JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X Pelatihan Pendidikan Multikultural Berbasis Literasi Digital untuk Penguatan Kebhinekaan Global Bagi Guru MGMP PKn DKI Jakarta Muhammad Japar. Nadiroh. Ade Dwi Utami. Siti Muyaroah. Hermanto. Fitriyani. Minhatul MaAoarif. Pendidikan Kewarganegaraan / Universitas Negeri Jakarta . Pendidikan Lingkungan Hidup / Universitas Negeri Jakarta . Pendidikan Anak Usia Dini / Universitas Negeri Jakarta . Teknologi Pendidikan / Universitas Baturaja . Pendidikan Guru MI / Institut Pembina Rohani Islam Jakarta . Pendidikan Guru Sekolah Dasar / STKIP Kusuma Negara . Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini / Universitas Bina Bangsa Jl. Rawamangun Muka. Jakarta Timur 13220 *Email Penulis Koresponden: mjapar@unj. Received: 11/06/25. Revised: 05/08/25. Accepted: 18/08/25 Abstrak Abad ke-21 ditandai dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Perubahan ini menuntut peningkatan literasi digital sekaligus penguatan nilai-nilai multikultural dalam proses pembelajaran guna mempersiapkan peserta didik menjadi warga global yang toleran, kritis, dan Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pelatihan pendidikan multikultural berbasis literasi digital yang ditujukan untuk memperkuat kebhinekaan global di kalangan guru. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dengan melibatkan guru-guru MGMP PKN DKI Jakarta sebagai mitra utama, melalui enam tahapan utama: pengembangan media digital. Focus Group Discussion (FGD), pelatihan intensif, implementasi model pembelajaran, monitoring dan evaluasi, serta penyusunan laporan akhir. Hasil evaluasi kuantitatif menunjukkan adanya peningkatan signifikan kompetensi peserta, dengan nilai rata-rata pretest sebesar 55,60 yang meningkat menjadi 96,40 pada posttest. Sehingga persentase kenaikan nilai sebesar 73,38%. Uji-t menunjukkan perbedaan yang signifikan secara statistik . < 0,. , yang menandakan efektivitas pelatihan baik secara empiris maupun substantif. Secara konseptual, pendekatan ini didasarkan pada teori konstruktivisme sosial, prinsip andragogi, dan pendidikan kritis yang menekankan partisipasi aktif, refleksi kritis, serta pembelajaran kontekstual. Selain peningkatan pemahaman dan keterampilan guru dalam merancang pembelajaran multikultural berbasis digital, program ini juga mendorong kolaborasi melalui platform digital Multilidi, serta internalisasi nilai toleransi dan penghargaan terhadap keberagaman. Temuan ini menunjukkan bahwa integrasi literasi digital dan pendidikan multikultural merupakan strategi yang efektif, inovatif, dan berkelanjutan dalam membangun kebhinekaan global di lingkungan sekolah, khususnya dalam konteks pendidikan abad Kata kunci: Literasi Digital. Pendidikan Multikultural. Kebhinekaan Global. Pelatihan Guru. Pengabdian Masyarakat Abstract The 21st century is characterized by rapid developments in information and communication technology that profoundly affect various aspects of life, including the field of education. These changes necessitate not only the enhancement of digital literacy but also the strengthening of JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X multicultural values within learning processes to prepare students to become tolerant, critical, and adaptive global citizens. This article aims to describe the outcomes of a multicultural education training program based on digital literacy, designed to reinforce global diversity awareness among This community service activity was implemented in collaboration with the MGMP PKn in DKI Jakarta, involving six main stages: digital media development. Focus Group Discussions, intensive training, instructional model implementation, monitoring and evaluation, and final Quantitative evaluation results demonstrate a significant increase in participantsAo competencies, as reflected by the rise in the average pretest score from 55. 60 to 96. 40 in the posttest. A t-test revealed a statistically significant difference . < 0. , indicating the effectiveness of the training both empirically and substantively. Conceptually, this approach is grounded in social constructivism theory, principles of andragogy, and critical pedagogy, emphasizing active participation, critical reflection, and contextual learning. Beyond improving teachersAo conceptual understanding and skills in designing multicultural, digitally based instruction, the program also fosters digital collaboration through the Multilidi platform and facilitates the internalization of values of tolerance and respect for diversity. These findings suggest that integrating digital literacy with multicultural education constitutes an effective, innovative, and sustainable strategy for promoting global diversity awareness within school environments, particularly in the context of 21st-century education. Keywords: Digital Literacy. Multicultural Education. Global Diversity. Teacher Training. Community Engagement PENDAHULUAN Fenomena abad 21 yang ditandai dengan kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi dibutuhkan keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik. Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik tersebut adalah kemampuan digital literasi (Isabella et al. Literasi digital bukan hanya sekadar keterampilan membaca dan menulis, akan tetapi mencakup banyak aspek keterampilan lainnya, diantaranya kemampuan untuk menggunakan, memahami, mengevaluasi, dan menganalisis informasi dalam berbagai bentuk pada sumber digital (Sujana & Rachmatin, 2019 . Benaziria, 2. Oleh karena demikian, literasi digital dalam pendidikan multikultural dapat dipahami sebagai kemampuan kognitif dan teknis yang kritis, serta kemampuan menganalisis secara mendalam tentang bagaimana mendapatkan, mencari, menggunakan, membuat, dan mengkomunikasikan informasi yang berbasis teknologi (Anton & Trisoni, 2. Apakah informasi tersebut mengandung unsur kebohongan, kekerasan, diskriminasi, serta perbedaan antar suku dan golongan (Primasari et al. , 2024. Saputra et al. Pendidikan multikultural merupakan ide, gerakan pembaharuan pendidikan, dan proses pendidikan dengan tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur dan sistem dalam lembaga pendidikan agar peserta didik laki-laki dan perempuan, peserta didik berkebutuhan khusus, dan peserta didik dari kelompok anggota ras, etnis, serta budaya yang bermacam-macam memiliki kesempatan yang sama di dalam mencapai prestasi akademik pada satuan pendidikan atau sekolah (Banks, 2006. Budiman, 2017. Saputra et al. , 2. Literasi digital berbasis pendidikan multikultural di sekolah bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang adanya keterbukaan tentang perbedaan, bagaimana cara menyikapinya, serta bagaimana mencari solusi terbaik yang muaranya terhadap bagaimana peserta didik bersikap toleransi terhadap sesama anak bangsa, serta dapat berfikir kritis dan inovasi agar dapat mewujudkan peserta didik yang memiliki kebhinekaan global (Sefton-Green et al. , 2. Sikap kebhinekaan global adalah sikap yang diharapkan dapat menunjukkan karakter dan kompetensi yang diharapkan dapat diraih oleh peserta didik (Mery et al. , 2. Selain itu, kebhinekaan global juga untuk memperkuat peserta didik dengan nilai-nilai luhur Pancasila (Kahfi, 2. Kebinekaan global melibatkan beberapa elemen kunci yang memainkan peran JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X penting dalam mempromosikan penghormatan terhadap keragaman budaya, agama, dan pandangan dunia di skala global. Kunci elemen kebhinekaan global yaitu: . toleransi, . penghormatan terhadap hak asasi manusia, . pemahaman antarbudaya, . dialog antar budaya, . pendidikan tentang kebhinekaan, . kolaborasi lintas budaya, . pemberdayaan masyarakat lokal, . penolakan diskriminasi, . kerjasama global dalam pemecahan masalah, . kesadaran akan keterhubungan manusia, . promosi perdamaian dan harmoni, . pengakuan terhadap identitas individu dan kelompok. Dua belas elemen tersebut menunjukkan bahwa kebhinekaan global tidak hanya fokus pada kemampuan kognitif peserta didik, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia (Koesoema & Sabri, 2. Guru-guru yang tergabung dalam MGMP PKn tingkat SMP di DKI Jakarta menjadi mitra utama dalam kegiatan pengabdian ini. Mereka menghadapi berbagai tantangan, seperti masih berbedanya kemampuan dalam menggunakan teknologi digital, terutama dalam menghubungkannya dengan isu-isu penting seperti toleransi, keberagaman, dan penyebaran hoaks di media sosial. Banyak guru yang sudah menggunakan teknologi seperti Zoom atau Google Form, tetapi belum mampu mengevaluasi konten digital secara kritis atau mengaitkannya dengan nilai-nilai Pancasila. Selain itu, keterbatasan sarana di sekolah-sekolah pinggiran, belum adanya panduan resmi tentang literasi digital, dan pelatihan yang belum berkelanjutan semakin memperkuat tantangan tersebut. Akibatnya, upaya untuk memperkuat kebhinekaan global di lingkungan sekolah belum berjalan maksimal. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk membantu guru memahami dan menerapkan model pembelajaran yang menggabungkan literasi digital dengan pendidikan multikultural agar bisa menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai perbedaan pada siswa. Kegiatan ini juga mendukung program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan capaian kinerja perguruan tinggi, seperti keterlibatan dosen di luar kampus dan penggunaan hasil karya dosen oleh Salah satu hasil dari program ini adalah pengembangan website AuMultilidiAy yang bisa menjadi tempat bagi guru untuk saling berbagi informasi, materi, serta praktik baik Kegiatan ini didasarkan pada teori belajar sosial (Vygotsk. , yang menekankan pentingnya interaksi dalam belajar, serta teori pendidikan multikultural (Bank. , yang mendorong penerimaan dan penghargaan terhadap keberagaman dalam pendidikan. METODE PELAKSANAAN PENGABDIAN Program Pengabdian kepada Masyarakat ini mengambil skema kolaboratif dengan mitra utama yaitu Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Pendidikan Kewarganegaraan (PK. DKI Jakarta. Mitra ini dikategorikan sebagai kelompok masyarakat non-produktif secara ekonomi namun memiliki peran strategis dalam sektor pendidikan, khususnya dalam membentuk karakter generasi muda. Program dirancang untuk memperkuat kompetensi guru dalam menerapkan model pendidikan multikultural berbasis literasi digital guna menumbuhkan kebhinekaan global di lingkungan sekolah. Rangkaian kegiatan pengabdian ini dilaksanakan secara terstruktur dan terdiri dari enam tahap utama, yaitu persiapan media. FGD, pelatihan, implementasi, monitoring dan evaluasi, serta pelaporan dan evaluasi akhir. Tahapan kegiatan pengabdian terlihat dalam Gambar 1 berikut ini: JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X Gambar 1. Tahapan Kegiatan Pengabdian Uraian kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat ini yaitu: Pada tahap persiapan media yang dilakukan yakni penyempurnaan website Multilidi yang akan menjadi platform digital pendukung implementasi model pendidikan multikultural. Website ini dirancang sebagai ruang kolaboratif antarguru untuk berbagi media ajar, refleksi praktik baik, serta diskusi daring seputar penguatan nilai kebhinekaan global. Penyempurnaan meliputi pengembangan fitur pembelajaran tematik, integrasi konten nilai-nilai multikultural, dan peningkatan antarmuka pengguna yang ramah guru. Website ini merupakan komponen penting dalam strategi digitalisasi pembelajaran yang terintegrasi dalam pendekatan pedagogi yang partisipatif dan reflektif. Tahap selanjutnya yaitu dilaksanakannya Focus Group Discussion (FGD) yang bertujuan untuk merancang kegiatan secara partisipatif. Pada FGD, panitia pelatihan dibentuk dengan melibatkan perwakilan mitra secara aktif. Kegiatan ini juga mencakup penyusunan teknis pelaksanaan pelatihan, termasuk pemilihan narasumber, perumusan materi, dan penjadwalan sesi. Pendekatan partisipatif dalam perencanaan menjamin bahwa program disesuaikan dengan kebutuhan nyata mitra dan meningkatkan rasa memiliki terhadap Tahap ketiga adalah kegiatan inti yaitu dilaksanakannya pelatihan pada bulan Mei 2025. Terdapat tiga sesi utama dalam pelatihan ini. Sesi pertama diisi dengan penyampaian materi oleh narasumber ahli mengenai model pendidikan multikultural berbasis literasi digital serta urgensinya dalam penguatan kebhinekaan global. Materi disusun berbasis teori pendidikan progresif, konstruktivisme sosial, dan pedagogi kritis. Sesi kedua difokuskan pada pengarahan teknis kepada mitra dalam mengimplementasikan model tersebut secara kontekstual di lingkungan sekolah masing-masing. Sesi ketiga memperkenalkan secara praktis penggunaan website Multilidi sebagai sarana pembelajaran kolaboratif dan distribusi sumber ajar. Sesi ini bertujuan memperkuat literasi digital guru agar mampu mengintegrasikan nilai-nilai multikultural dalam media Tahap selanjutnya yaitu tahapan implementasi, tahap ini mitra mulai menerapkan hasil pelatihan secara langsung di sekolah. Guru-guru yang telah mengikuti pelatihan melaksanakan pembelajaran berbasis nilai-nilai kebhinekaan menggunakan pendekatan JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X multikultural dan memanfaatkan platform Multilidi sebagai alat bantu. Aktivitas ini mencakup pengembangan proyek belajar siswa, refleksi kelas, dan kolaborasi lintas Implementasi ini menjadi indikator awal keberhasilan program dalam mengubah praktik pembelajaran menjadi lebih inklusif dan adaptif terhadap keberagaman. Tahap kelima yaitu tahap monitoring dan evaluasi lapangan dilaksanakan semester pertama pada tahun 2025. Tim pelaksana melakukan kunjungan langsung ke sekolah mitra untuk mengamati proses pembelajaran, melakukan wawancara dengan guru, dan menyebarkan kuesioner evaluatif. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menilai sejauh mana pemahaman dan keterampilan guru meningkat setelah pelatihan, serta bagaimana nilainilai kebhinekaan mulai diinternalisasi dalam proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan pendekatan triangulasi data untuk menjamin keandalan hasil, melibatkan metode observasi langsung, kuesioner terstruktur, dan wawancara mendalam. Tahap akhir dari rangkaian kegiatan ini adalah pelaporan dan evaluasi keseluruhan Panitia yang dibentuk dari mitra menyusun laporan pelaksanaan kegiatan, sementara mitra secara mandiri menyusun laporan implementasi program di sekolah masing-masing. Evaluasi menyeluruh dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan, tantangan, dan area perbaikan dari pelaksanaan program. Kegiatan ini juga menjadi forum reflektif untuk merumuskan strategi keberlanjutan program dalam jangka panjang. Partisipasi mitra dalam program ini bersifat aktif dan multi-peran. Pertama, guru-guru MGMP PKn DKI Jakarta berperan sebagai peserta aktif dalam pelatihan dan pelaksana implementasi di sekolah. Kedua, sebagian mitra berperan sebagai panitia yang terlibat dalam perencanaan dan logistik kegiatan, memperkuat model kolaborasi institusional. Ketiga, mitra bertindak sebagai pelaksana implementasi model pendidikan multikultural, mengadaptasi materi dan metode yang telah diperoleh ke dalam konteks kelas. Keempat, mitra juga dilibatkan sebagai evaluator untuk memberikan umpan balik terhadap efektivitas pelatihan dan penerapan model, memastikan bahwa evaluasi tidak hanya datang dari eksternal tetapi juga dari pelaku langsung di lapangan. Evaluasi pelaksanaan program dirancang secara komprehensif untuk menilai efektivitas program serta dampaknya terhadap peningkatan kebhinekaan global. Instrumen yang digunakan mencakup observasi praktik pembelajaran, wawancara semi-struktural, dan kuesioner kepada para peserta. Analisis difokuskan pada sejauh mana peningkatan pemahaman, sikap, dan keterampilan peserta dalam menerapkan pendidikan multikultural berbasis literasi digital. Evaluasi juga mencakup sejauh mana perubahan perilaku dan pola interaksi peserta didik di kelas yang mencerminkan nilai-nilai kebhinekaan. Aspek keberlanjutan program mendapat perhatian serius. Salah satu strategi utama adalah penerapan berkelanjutan model pembelajaran multikultural di sekolah mitra pasca-kegiatan. Buku interaktif yang disusun selama program dan website Multilidi akan digunakan sebagai sumber referensi dan platform kolaborasi jangka panjang. Dengan demikian, keberlanjutan tidak hanya dijaga melalui mekanisme formal, tetapi juga melalui pemberdayaan mitra secara substansial agar mampu melanjutkan transformasi pendidikan secara mandiri dan kontekstual. Program ini diharapkan menjadi model intervensi pendidikan yang transformatif dan replikatif dalam mendukung penguatan kebhinekaan global melalui integrasi teknologi dan nilai-nilai HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Pelatihan ini dilaksanakan sebagai bagian dari program Pengabdian kepada Masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan multikultural melalui pendekatan literasi digital. JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X Sebanyak 25 guru dari berbagai jenjang pendidikan berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Mereka berasal dari latar belakang sekolah dan pengalaman mengajar yang berbeda-beda, yang memperkaya proses interaksi selama pelatihan berlangsung. Proses pelatihan dapat dilihat dari Gambar 2 berikut ini: Gambar 2. Proses Pelatihan Model Pendidikan Multikultural Berbasis Literasi Digital. Evaluasi terhadap keberhasilan pelatihan dilakukan melalui pemberian pretest dan Instrumen yang digunakan berisi soal-soal yang mengukur pengetahuan peserta tentang konsep pendidikan multikultural, strategi pengajarannya, serta kemampuan menggunakan teknologi digital sebagai sarana untuk mengintegrasikan nilai-nilai keberagaman dalam Berikut terlihat pada Gambar 3 adalah proses implementasi model pendidikan multikultural berbasis literasi digital di sekolah. Gambar 3. Implementasi Model Pendidikan Multikultural Berbasis Literasi JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X Evaluasi dirancang untuk melihat secara kuantitatif perubahan tingkat pemahaman peserta sebelum dan sesudah pembelajaran. Evaluasi dilakukan dengan memberikan tes kepada siswa dengan menggunakan soal pilihan ganda. Untuk mengetahui efektivitas model, dilakukan perhitungan uji-t dengan menggunakan SPSS. Berikut adalah kisi-kisi soal yang digunakan baik untuk pre-test maupun post-test: Tabel 1. Kisi-kisi Soal Tes Indikator Kompetensi Materi Pokok No. Menerapkan nilai-nilai multikultural dalam kehidupan sehari-hari Mengidentifikasi bentuk keberagaman budaya dalam media digital Menggunakan media digital untuk mencari informasi multikultural Menganalisis sikap yang bertentangan dengan nilai multikultural Menganalisis peran media digital dalam penyebaran nilai multikultural Mengevaluasi sikap terhadap keberagaman budaya dalam dunia maya Mengevaluasi informasi digital yang berpotensi memecah persatuan Nilai-nilai Keberagaman budaya dalam media digital Literasi digital Intoleransi & Media digital & Etika digital dalam Literasi kritis terhadap informasi Bentuk Soal Nomor Soal 1, 2 3, 4 5, 6 7, 8 9, 10 11, 12 13, 14, Untuk mengetahui perubahan kemampuan siswa, dilakukan perhitungan hasil tes dengan menghitung rata-rata nilai pretest dan posttest. Berikut adalah nilai rata-rata hasil pre test dan post test terlihat pada Tabel 2: Tabel 2. Rata-rata Hasil Tes Paired Samples Statistics Pair 1 Mean Std. Deviation Std. Error Mean Posttest Pretest Pada Tabel 2 dapat kita lihat bahwa nilai rata-rata pretest peserta adalah 55,60, dengan standar deviasi sebesar 5,831. Hasil ini menunjukkan bahwa sebelum pelatihan, pemahaman peserta tentang materi masih berada pada tingkat sedang dan belum optimal. Hal ini dapat dimaklumi mengingat isu pendidikan multikultural dan kebhinekaan global belum banyak dibahas dalam kurikulum serta pelatihan guru di banyak sekolah. Setelah pelatihan, hasil posttest menunjukkan peningkatan yang signifikan. Rata-rata nilai meningkat menjadi 96,40 dengan standar deviasi sebesar 4,899. Ini menunjukkan bahwa hampir seluruh peserta mampu memahami dan menyerap materi pelatihan dengan baik. Selisih rata-rata skor antara pretest dan posttest mencapai 40,800 dengan rata-rata persentase kenaikan nilai sebesar 73,38% yang merupakan angka peningkatan yang sangat substansial. Untuk mengetahui apakah ada perubahan yang signifikan, maka dilakukan penghitungan uji-t dengan hasil yang terlihat pada Tabel 3 sebagai berikut: JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X Tabel 3. Hasil Uji-t Mean Pair 1 Posttest 40. Pretest Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Std. Std. Error Difference Deviation Mean Lower Upper Sig. Berdasarkan hasil analisis statistik uji-t pada Tabel 3 diatas menunjukkan nilai uji-t sebesar 26,864 dengan derajat kebebasan . = 24 dan nilai signifikansi (Sig. 2-taile. = 0,000. Karena nilai p < 0,05, maka perbedaan nilai antara pretest dan posttest adalah signifikan secara statistik. Hal ini berarti pelatihan yang dilaksanakan berhasil memberikan dampak yang nyata terhadap peningkatan pemahaman guru. Secara teoritis, data ini memperkuat efektivitas model pelatihan berbasis pengalaman dan partisipasi aktif. Konsep ini sejalan dengan teori konstruktivisme sosial dari Vygotsky . , yang menyatakan bahwa pembelajaran yang bermakna terjadi dalam konteks sosial melalui interaksi dan kolaborasi. Pelatihan ini memberi ruang bagi peserta untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan belajar dari konteks masing-masing. Hasil ini juga menunjukkan adanya pemerataan peningkatan skor antar peserta, yang tercermin dari standar deviasi posttest yang lebih rendah dibandingkan pretest. Hal ini menunjukkan bahwa pelatihan tidak hanya berhasil meningkatkan pemahaman individu secara umum, tetapi juga memperkecil kesenjangan pengetahuan antar peserta. Ini mendukung prinsip keadilan dalam pendidikan, sebagaimana diidealkan dalam pendekatan multikultural. Selain itu, hasil yang tinggi pada posttest menunjukkan bahwa media dan metode pelatihan sangat sesuai dengan karakteristik peserta dewasa. Hal ini mendukung prinsip andragogi dari Knowles . , bahwa orang dewasa belajar secara optimal ketika materi pembelajaran relevan dengan kebutuhan mereka, disampaikan secara praktis, dan memberi ruang refleksi terhadap pengalaman pribadi. Dengan hasil yang signifikan ini, pelatihan dapat dikatakan berhasil tidak hanya secara statistik, tetapi juga secara substantif. Guru-guru yang mengikuti kegiatan ini menunjukkan peningkatan dalam hal pemahaman, kesadaran kritis, serta keterampilan dalam menerapkan pendidikan multikultural melalui media digital secara efektif di kelas masing-masing. PEMBAHASAN Peningkatan signifikan skor posttest dibandingkan pretest mengindikasikan keberhasilan strategi pelatihan dalam membangun kompetensi guru terkait pendidikan multikultural dan literasi digital. Pendidikan multikultural merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan menanamkan nilai-nilai toleransi, saling menghormati, dan penerimaan terhadap keberagaman. Ketika dikombinasikan dengan literasi digital, pendekatan ini menjadi lebih relevan dalam konteks pendidikan abad ke-21 yang bersifat global dan digital. Pelatihan ini secara eksplisit dirancang untuk menjawab kebutuhan guru dalam menghadapi tantangan era globalisasi, di mana isu perbedaan budaya, agama, bahasa, dan nilai semakin kompleks dan sering muncul dalam konteks kelas. Oleh karena itu, integrasi pendidikan multikultural tidak dapat dilepaskan dari pendekatan yang kontekstual dan berbasis teknologi Hal ini sejalan dengan gagasan James A. Banks . , yang menyatakan bahwa pendidikan multikultural harus mencakup dimensi transformasi kurikulum dan pengembangan kompetensi guru. JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X Melalui pelatihan ini, guru tidak hanya memahami teori multikulturalisme, tetapi juga dibekali dengan kemampuan memproduksi media ajar digital yang mengandung nilai-nilai Proses pelatihan bersifat aktif, dialogis, dan reflektif. Ini konsisten dengan prinsipprinsip pendidikan progresif dari Freire . , yang menekankan bahwa pendidikan yang membebaskan harus memberdayakan peserta didik melalui dialog kritis dan pengalaman nyata. Teori andragogi dari Knowles . juga sangat relevan dalam konteks ini. Guru sebagai pembelajar dewasa memiliki kebutuhan belajar yang berbeda dibandingkan siswa. Mereka belajar paling efektif ketika pelatihan menyentuh kebutuhan profesional mereka, memberi ruang partisipasi aktif, dan terkait langsung dengan praktik sehari-hari di kelas. Metode pelatihan yang digunakan dalam kegiatan ini terbukti mendukung prinsip tersebut. Dari sisi literasi digital, pelatihan ini mendorong guru untuk memanfaatkan teknologi sebagai sarana pendidikan transformatif. Literasi digital tidak hanya bermakna sebagai kemampuan teknis menggunakan perangkat, tetapi juga mencakup kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan etis dalam menggunakan media digital untuk menyampaikan nilai-nilai keberagaman dan toleransi. Konsep ini didukung oleh UNESCO . dalam kerangka Global Citizenship Education. Penerapan pendidikan multikultural melalui media digital juga menjawab tantangan keterbatasan waktu dan ruang dalam proses pembelajaran. Guru yang terlatih dapat memanfaatkan video pembelajaran, infografik, dan platform digital lain untuk menjangkau peserta didik secara lebih luas, fleksibel, dan menarik. Dengan demikian, pelatihan ini berkontribusi dalam menciptakan pendidikan yang lebih inklusif dan adaptif terhadap perkembangan zaman. Secara pedagogis, peningkatan kompetensi guru dalam aspek multikultural dan digital akan berimplikasi langsung terhadap kualitas interaksi pembelajaran di kelas. Guru yang memahami pentingnya keberagaman dan mampu mengelolanya secara positif akan menciptakan lingkungan belajar yang aman, terbuka, dan menghargai setiap individu. Ini sangat penting dalam pembentukan karakter siswa di era masyarakat majemuk. Dalam kerangka kebijakan nasional, pelatihan ini mendukung agenda penguatan pendidikan karakter dan pengarusutamaan moderasi beragama di lingkungan pendidikan. Guru sebagai agen perubahan sosial . hange agen. perlu dibekali perspektif global serta alat bantu digital yang mendukung misi tersebut. Dengan pelatihan seperti ini, guru tidak hanya mengajar, tetapi juga mentransformasi nilai dan sikap peserta didik. Secara konseptual, hasil pelatihan ini membuktikan bahwa integrasi antara pendekatan multikultural dan literasi digital bukan hanya mungkin dilakukan, tetapi juga terbukti efektif. Model pelatihan ini dapat menjadi acuan bagi institusi pendidikan dan pemerintah dalam mengembangkan program penguatan kapasitas guru yang kontekstual dan berkelanjutan. Akhirnya, pembahasan ini menunjukkan bahwa keberhasilan pelatihan tidak hanya terletak pada peningkatan nilai tes semata, tetapi juga pada proses transformasi berpikir dan praktik peserta. Guru yang memiliki kesadaran multikultural dan melek digital adalah fondasi penting dalam membangun generasi yang berjiwa inklusif, toleran, dan siap hidup berdampingan dalam masyarakat global yang beragam KESIMPULAN Pelatihan pendidikan multikultural berbasis literasi digital yang dilaksanakan terbukti efektif dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan guru dalam mengintegrasikan nilainilai keberagaman dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan oleh peningkatan signifikan skor posttest dibandingkan pretest, serta hasil analisis statistik yang mengonfirmasi dampak positif pelatihan secara kuantitatif. Model pelatihan ini tidak hanya meningkatkan kompetensi individu, tetapi juga memperkecil kesenjangan antar peserta. Secara teoritis, pelatihan ini relevan dengan pendekatan konstruktivisme sosial, andragogi, serta pendidikan kritis, yang menekankan pentingnya interaksi, pengalaman, dan relevansi kontekstual dalam proses belajar. Pendekatan JURNAL ABDIMAS MANDIRI VOLUME 9 No. 2 AGUSTUS 2025 DOI : 10. 36982/jam. ISSN PRINT : 2598-4241 ISSN ONLINE : 2598-425X berbasis literasi digital juga memperluas cakupan dan efektivitas pembelajaran multikultural, menjawab tantangan zaman digital dan globalisasi. Dengan demikian, pelatihan ini tidak hanya berhasil membekali guru secara teknis dan konseptual, tetapi juga memperkuat peran mereka sebagai agen perubahan dalam membangun masyarakat yang inklusif dan toleran. Ke depan, model serupa dapat direplikasi dalam skala lebih luas sebagai strategi penguatan kebhinekaan global melalui Pendidikan. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih dapat diberikan kepada Universitas Negeri Jakarta yang telah memberikan dukungan finansial. MGMP PKn DKI Jakarta serta para guru PKn DKI Jakarta yang mendukung dan bekerjasama kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. DAFTAR PUSTAKA