Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) Vol. 5 No. 4 November 2021 Terakreditasi Peringkat 5 (No. SK: 85/M/KPT/2. e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 DOI: 10. 36312/jisip. 2384/http://ejournal. org/index. php/JISIP/index Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo Mohamad Madum STAI An-Nawawi Purworejo Article Info Article history: Received 29 September 2021 Publish 06 November 2021 Keywords: Education Islamic boarding schools Five basic principles of education Obedience attitude MTs An-Nawawi Info Artikel Article history: Diterima 29 September 2021 Publis 06 November 2021 Abstract An-Nawawi Islamic boarding school which has five basic educations, namely remembering the afterlife, improving ethics or manners, believing in one's own abilities, obedience, and facing These five basic principles of education are used to form cadres who are able to perceive their knowledge. Indeed, the students in the An-Nawawi Islamic boarding school must be able to carry out the five basic principles of education. However, considering that there are still many students as well as MTs students who have not been able to carry out these five principles, especially in terms of compliance. In this case, the focus of the research is whether Islamic boarding schools have implemented these five basic principles. And how to achieve the five principles of Islamic boarding school education in building the obedience attitude of MTs The method used in this study is a qualitative descriptive method and uses a normative In collecting data the researchers used interview, observation and document To test the validity of the data, the examiner uses the techniques of credibility, transferability, dependability, and confirmability. So it will be easier to analyze and get conclusions in accordance with the provisions. So that it can be concluded that the An-Nawawi Islamic boarding school in general has implemented the five basic principles of Islamic boarding school education in accordance with its provisions, while the achievements of the five basic principles of Islamic boarding school education to build student attitudes in Islamic boarding schools can be said to be good. Abstrak Pondok pesantren An-Nawawi yang mempunyai lima prinsip dasar pendidikan yaitu mengingat akhirat, peningkatan etika atau tata krama, percaya kepada kemampuan diri sendiri, ketaatan, dan tahan menghadapi cobaan. Lima prinsip dasar Pendidikan ini digunmakan untuk membentuk kader-kader yang mampu mempertanggungjawabkan keilmuannya. Sejatinya para santri yang ada di pondok pesantren An-Nawawi tentu harus betul-betul mampu menjalankan lima prinsip dasar pendidikan tersebut. Akan tetapi mengingat para santri sekaligus siswa MTs masih banyak yang belum bisa menjalankan lima prinsip tersebut terutama dalam hal ketaatan. Dalam hal ini fokus penelitiannya adalah apakah pondok pesantren telah menjalankan lima prinsip dasar tersebut. Serta bagaimana capaian lima prinsip pendidikan pondok pesantren dalam membangun sikap ketaatan siswa MTs. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif serta menggunakan pendekatan normative. Dalam pengumpulan datanya peneliti menggunakan tekhnik wawancara, observasi dan dokumen. Untuk menguji kabsahan data penguji mengunakan tekhnik credibility, transferability, dependability, dan confirmability. Sehingga akan lebih mudah dalam menganalisa serta mendapatkan kesimpulan yang sesuai dengan ketentuannya. Sehingga mendapatkan kesimpulan bahwa pondok pesantren An-Nawawi pada umumnya telah melaksanakan lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren sesuai dengan ketentuannya, adapun capaian lima prinsip dasar pendidikan pondok untuk membangun sikap ketaatan siswa MTs di pesantren sudah dapat dikatakan baik. This is an open access article under the Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa 0 Internasional Corresponding Author: Mohamad Madum. STAI An-Nawawi Purworejo Email: mohamadmadum8@gmail. 964 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren AnNawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 PENDAHULUAN Dalam memaksimalkan proses pendidikan beberapa langkah yang ditempuh pondok pesantren An-Nawawi adalah dengan memperkuat dasar-dasar pendidikan pesantren yang mengacu kepada lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren sebagaimana dicanangkan oleh KH. Nawawi. Prinsip pertama, mengingat akhirat. Kedua, peningkatan etika atau tata krama dan mengembangkan semangat Ketiga, percaya kepada kemampuan diri sendiri. Keempat, ketaatan. Kelima, tahan menghadapi cobaan. Nilai dari lima prinsip tersebut di terapkan dalam madrasah diniyyah An-Nawawi yang diselenggarakan setelah belajar mengajar di waktu pagi. Artinya, berdasarkan lima prinsip tersebut dan melalui proses pendidikan yang diselenggarakan melalui madrasah dengan kurikulum tersendiri pondok pesantren An-Nawawi membentuk kepribadian para santri. Status santri yang menjalani dua proses pendidikan yaitu pendidikan formal dalam sekolah dan non formal dalam madrasah diniyyah yang diselenggarakan pondok pesantren tentunya akan saling Bagaimana pengaruh pendidikan formal dalam pesantren atau sebaliknya. Namun demikian yang menarik dalam kajian yang akan dilaksanakan penulis adalah tentang bagaimana penerapan lima prinsip dasar pendidikan pesantren tersebut dan implikasinya dalam membentuk ketaatan santri yang sekaligus menjadi siswa Mts An-Nawawi 01 Berjan. Purworejo. Lima prinsip yang selalu dipegang pondok pesantren An-Nawawi dalam mengatur aktifitas santri apabila diterapkan akan membentuk karakter yang tanggungjawab dan disiplin. Namun dalam prakteknya masih ada beberapa santri yang kurang tertib seperti membolos sekolah, telat berangkat sekolah, perkelahian antar siswa, penyelewengan pembayaran dll. Seolah-olah hal tersebut telah menjadi budaya dan turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya sehingga diperlukan adanya tindakan khusus agar hal tersebut tidak terus berkelanjutan. Padahal ketika melihat lima prinsip tersebut serta diterapkan dengan maksimal akan membentuk karakter santri yang baik. Pondok Pesantren merupakan sebuah rangkaian dari dua kata yaitu pondok dan pesantren. Kata pondok berarti kamar, gubuk, rumah kecil yang digunakan dalam bahasa Indonesia dengan menekankan kesederhanaan tempatnya. Sedangkan kata pondok berasal dari bahasa arab AufundkAy yang mempunyai arti ruang tempat tidur, wisma atau hotel sederhana. Sesuai kebiasaanya pondok itu menjadi tempat penampungan yang sederhana bagi setiap pelajar yang mempunyai tempat asal jauh (Manfred Ziemek, 1. Seorang santri harus mengedepankan kehidupan akhirat. Dunia ataupun kehidupan dunia bukanlah suatu yang menjadi tujuan akhir, tetapi hanyalah sarana untuk mencapai tujuan akhir yaitu akhirat. Kehidupan di dunia pada hakikatnya hanyalah tempat persinggahan sementara (Tim PP. An-Nawawi, 2. Santri-santri yang terdidik menolong diri sendiri dapat menghadapi masa depan dengan penuh harapan, jalan hidup terbentang luas didepan mereka. Sebaliknya, santri-santri yang tidak percaya pada dirinya sendiri, dia senantiasa merasa was-was dan ragu-ragu, serta tidak akan mendapat kepercayaan dari masyarakat, sedang dia sendiri tidak percaya dirinya sendiri (Abd. Halim Soebahar, 2. Berdasarkan uraian di atas objek penelitian yang akan dilakukan adalah penerapan lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren dalam membentuk ketaatan santri yang sekaligus siswa Mts AnNawawi 01 Berjan Purworejo beserta indikasinya. Hal tersebut mengingat Mts An-Nawawi dan Pondok Pesantren An-Nawawi masih dalam satu naungan Yayasan An-Nawawi, seharusnya penerapan lima prinsip tersebut dapat terealisasi secara maksimal. Adapun tujuan penelitian ini, pertama adalah untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo?. Kedua, bagaimana capaian lima prinsip dasar pendidikan pondok untuk membangun sikap ketaatan siswa MTs di pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo?. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti disini yaitu penelitian lapangan . ield researc. Adapun metode yang digunakan penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif (Hadi sutrisno. Penelitian deskriptif bertujuan menggambarkaan secara sistematik dan fakta akurat dalam 965 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 karakteristik bidang tertentu. Sedangkan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang relevan untuk memahami fenomena sosial seperti halnya tindakan manusia dimana data hasil penelitian tidak diolah melalui prosedur statistik melainkan analisis data dilakukan secara induktif (Burhan Bungin. Metode pendekatan yang digunakan untuk menganalisa masalah ini adalah normatif, yaitu dengan mendekati permasalahan yang timbul didalam pondok pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo khususnya dalam hal ketaatan para santri yang masih duduk dibangku sekolah MTs yang sejatinya telah mendapatkan pendidikan ketaatan di pondok pesantren. Tempat atau lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut akan dilakukan dalam hal ini peneliti melaukan penelitian mengenai lima prinsip dasar pendidikan pondok untuk membangun sikap ketaatan siswa Mts di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo yang bertempat di komplek Pondok Pesantren An-Nawawi. Jl. KH. Zarkasyi Berjan. Gebang. Purworejo. Jawa Tengah. Dalam hal ini peneliti mengambil beberapa orang sebagai informan diantaranya adalah sebagai berikut: Pengurus pondok pesantren An-Nawawi Berjan. Purworejo. Kepala bagian Madrasah Diniyyah Banin An-Nawawi. Kepala bagian keamanan pondok pesantren An-Nawawi. Waka kesiswaan Mts An-Nawawi 01 Berjan. Santri sekaligus peserta didik di Mts An-Nawawi 01 Berjan. Dalam penelitian ini penentuan informan menggunakan teknik/cara purposive sampling. Teknik purposive sampling ini adalah teknik mengambil informan atau narasumber dengan tujuan tertentu sesuai dengan tema penelitian karena orang tersebut dianggap memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian sehingga data yang dihasilkan akan lebih representative (Sugiyono, 2. Untuk mengumpulkan data-data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa teknik, yaitu dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapaun teknik yang peneliti gunakan disini dantaranya adalah sebagai berikut credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono, 2. Selain itu di dalam keabsahan data juga akan dilakukan proses triangulasi guna menambah keabsahan datanya. Disini peneliti menggunakan Keabsahan data dengan pendekatan triangulasi sumber untuk mengungkap dan menganalisis masalah-masalah yang dijadikan obyek Yang nantinya pendekatan triangulasi dilakukan sesuai dengan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pelaksanaan Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo . Prinsip mengingat akhirat Prinsip mengingat akhirat di pondok pesantren An-Nawawi menjadi pegangan kuat bagi setiap santri, sesuai dengan anjuran para pendiri pondok pesantren. Santri-santri di pondok pesantren tidak hanya melakukan kewajiban aturan yang ada di pondok pesantren dan tidak hanya pula mengikuti kegiatan yang sifatnya untuk kehidupan di dunia saja, melainkan para santri disini juga tidak lupa dengan kehambaanya sehingga kewajiban untuk beribadah selalu dinomor satukan bahkan tidak hanya ibadah kewajiban yang dilakukan, banyak diantara santri yang tidak pernah lepas dengan ibadah-ibadah sunnah. Hal ini membuktikan bahwa pondok pesantren An-Nawawi telah menerapkan prinsip mengingat akhirat sesuai apa yang diingikan, karena para santri telah mewujudkan apa-apa yang menjadi kewajibannya terhadap Sang Maha Pencipta sehingga diharapkan dapat menjadi santri-santri yang mendapatkan Surganya. Para santri telah banyak melakukan praktek-praktek ubudiyah dan banyak juga santri yang mengikuti aturan pondok seuai aturannya meskipun ada beberapa santri yang terbiasa melakukan pelanggaran atas peraturan pondok pesantren namun ketika di ingatkan melalui sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan akhirat kelak maka santri-santri tersebut pasti akan berfikir dua kali 966 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 untuk mengulangi pelanggaran pondok pesantren sehingga santri-santri tersebut akan lebih merasa nyaman apabila seluruh perbuatannya disandarkan kepada Allah SWT. Prinsip peningkatan etika dan semangat persaudaraan Prinsip peningkatan etika para santri disini diwujudkan dalam berbagai bentuk yang berguna untuk kehidupan di masyarakat ketika sudah kembali ketempatnya masing-masing. Pada dasarnya prinsip peningkatan etika ini setiap hari bahkan setiap saat di pondok pesantren selalu diajarkan mulai dari etika terhadap kyai, ustadz, santri lain ataupun masyarakat sekitar yang nantinya diharapkan mampu untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam menjaga peningkatan etikanya para santri pondok pesantren An-Nawawi selalu mengutamakan kesopan santunan sesuai yang dianjurkan oleh pengasuh, sehingga tampak harmonis ketika kita melihatnya, jarang sekali kita menemukan santri yang berkelahi meskipun pada dasarnya para santri disini masih berumuran remaja yang kita kenal biasa halnya ketika ada kekerasan antar individu satu dengan individu lain, begitu juga dengan para santri yang senior atau yang sudah berumur dewasa, disini para santri senior juga selalu mempraktekkan sopan santun luar biasa sehingga para juniornya bisa dengan sangat mudah mencotohnya. Begitu juga dengan semangat persaudaraan pondok pesantren dapat telihat dengan berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para santri, seperti halnya kegiatan roan pondok pesantren dimana para santri disini sangat-sangatlah terlihat bahagia bahkan mereka tidak merasa terbebani dengan hal tersebut, justru bagi mereka bersama-bersama melakukan kegiatan roan dijadikan hiburan agar tidak terlalu terbebani dengan kegiatan pendidikan Selain itu para santri juga selalu mengerjakan kegiatan lain bersama-sama, seperti halnya dalam hal pendidikan para santri ketika melakukan belajar di luar jam pelajaran mereka selalu melakukan mutholaah secara bersama-sama agar tahu ketika ada salah satu santri yang salah maka akan dibenarkan oleh teman santrinya yang lain. Santri pondok pesantren An-Nawawi selalu menjaga semangat persaudaraanya dengan berbagai bentuk dan berbagai cara sehingga santri satu dengan yang lainnya selalu temapak akrab dalam kesehariannya. Bahkan banyak diantara santri yang satu kamar berisi kurang lebih 20 anak hanya mempunyai satu peralatan mandi yang disitu digunakan untuk mandi bersam-sama, karena bagi mereka ketika setiap santri mempunyai peralatan mandi sendiri maka hal tersebut merupakan pemubadziran sehingga mereka selalu bersam-sama dalam kegiatan apapun dikamarnya. Bukan hanya peralatan mandi saja yang dijadikan milik bersama terkadang pakaian pun menjadi milik bersama sehingga ketika salah satu santri sudah kehabisan pakaian maka aman baginya untuk menggunakan pakaian santri lain . Percaya kepada kemampuan sendiri Dengan semangat kemandirian maka akan melatih seorang santri untuk memiliki semangat hidup dengan tanpa menggantungkan kepada orang lain sehingga dalam keadaan apapun santri mampu untuk melanjutkan kehidupan untuk akhirat kelak. Maka tidak heran jika para santri di pondok pesantren An-Nawawi mengikuti kegiatan diluar jam pendidikan atau yang bisaa disebut dengan jam ekstrakurikuler. Dari berbagai kegiatan yang ada di pondok pesantren An-Nawawi diharapkan untuk selalu menambah kepercayaan diri terhadap kemampuann yang dimilikinya entah itu berupa percaya terhadap dengan kajian yang dimiliknya ataupun hal yang lainnya mengingat tujuan sebenarnya percaya diri adalah untuk menjadikan tanggungjawab dengan apa yang sudah dipelajarinya setaip hari di pondok pesantren. Dalam kegiatanya para santri diusahakan untuk mengikuti selalu kegiatan ekstrakurikuler selain untuk menambah kepercayaan diri disitu juga bertujuan untuk menjaga kondisi badan yang setiap hari digunakan untuk 967 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 Dari kegiatan tersebut diharapkan para santri untuk tetap percaya dengan kemampuan yang dimilikinya meskipun ada bebrapa santri yang tidak mengikuti kegiatan tersebut. Namun bukan berarti yang tidak mengikuti kegiatan tersebut tertinggal dengan santri lain karena setiap santri sudah mempunyai niatan untuk fokus dalam bidang yang disenanginya. Seperti halnya untuk tetap fokus belajar di bidang pendidikan agar nanti di masyarakat tetap mampu untuk mempertanggungjawabkan apa yang sudah dipelajari di dalam pondok . Prinsip ketaatan Seorang Yang dimaksud prinsip ketaatan disini adalah taat kepada Allah SWT, taat kepada Rassulnya dan taat pada pemerintahan yang sah. Taat kepada aturan yang sah disegala ketentuan yang ada dilingkungannya, dalam hal ini para santri juga diwajibkan untuk taat kepada segala aturan yang ada didalam pondok pesantren. Seorang yang menghargai sebuah peraturan dengan dengan sendirinya akan sadar dan menikmati apa yang menjadi larangan dan apa yang diwajibkan oleh pesantren pelan dan pasti akan menjadikan sebuah watak, bermula dari sebuah paksaan untuk menjalankan sebuah aturan lama-lama akan menjadi sebuah kebisan jika sebuah peraturan tidak dilakukan maka akan ada rasa yang kurang dalam kesehariannya. Ketaatan di pondok pesantren akan selalu diawasi oleh bagian keamanan dan ketertiban, mulai dari kegiatan berjamaah sholat subuh sampai dengan kegiatan madarasah malam hari yang artinya para bagian keamanan akan selalu memantau apapun yang berkaitan dengan ketaatan. Seperti halnya kegiatan madrasah malam hari, ketika ada santri yang tidak menggunakan seragam madrasah pasti akan berhadapan dengan salah seorang dari anggota keamanan dan ketertiban. Maka tidak heran ketika ketaatan merupakan induk peraturan pondok pesantren. Proses ketaatan santri untuk mencapai kondisi seperti ini dimana santri taat kepada peraturan tidak lepas dari karakter setiap santri yang berbeda-beda antara yang satu dengan yang lain, secara garis besar kebanyakan santri masih merasa bahwa peraturan menjadi sebuah beban bagi mereka akan tetapi lambat laun seiring dengan perjalanan waktu pengawalan yang dilakukan oleh pesantren berupa bentuk ta'ziran kepada mereka yang melanggar dan apresiasi berupa hadiah serta pujian ucapan terima kasih dari pihak pesantren kepada teman-teman santri yang secara istiqomah menjalankan peraturan tersebut. Peraturan disini menjadikan sebuah kesadaran bagi para santri yang mereka tidak sadari bahwa lambat laun peraturan menjadi sebuah kebutuhan bagi mereka, karena takziran ataupun hukuman bagi mereka yang melanggar menjadi sebuah beban yang lebih tinggi untuk membantu mereka melawan rasa malas yang timbul dari pribadi mereka masingmasing seperti dalam contoh ketika ada teman-teman santri yang pulang dan melebihi batas waktu 3 hari maka ada takziran untuk membersihkan kamar mandi, membersihkan bak sampah komplek, ataupun membuang sampah selama 3 hari sampai 1 minggu hal ini menjadi sebuah hal yang positif di mana teman-teman santri terpacu untuk lebih disiplin taat pada peraturan. Sama halnya dengan ketaatan yang lain ketaatan dalam kegiatan jaga malam juga selalu dilaksanakan guna menjadikan pondok pesantren selalu aman dari gangguangangguan terkhusus dimalam hari, selain santri yang tidak melakukan kegiatan jaga malam mendapatkan takziran santri-santri yang melaksanakan kegiatan tersebut pun mendapatkan hadiah mengingat mereka para santri yang telah mengorbankan waktu tidurnya untuk berjaga malam bahkan bisa sampai pagi. Dimana para santri ini juga nantinya dalam kegiatan sehari-harinya tetap berjalan, seperti berangkat mengikuti pendidikan formal dipagi hari ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang dilaksankan sampai denagn malam hari. 968 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 . Prinsip tahan menghadapi cobaan Prinsip tahan menghadapi cobaan bagi para santri sudah tertanam sebelum santri tersebut berada di pondok pesantren melalui cerita-cerita dari para alumni ataupun walinya sendiri, namun setelah dimasukan ke pondok pesantren masih banyak yang kalah dalam perjuangan tersebut dengan bukti nyata banyak diantara santri-santri yang baru masuk pondok kemudian kembali pulang kerumahnya karena tidak kuat dengan cobaan yang ada di pondok pesantren namun lebih banyak santri yang tetap tegar dan tabah untuk menghadapi cobaan tersebut sehingga mereka tetap berada dan mengikuti kegiatan yang ada di pondok pesantren. Disini santri harus menjadi sosok yang tahan banting hal ini bukan secara instan didapat oleh mereka namun melalui proses yang panjang di mana para santri belajar dilatih oleh pondok pesantren untuk hidup secara mandiri dengan keterbatasan yang ada di pondok pesantren menjadikan mereka sosok yang tangguh dan sosok yang cerdik dalam mencari solusi bagi kekurangan-kekurangan ataupun hambatan-hambatan atau juga tantangantantangan yang ada pada lingkungan mereka. Mereka hidup secara mandiri tidak lagi bersama kedua orangtua mereka jauh dari orang tua membuat kedewasaan itu muncul di mana mereka dilatih untuk mengatur waktu untuk belajar, waktu untuk istirahat, waktu untuk makan dan yang lainnya. Dari kelima prinsip diatas dapat disimpulan bahwa pelaksanaan lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren sudah dilaksanakan sesuai dengan lima prinsip tersebut terbukti dengan santri-santri yang selalu mengedepankan kehidupan akhirat daripada kehidupan dunia dengan fakta bahwa para santri tidak hanya melakukan ibadah yang wajib saja namun para santri juga melakukan ibadah-ibadah sunah, begitu juga dalam hal peningkatan etika yang selalu dilaksanakan setiap saat dimana para santri satu dengan santri yang lainnya diharapkan saling sopan santun sehingga dapat terwujud etika yang baik dan juga dapat menunjukan semangat persaudaraan para santri, sedangkan untuk percaya pada kemampuan sendiri di pondok pesantren An-Nawawi juga sudah terealisasi mengingat kehidupan tidak selalu bergantung pada orang lain selayaknya setiap santri harus berani hidup tanpa bergantung kepada orang lain dalam hal ini pondok pesantren mengajarkan dengan tambahan-tambahan pelajaran, adapun untuk ketaatan disini para santri sudah mengikuti aturan-aturan yang ada di pondok pesantren meskipun belum dapat maksimal sesuai dengan yang di dinginkan dikarenakan ada beberapa hal yang masih belum terpecahkan permasalahannya, dan yang terakhir yaitu prinsip tahan mengahadapi cobaan, para santri sudah tidak perlu ditanyakan lagi mengingat para santri disini setiap saat selalu ditambah cobaanya, baik jasmani atau rohani, sebagai contoh dalam satu kamar yang berukuran 3X4 M diisi dengan santri 20an lebih ataupun cobaan yang lain. Capaian Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa Mts Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo Seperti halnya yang sudah dijelaskan diatas bahwa lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren sangatlah menentukan keberlanjutan pendidikan pondok pesantren, begitu juga dengan para santri yang masih duduk di bangku pendidikan Madrasah Tsanawiyah . etara dengan SMP) yang ada didalam pondok pesantren. Mereka para santri siswa MTs juga merasakan dampak dari adanya lima prinsip pendidikan pondok pesantren yang selalu mereka pegangi untuk keberlanjutannya entah dalam pendidikan formal maupun non formal, sehingga seharusnya mereka lebih tertata dalam kegiatan pembelajaran di Madrasah Tsanawiayah. Namun tidak dipungkiri setiap lembaga tentunya selalu mempunyai problem begitu juga dengan lembaga pendidikan MTs An-Nawawi dimana dalam MTs An-Nawawi ada beberapa problem bahkan ada problem yang sangat klasik yaitu telat masuk sekolah serta bolos sekolah, terkhusus untuk pelanggaran telat masuk sekolah itu dapat dikatakan hampir setiap hari dan jumlahnya tidak pernah sedikit. 969 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 Kegiatan pembelajaran di MTs An-Nawawi terkadang kurang kondusif karena ada beberapa pelanggaran diantaranya seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa para siswa selalu ada yang telat masuk sekolah sehingga pihak sekolah selalu memberi hukuman setiap hari kepada siswa yang melakukan pelanggaran maka tak heran ketika hukumannya akan bertambah berat setiap harinya karena setiap siswa yang melakukan pelanggaran pasti didata guna keberlanjutan siswa tersebut sehingga dalam penanganan selanjutnya siswa tersebut akan dinaikan tingkat hukumannya. Oleh karena itu problem di MTs An-Nawawi yang berkaitan dengan ketaatan adalah pelanggaran siswa telat masuk sekolah dimana hal tersebut seolah olah telah membudaya dan dalam penanganannya sudah dilakukan secara maksimal, pada dasarnya siswa yang telat masuk sekolah diantaranya karena siswa ketika istirahat sekolah akan kembali ke pondok pesantren sehingga siswa yang sebelumnya tidak berangkat sekolah pada waktu istirahat akan berangkat sekolah. Adapaun salah satu usaha yang akan diterapkan disekolah adalah membuat pagar mengelilingi sekolah dan melakukan aturan tidak diperbolehkan para siswa untuk kembali kepondok sehingga nantinya akan dapat meminimalisir pelanggaran tersebut. Adapun capaian Capaian para santri yang sekaligus siswa MTs ini berbeda-beda, ada siswa yang tetap kuat untuk memegangi dan melaksanakan lima prinsip pendidikan pondok pesantren dan ada juga para siswa yang lepas dari kelima prinsip tersebut. Capaian ini dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan atau aturan-aturan yang ada di MTs An-nawawi disini mereka melakukan kegiatan formal yang mampu menjadi aplikasi dari adanya lima prinsip pondok pesantren, siswa pada dasarnya mengetahui lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren akan tetapi dalam pengaplikasiannya mereka tidak semuanya bisa sesuai dengan prinsip tersebut dikarenakan dengan keterbatasan SDM yang dimiliki oleh para siswa tersebut, mengingat kegiatan para siswa ini bukan hanya di sekolah saja sehingga mereka harus benar-benar bisa mengatur waktu antara kegiatan pondok pesantren dan kegiatan sekolah sehingga dapat mencapai kelima prinsip pondok pesantren. Para santri sekaligus siswa MTs mempunyai pendirian yang beragam mengingat beberapa santri yang memang tujuan awal dari rumah adalah untuk belajar mengaji di pondok pesantren sehingga ketika mengikuti pendidikan formal terkadang hanya setengah-setehgah dan hal yang seperti ini justru mempengaruhi teman-temannya sehinga para siswa yang lain ikut menjadi siswa yang tidak dapat taat terhadap aturan pendidikan formal oleh karenya permasalahan akan timbul lagi dan semakin kompleks. Selain itu dengan adanya faktor internal dari para siswa yang berbeda jelas mempengaruhi terhadap kelima prinsip pendidikan pondok pesantren sehingga hal ini harus cepat-cepat untuk ditangani agar tidak menjadikan faktor eksternal bagi pihak yang lain. Karena ketika permasalahan kecil yang dibiarkan berjalan terus menerus justru akan menjadi permasalahan yang lebih besar, sehingga dalam pemecahan masalah ini akan lebih sulit. Jadi, capaian keseluruhan santri sekaligus siswa MTs dalam lima prinsip pendidikan pondok pesantren dalam membentuk sikap taat tidaklah semua sama mengingat usia mereka yang masih tergolong anak-anak dan terkadang antara satu siswa dan siswa yang lain capaiannya pun berbeda, namun pada dasarnya kelima prinsip tersebut sudah di laksanakan untuk mencapai ketaatan yang diinginkan meskipun belum sesuai dengan yang diinginkan karena masih ada beberapa siswa yang memang belum bisa taat pada peraturan di madrasah tsanawiyyah. Pembahasan Setelah penulis paparkan pembahasan mengenai lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren An-Nawawi dengan dua fokus penelitian yaitu pelaksanaan lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo dan capaian lima prinsip dasar pendidikan pondok untuk membangun sikap ketaatan siswa MTs di pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo. Prinsip ketaatan seorang santri untuk mendapatkan apa yang para santri hendaki yaitu sebuah ilmu yang bermanfaat maka menjadi sebuah kenistaan jika seorang santri tidak dapat taat 970 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 dalam menjalankan peraturan peraturan pondok pesantren karena peraturan-peraturan pesantren diibaratkan sebagai sebuah tanggul pada sebuah sungai di mana tanggul-tanggul tersebut yang akan mengarahkan air yang berasal dari hilir sampai pada muara, yang mana kebutuhan pada sebuah ketaatan peraturan harus disadari menjadikan peraturan sebagai sebuah kebutuhan bukan menjadi sebuah beban bagi seorang santri. Sehingga ketika sudah sampai pada tahap ini maka sudah dapat dikatakan bahwa ketaatan pada sebuah peraturan menjadi sebuah karakter bagi seorang santri sehingga dimanapun dia berada ia akan menjadi sosok yang secara sadar taat kepada peraturan hukum yang berlaku pada kondisi yang ada dan kelak ketika santri pulang di masyarakat ataupun hadir pada sebuah komunitas tertentu setelah ia tidak lagi di pesantren jiwajiwa ini akan tertanam pada dirinya sehingga dapat menjadi seorang yang bertanggung jawab, berintegritas dan berpengetahuan luas. Dengan berbagai persoalan sebuah ketaatan sudah menjadi harga mati dalam setiap individu, karena ketaatan akan mengarahkan jalan yang lebih teratur sehingga setiap individu dapat dengan mudah ketika beradaptasi dilingkungan baru. Suatu ketaatan yang biasa dilakukan di pondok pesantren juga akan menjadi kebiasaan dilingkungan Hasil ketaatan santri disini sangatlah berpengaruh terhadap kelangsungan kehidupannya, sehingga pendidikan ketaatan yang di dapatkan di pondok pesantren ini harus di maksimalkan. Hasil ketaatan santri disini tergambar jelas bahwa santri-santri yang taat akan terbisaa melakukan ketaatan itu sendiri dan tidak terpengaruh terhadap faktor-faktor apapun yang ada dari luar terbukti dengan para santri yang mempunyai aktifitas dengan komunitas lain yang dimana mereka tetap teguh terhadap ketaatan terhadap peraturan yang ada di komunitas tersebut, pada dasarnya setiap santri mempunyai lingkungan hidup tidak hanya di pondok pesantren akan tetapi mengingat kesehariannya di pondok pesantren sehingga kebiasaan yang ada di pondok pesantren akan selalu terbawa ke dalam lingkungan yang di tempatinya, seperti halnya kebiasaan taat terhadap aturan tersebut. Jadi secara tidak langsung lima prinsip pendidikan pondok pesantren terhadap ketaatan siswa MTs jelas sangatlah membangun dan sudah dapat dikatakan baik mengingat tantangan dunia luar yang semakin agresif namun mereka para siswa MTs yang sekaligus santri di podok pesantren An-Nawawi bisa tetap dan paling tidak telah menjalankan kewajiban kehambaan mereka terhadap Allah SWT dengan cara melakukan shalat lima waktu dan ibadah-ibadah yang lain, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa mereka sudah taat terhadap kewajiban kehambaan mereka meskipun terkadang mereka belum bisa taat terhadap aturan pondok pesantren. Selain itu ada juga tantangan yang menjadi hambatan terciptanya ketaatan yaitu, cobaan yang tak pernah berhenti selama di pondok pesantren entah itu berupa jasmani atupun rohani. Dari pembahasan peneliti diatas menghasilkan analisis bahwa pelaksanaan lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren memiliki tujuan yang sangat mulia yaitu menjadikan para santri menjadi orang-orang yang berilmu yang mempunyai tujuan bagi kemaslahatan umum sehingga dalam lima prinsip tersebut menjadikan para santri untuk tetap fokus terhadap segala kegiatan pendidikan dilingkungan pondok pesantren yang berfungsi untuk keberlanjutan hidupnya setelah pulang kekampung halaman ataupun kekomunitas yang lain. Dalam pelaksanaan lima prinsip tersebut terkadang memang agak rumit karena setiap pribadi yang ada di pondok pesantren berbeda-beda mulai dari perbedaan usia, suku, daerah, bahasa ataupun karakter dari santri tersebut sehingga bukan perkara gampang untuk melaksanakan lima prinsip pondok pesantren tersebut. Adapun untuk capaian lima prinsip dasar pendidikan pondok untuk membangun sikap ketaatan siswa MTs di pesantren itu juga berbeda yang mungkin ketika di nilaikan ketaatan seluruh siswa dapat mencapai kata baik mengingat siswa yang taat lebih banyak dari yang tidak taat dan kaetika di prosentasikan dapat mencapai 80% dapat mengikuti aturan banding 20% belum bisa mengikuti aturan, apalagi ketika dipandang melalui usia yang notabenya mereka 971 | Lima Prinsip Dasar Pendidikan Pondok Untuk Membangun Sikap Ketaatan Siswa MTs Di Pesantren An-Nawawi Berjan Purworejo (Mohamad Madu. Jurnal Ilmu Sosial dan Pendidikan (JISIP) e-ISSN : 2656-6753, p-ISSN: 2598-9944 masih berusia remaja dan sudah mempunyai tanggungan ganda yaitu tanggungan di pondok pesantren dan tanggungan di sekolah sehingga tidak heran ketika mereka tidak bisa maksimal dalam pendidikan ketaatan disekolah. Namun hal ini bukan berarti para siswa itu gagal akan tetapi mereka para siswa justru akan mendapatkan pelajaran tambahan yang bernilai ketaatan untuk hari-hari yang akan datang sehingga para siswa tidak akan terkaget-kaget dengan keadaan yang tidak mereka harapkan. KESIMPULAN Dari uraian diatas peneliti menghasilkan bahwa lima prinsip pendidikan pondok untuk membangun sikap ketaatan siswa MTs di pesantren An-Nawawi, seabagai berikut: Pelaksanaan lima prinsip dasar pendidikan pondok pesantren telah terlaksana sesuai dengan tujuan pondok pesantren yaitu menjadikan para santri menjadi orang-orang yang berilmu yang mempunyai tujuan bagi kemaslahatan umum sehingga dalam lima prinsip tersebut menjadikan para santri untuk tetap fokus terhadap segala kegiatan pendidikan dilingkungan pondok Meskipun dalam pelaksanaanya agak rumit karena setiap pribadi yang ada di pondok pesantren karakter yang berbeda-beda sehingga bukan perkara gampang untuk melaksanakan lima prinsip pondok pesantren tersebut. Capaian lima prinsip dasar pendidikan pondok untuk membangun sikap ketaatan siswa MTs di pesantren itu juga berbeda ketika di prosentasikan akan menghasilkan 80% banding 20% dan ketika dinilaikan maka ketaatan seluruh siswa dapat mencapai kata baik mengingat siswa yang taat lebih banyak dari yang tidak taat, apalagi ketika dipandang melalui usianya yang notabenya mereka masih berusia anak-anak yang sudah mempunyai tanggungan ganda yaitu tanggungan di pondok pesantren dan tanggungan di sekolah. DAFTAR PUSTAKA