu sama walaupun ditempat yang sama, hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan kemampuan pohon dalam memanfaatkan sinar matahari, unsur hara tanaman dan air, serta kompetisi antar tanaman. Oleh karena itu susunan pohon di dalam tegakan hutan akan membentuk sebaran kelas diameter yang berbeda-beda (Samsoedin et al 2. Sebaran kelas diameter di lokasi penelitian disajikan pada Gambar 5. Berdasarkan Gambar 5 dapat menunjukan bahwa struktur tegakan hutan di lokasi penelitian bahwa semakin berkurang dari kelas diameter kecil ke kelas diameter besar, sehingga bentuk kurva pada umumnya dicirikan oleh jumlah sebaran yang menyerupai AuJAy Karena hampir semua struktur tegakan hutan di lokasi penelitian menunjukkan karakteristik yang demikian maka dapat dikatakan hutan tersebut masih normal (Muhdi et al Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Gambar 5. Struktur tegakan pohon berdasarkan hubungan antara kelas diameter dengan jumlah pohon di lokasi penelitian. Regenerasi merupakan fenomena alam dimana pohon yang muda akan menggantikan pohon dewasa karena sesuatu sebab, misalnya ditebang, terbakar, tumbang . encana ala. atau mati secara fisiologis. Adapun regenerasi jenis tumbuhan yang lengkap . da di setiap strata: pohon, pancang dan sema. , disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis pohon dengan regenerasi lengkap di lokasi penelitian No. Nama daerah Terap Terentang Keterung Manggis hutan Undal Selumar Kelatputih Kempas Meranti bakau Meranti bunga Nama botani Artocarpus elasticus Reinw. Canarium littorale Blume Garcinia dioca L. Garcinia sp. Gironniera subaequalis Planch. Glochidion sp. Hopea mengarawan Miq. Koompassia excelsa Taub. Santiria laevigata Blume Shorea acuminata Dyer. Semai 5,72 5,72 13,17 5,72 20,62 47,10 24,62 43,52 5,72 7,45 INP (%) Belta 8,79 24,79 14,60 4,55 42,51 8,06 73,71 12,72 10,55 35,24 Pohon 13,04 15,63 39,67 4,30 30,39 4,13 17,79 5,78 5,47 26,35 Sumber : Data Primer . Pada Tabel 4, dapat dikemukakan bahwa jenis yang mendominasi regenerasi lengkapA ada pada setiap tingkat semai, pancang dan pohon. Untuk tingkat pohon didominasi oleh keterung (Garcinia dioca L. ), undal (Gironniera subaequalis Planch. ) dan meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. Tingkat pancang: kelat putih (Hopea mengarawan Miq. ), undal (Gironniera subaequalis Planch. ) dan meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. ), selanjutnya tingkat semai jenis selumar (Glochidion sp. ) dengan INP 47,10%, kempas (Koompassia excelsa Taub. ) INP 43,52% dan kelat putih (Hopea mengarawan Miq. ) INP 24,62%. Regenerasi lengkap yaitu dalam satu lokasi terdapat semua tingkat pertumbuhan vegetasi mulai dari anakan/semai, pancang dan pohon yang tersebar relatif merata. hal ini menandakan bahwa jenis tersebut dapat berkembang dengan baik (Mansur et al 2011. Mansur dan Kartawinata 2. Fauna Hutan Bukit Datuk Berdasarkan analisis luas areal berhutan di kompleks Bukit Datuk sekitar 57 ha. Sebagian dari areal hutan telah dipagar kawat yang membatasi hutan dengan jalan dan kompleks Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Informasi yang diterima dari manajemen Enviro pernah ditemukan beruang (Helarctos malayanu. , berada di areal perumahan sekitar areal berhutan. Info lain menyebutkan bahwa populasi ular kobra (Naja sumatran. dan ular sawah (Malayopython reticulatu. cukup Hal ini dimungkinkan karena sebagian hutan terdiri dari rawa atau lahan basah dengan tumbuhan semak, paku-pakuan dan jenis hutan sekunder. Fauna yang mudah teramati adalah jenis-jenis burung dengan habitat di kanopi pohon. Rapatnya kanopi . hutan dengan ketinggian 15-20 m dalam waktu singkat relatif sulit untuk mengenali jenis burung berdasarkan morfologi . arna bulu, bentuk paruh dan lainlai. Dari pengamatan, keberadaan jenis dan populasi burung di areal hutan Bukit Datuk dapat menjadi obyek wisata (Bird Wachin. dan obyek pendidikan. Jenis dan frekuensi perjumpaan burung disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Jenis dan frekuensi perjumpaan burung di areal hutan Bukit Datuk No. Jenis Jumlah **) Frekuensi perjumpaan (%) Pycnonotus goiavier 4-2-2-2-1-1-2-2 10,96 Dicrurus paradiseus 2,74 Dicrurus aenea 1,37 Pycnonotus tympanistrigus 1-1-1-1-1 6,85 Arachnotera longirosta 1,37 Geopelia striata 2-1-1-1 5,48 Streptopelia chinensis 1-1-1 4,11 Copsychus saularis 1,37 Corvus enca 3-1-1-1 5,48 Nectarimia jugularis 1,37 Muscicapa ferrugiea 2,74 Stachyris chrysae 2,74 Naphohiera macrodactyla 1,37 Setornis criniger 1,37 Phylloscopis trivirgatus 1,37 Anthresep malacensis 1,37 Anthresep simplex 1-1-1 4,11 Zosterop schlosis 1,37 Gracula religion 3-1-1-2-8 6,85 Ixos malaccensis 1-1-1 4,11 Buceros rhinoceros 2,74 Anthracoceros malayanus 2,74 Centropus bengalensis 1-1-1 4,11 Accipiter badius 1,37 Cypsiurus balasiensis 2,74 Hirundo ristica 1,37 Aerodramus maximus 1,37 Aegithina tiphia 2-1-2 4,11 Phaenicophaeus chlorophaeus 2,74 Psittacula longicaude 1,37 Garrulax mitratus 1,37 Coturnix chinensis 1,37 Passer montanus 2-3-5-2 5,48 *). Nomor identifikasi berdasarkan (Mac Kinnon et al. , 2. **). Jumlah teramati dalam titik pengamatan Keterangan: 2-3-5-2 artinya pada salah satu titik pengamatan . dijumpai 2 ekor burung, . 3 ekor burung, . 5 ekor burung dan titik pengamatan lain . dijumpai 2 ekor burung. Sumber: Data Primer . Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Habitat hutan Bukit Datuk mewakili areal semak belukar hutan sekunder, hutan rawa sekunder dan hutan primer terganggu. Jenis-jenis burung juga mewakili burung yang berhabitat di hutan tersebut. Semak belukar hanya sebagian kecil dari habitat hutan dan areal ini menunjukkan adanya efek tepi terhadap jenis-jenis burung. Keberadaan burung dengan habitat hutan didukung oleh tegakan pohon dengan tinggi di atas 30 m . pohon/h. untuk tempat bersarang atau untuk istirahat dengan pola tajuk pohon . RouxAos Model dan MarsartAos Model dimana tajuk dan percabangan mendukung untuk istirahat satwa. Dengan variasi habitat, kerapatan pohon dan tinggi pohon di estimasi kerapatan burung . eridentifikasi 33 jeni. per hektar adalah 69,3 individu/ha. Jumlah ini didasarkan pada jumlah individu dan frekuensi perjumpaan burung pada 10 titik pengamatan dengan radius 25 m. Dengan terbatasnya waktu pengamatan, jumlah jenis burung yang dapat teramati relatif cukup. Di beberapa tempat hutan kota di Riau jenis burung yang ditemukan 45-64 jenis di Tahura Sultan Syarief Kasim dengan luas 5. 920 ha teridentifikasi 64 jenis burung dalam 6 bulan pengamatan (Yoza 2. Penelitian Anggriana et al 2018. bahwa populasi jenis burung kuntul besar di Lampung Mangrove Center cukup tinggi yaitu sebesar12-13 ekor/ha. Di lokasi hutan Bukit Datuk yang menjadi indikasi kualitas hutan yang cukup baik masih ditemukannya burung rangkong (Buceros rhinocero. dan dapat melakukan aktifitas sosial dan reproduksi. Keragaman jenis untuk lokasi seluas 57 ha sejumlah 33 jenis cukup baik. Frekuensi pengamatan untuk jenis satu kali pengamatan adalah 45,5%, pengamatan dua kali untuk satu jenis 21,2% dan pengamatan sejumlah tiga kali untuk satu jenis 15,2% dalam 5 hari Keragaman jenis burung yang cukup tinggi ini secara ekologis habitatnya didukung oleh kerapatan pohon dengan tinggi 10-15 m dengan kerapatan pohon dominan 142 per ha dengan luas bidang dasar 6,58 m2/ha. Keragaman jenis tumbuhan habitat yang disukai burung ditandai dengan keberadaan jenis pohon Baccaurea racemosa Muell. Arg. Garcinia dioca L. Aglaia tomentosa Teijm. , dan jenis Ficus. Selain itu juga terdapat Macaranga. Arthocarpus dan Oncosperma sp. yang menjadi sumber pakan burung (Partasasmita 2. Keberadaan Shorea. Hopea dan Dipterocarpus (Dipterocarpacea. , mendukung tempat bersarang atau untuk istirahat burung rangkong (Buceros rhinocero. dan burung elang laut (Haliaeetus leucogaster ) bahkan sebagai tempat rangkong berproses reproduksi (Subiandono et al 2010. Misna et al 2. Keragaman burung juga didukung oleh keragaman habitat yaitu: habitat tepi, hutan sekunder, semak, hutan dataran rendah dan hutan rawa, areal berhutan, berdampingan dengan semak belukar dan daerah tepi jalan. Keragaman jenis burung tidak berbeda dengan di lokasi Tahura Sultan Syarief Khasim masing-masing 2,36, 2,34 dan 2,28 (Yoza 2. Sedangkan penelitian Anugrah et al 2017. hutan lindung register 25 Pematang Tanggang Kabupaten Tanggamus Lampung, menyatakan bahwa keragaman jenis burung sebesar 2,88 termasuk kategori sedang dan indeks kemerataan 0,80 dengan jumlah jenis sebanyak 37. Daerah hutan Bukit Datuk yang relatif kecil sebaran jenis cukup merata, walaupun frekuensi perjumpaan berbeda yaitu antara 1,37 Ae 10,96%. Perbandingan indeks komunitas burung beberapa hutan kota di Pekan Baru dan Dumai disajikan pada Tabel 6 (Hadinoto et al 2. Tabel 6. Indeks komunitas burung di beberapa daerah Lokasi Arboretum Hutan kota Diponegoro Arboretum BDK Hutan Pertamina Unilak Pekanbaru Pekanbaru Pekanbaru Dumai *) Jumlah jenis Indeks keragaman jenis 3,23 2,06 2,72 2,63 Indeks kemerataan jenis 0,85 0,64 0,80 0,75 Indeks kekayaan jenis 7,29 4,29 6,27 6,52 Parameter *). Hasil pengamatan Juli 2016 Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Januari2019 . ISSN . ISSN . SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian di kawasan hutan Pertamina Bukit Datuk Dumai. Riau, pada plot seluas 1 ha tercatat 32 jenis pohon berdiameter Ou 10 cm dan berjumlah 354 pohon, tergolong dalam 22 suku dimana suku yang mempunyai jenis terbanyak adalah Dipterocarpaceae. Jenis yang mendominasi tegakan berturut-turut adalah keterung (Garcinia dioca L. ) INP=39,67%, undal (Gironniera subaequalis Planch. ) INP=30,39% dan para (Ochanostachys amentaceae Mast. ) INP=30,26%. Jenis yang mendominasi regenerasi lengkap, tingkat pohon didominir oleh keterung (Garcinia dioca L. ), undal (Gironniera subaequalis Planch. ) dan meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. Tingkat pancang: kelat putih (Hopea mengarawan Miq. ), undal (Gironniera subaequalis Planch. ) dan meranti bunga (Shorea acuminata Dyer. ), selanjutnya tingkat semai selumar (Glochidion sp. ), kempas (Koompassia excelsa Taub. ) dan kelat putih (Hopea mengarawan Miq. Jumlah jenis burung ditemukan 33 dengan indeks keragaman 2,63, indeks kemerataan jenis 0,75 dan indeks kekayaan jenis sebesar 6,52. Ditemukan jenis burung rangkong yang menjadi salah satu ciri atau indikator hutan yang masih baik. DAFTAR PUSTAKA