Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 1 (Maret 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 MORFOLOGI DAN AKTIVITAS MAKAN LARVA Spodoptera frugiperda J. SMITH (LEPIDOPTERA: NOCTUIDAE) AKIBAT BEBERAPA PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN BUATAN Lintang cahya bhekti1. Sugiarto2. Lutfi Afifah*3, dan Budi Irfan4 Program Studi Agroteknologi. Fakutas Pertanian Universitas Singaperbangsa Karawang. Jl. HS. Ronggo Waluyo. Teluk jambe Timur. Karawang. Jawa Barat 41361. Indonesia. Corteva Agriscience Indonesia. Jl. Selang. Ds. Ciwaringin. Kec. Lemahabang. Kab. Karawang. Jawa Barat 41383. Indonesia. E-mail: lutfiafifah@staff. id (*Corresponding autho. 1,2,3 Submit: 20-06-2024 Revisi: 30-11-2024 Diterima: 11-02-2025 ABSTRAK Morfologi dan Aktivitas Makan Larva Spodoptera frugiperda J. Smith (Lepidoptera: Noctuida. Akibat Beberapa Pemberian Pakan Alami Dan Buatan. Spodoptera frugiperda atau (Fall Army Wor. adalah hama invasif yang menyebar ke beberapa daerah di Indonesia dan menyebabkan kerusakan hingga kehilangan hasil pada tanaman pangan khususnya tanaman jagung. Penelitian respon biologi untuk membantu dalam pengembangan perbanyakan masal larva pada kegiatan laboratorium untuk strategi pengendalian yang lebih efektif. Tujuan dari penelitian untuk menentukan perlakuan jenis pakan yang menghasilkan tingkat respons biologi larva S. frugiperda (Lepidoptera: Noctuida. terhadap preferensi jenis pakan yang paling Metode yang digunakan eksperimen dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal, perlakuan dalam penelitian ini terdiri dari 5 perlakuan diulang sebanyak 5 kali (A) daun jagung (B) Daun Sorgum, (C) Daun Padi gogo (D) Daun Padi inpari 32 (E) Pakan buatan. Metode percobaan kesesuaian pakan dilakukan dengan metode tanpa pilihan non choice test. Hasil penelitian Perlakuan daun jagung (A) memberikan hasil tertinggi terhadap bobot tubuh instar 2, 4 dan 6 sebesar 0. 025 gram, 0. 194 gram dan 0. Panjang tubuh instar2, 4 dan 6 sebesar 14,365 mm, 22,720 mm dan 29,880 mm. Kesimpulan antara variable pengamatan menunjukan pengaruh dari pemberian pakan ke kelangsungan hidup biologi larva S. Kata kunci : Pakan Alami dan Buatan. Respons Biologi. ABSTRACT The morphology and feeding activity of Spodoptera frugiperda J. Smith (Lepidoptera: Noctuida. due to several natural and artificial dietsSpodoptera frugiperda, or Fall Armyworm, is an invasive pest that has spread to several regions in Indonesia, causing damage and yield losses in food crops, particularly maize. Research on the biological response aims to assist in the development of mass rearing of larvae in laboratory settings for more effective control strategies. The objective of this study is to determine the treatment of diet types that elicit the highest biological response rates in S. frugiperda larvae (Lepidoptera: Noctuida. towards the preferred diet types. The method employed in this experiment was a completely randomized design (CRD) with a single factor, comprising 5 treatments replicated 5 times: (A) maize leaves, (B) sorghum leaves, (C) upland rice leaves, (D) inpari 32 rice leaves, and (E) artificial feed. The experiment on diet suitability was conducted using a non-choice method. The results showed that treatment with maize leaves (A) yielded the highest results for instar 2, 4, and 6 body weights of 0. 025 grams, 0. 194 grams, and 0. 361 grams, respectively. The body lengths of instar 2, 4, and 6 were 14. 365 mm, 22. 720 mm, and 29. 880 mm, respectively. The conclusion drawn from the observed variables indicates the influence of diet provision on the biological survival of S. frugiperda larvae. Key words : Biological Response. Natural and Artificial diets. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Morfologi dan Aktifitas Makan A PENDAHULUAN Fall Army Worm (FAW) atau Spodoptera frugiperda merupakan hama baru tanaman jagung yang pertama kali terdeteksi di daerah Pasaman. Sumatera Barat. Indonesia, pada bulan Maret 2019 (Sartiami et al. , 2. berasal dari benua Amerika dan menyebar secara intensif ke negara-negara timur di Afrika. India. Bangladesh. Srilanka kemudian ke Asia dan sampai ke Indonesia (Jamil et al. , 2. Keberadaan hama S. frugiperda menyebar luas ke wilayah pusat budidaya jagung di daerah Sumatra. Jawa. Kalimantan (Rwomushana, 2. Keberadaan S. frugiperda sudah meluas hingga ke Kabupaten Karawang didasari pada penelitian Hawiyah et al. , . di mana pada minggu pertama penanaman jagung muncul serangan S. frugiperda karena tersedianya sumber pakan yang sesuai saat umur tanaman yang masih muda. Ulat grayak mempunyai sifat polifag atau pemakan segala yang dimana bisa memanfaatkan berbagai jenis tanaman inang saat tanaman inang utamanya tidak tersedia (Hutasoit et al. Kerugian yang diakibatkan oleh S. frugiperda pada tanaman jagung di negara Afrika dan Eropa sekitar 8,3-20,6 juta ton per tahun dengan kerugian ekonomi US$ 2,5-6,2 miliar per tahun (FAO and CABI. Berdasarkan tingginya dampak serangan yang menyebabkan penurunan hasil dan kerugian ekonomi yang Penggunaan pakan alami tidak efisien karena membutuhkan waktu lama dalam penanaman, tidak bisa sewaktu waktu diperoleh, dan butuh area yang luas (Taufika et al. , 2. Pakan buatan sengaja dibuat untuk perbanyakan dengan memperhatikan nutrisi yang terkandung dan dipilih karena pembuatannya mudah, tersedia kapan saja, dan bisa dimodifikasi sesuai dengan keinginan peneliti dengan Bhekti et al. (Elvira et al. , 2. Jenis pakan merupakan faktor perkembangan hidup serangga. Pakan buatan digunakan dalam pemeliharaan masal untuk penelitian dan komersial (Sudarjat et al. , 2. Perlu dilakukan uji pakan dengan berbagai jenis pakan alami dan pakan buatan karena kendala yang biasanya dihadapi untuk melakukan penelitian yaitu keterbatasan serangga uji dengan kesesuaian umur, instar dan ukuran tubuh yang digunakan sebagai indikator pengujian (Susrama, 2. METODA PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di green house (Karawang Research Far. PT Corteva Agriscience di. Ciwaringin. Lemahabang. Kabupaten Karawang. Dilaksanakan pada bulan Januari 2024 sampai April 2024. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan larva frugiperda, pakan daun dari yaitu Tanaman Jagung Varietas Pioneer 32. Tanaman Sorgum Varietas Soper 9. Tanaman Padi Varietas Inpago 4. Tanaman Padi Inpari 32, pakan buatan, pupuk NPK, media tanam, tepung kedelai, ragi roti, asam askorbat, methyl-phydroxybenzoate, formaldehyde 4%, agar, larutan madu, dan air destilasi. Alat yang digunakan benang, kapas, gelas plastik, pinset, kain kassa, tray semai, bok larva, kertas label, jangka sorong digital, neraca analitik, gelas ukur, beaker glass, sendok, saringan, batang pengaduk, lemari pendingin, pisau, wadah rearing, dan kamera. Rancangan Penelitian This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 1 (Maret 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen . dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor tunggal yang terdiri dari 5 perlakuan . aun jagung, daun sorgum, daun padi gogo, daun padi sawah dan pakan buata. dengan 5 kali ulangan, sehingga diperoleh jumlah 25 unit Data panjang larva diperoleh menggunakan jangka sorong dengan ketelitian 102, bobot tubuh larva diperoleh menggunakan neraca analitik dengan ketelitian 103, dan aktifitas makan dilakukan dengan skor 0 = larva diam, 1 = larva hanya mengelilingi pakan, 2 = Larva makan lambat, dan 3 = larva makan cepat. Analisis data dilakukan dengan Uji F pada taraf 5%, apabila Uji F menunjukkan respons yang berbeda nyata, maka untuk mengetahui perlakuan yang memberikan tingkat respons biologi tertinggi, maka analisis data di lanjut ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 dengan menggunakan uji lanjut LSD (Least Significant Differen. pada taraf 5% (Gomez, 2007. (Rihadi et al. , 2. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN DAN Morfologi S. Telur S. Telur S. frugiperda berbentuk bulat dengan pola garis-garis halus di permukaannya (Gambar 1A). Telur yang baru diletakan berwarna putih lalu berwarna kuning pucat (Gambar 1B) dan menjadi coklat muda menjelang menetas. Ukuran telur berdiameter 0,4 mm dengan (Gambar (Prabaningrum & Moekasan, 2. Setiap kelompok telur S. berkisar antara 19-457 butir telur menetas dalam 2-3 hari (Karlina et al. , 2. Gambar 1. (A) Telur Larva S. frugiperda, (B) Telur Larva S. frugiperda yang terbungkus jaring (C) Telur Larva S. frugiperda dengan mikroskop. Larva S. Larva dari S. frugiperda muncul setelah telur menetas. Larva instar 1 . berpencar untuk mencari makanan (Gambar 2A). Larva S. frugiperda memiliki 6 instar sebelum menjadi pupa. Setiap pergantian instar ditandai dengan pergantian kulit abdomen dan kulit kepala dan perubahan warna. Larva muda berwarna pucat kehijauan dengan kepala hitam (Gambar 2B). Kepala berubah warna menjadi jingga di instar 2, pada instar 3 abdomen berwarna kecoklatan dan garis lateral berwarna putih mulai muncul (Gambar 2C & 2D) (Nonci et al. , 2. Kepala larva instar ke 4 sampai 6 kepala berwarna coklat kemerahan dengan garis berbentuk Y terbalik (Afifah et al. , 2. Terdapat empat titik hitam di segmen kedua dari abdomen terakhir membentuk persegi (Gambar 2G) (Nonci et al. , 2. Stadia larva berlangsung selama 14-30 hari This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Morfologi dan Aktifitas Makan A tergantung suhu dan kelembapannya (Rwomushana, 2. Berikut adalah gambar 6 stadia larva S. frugiperda dan Bhekti et al. Larva yang akan memasuki stadia pupa . ambar 2H). Gambar 2. (A) Neonite , (B) Larva instar 1, (C) Larva instar 2, (D) Larva instar 3. (E) Larva instar 4, (F) Larva instar 5, (G) Larva instar 6, (H) Larva mengkerut memasuki stadia pupa. Pupa Larva instar 6 yang berwarna coklat tua akan masuk dalam tanah pada kedalaman sekitar 2-8 cm untuk menjadi Pupa baru berwarna kuning kehijauan dan abdomennya bertekstur lunak (Gambar 3A). Kulit pupa mengeras dan berwarna coklat gelap seiring perkembangannya (Gambar 3B) (Afifah et , 2. Jenis kelamin dibedakan dengan melihat jarak dari alat kelamin genital dengan anal slot jantan lebih dekat dibandingkan betina (Karlina et al. , 2. Stadia pupa pada musim panas berlangsung sekitar 8-9 hari sedangkan pada musim dingin 20-30 hari setelah itu pupa ditinggalkan imagonya (Gambar 3C) (Kebede et al. , 2. Gambar 3. (A) Pupa baru dengan warna hijau kecoklatan, (B) Pupa setelah 2 hari, (C) Pupa yang sudah ditinggalkan imago. Imago Imago S. frugiperda memiliki sayap depan berwarna coklat gelap dan sayap belakang berwarna putih keabuan dengan lebar bentangan sayap sekitar 3-4 cm (Nonci et al. , 2. Imago betina memiliki ukuran yang lebih kecil dengan sayap berwarna coklat gelap tanpa corak sedangkan imago jantan berukuran lebih This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 1 (Maret 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. besar dan terdapat corak yang khas (Karlina et al. , 2. Daur hidup S. frugiperda berlangsung selama 30 hari ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 pada musim panas, 60 hari pada musim gugur dan 80-90 hari pada musim dingin (Capinera, 2. Gambar 4. (A) Imago jantan, (B) Imago betina, (C) Imago yang direntangkan. 2 Kondisi Suhu Dan Kelembapan Penelitian berlangsung pada januari hingga april 2024 di Greenhouse Corteva Agriscience. Jl. Selang. Ciwaringin. Lemah Abang. Karawang. Suhu rataAerata adalah 34,31oC, dengan suhu rataAerata minimum 28,4 C dan suhu rata-rata maksimum 39,8 oC. Kelembapan rata-rata adalah 59,7% dengan kelembapan rataAerata min 44,02% dan kelembapan rata-rata maks 75,38%. Suhu optimum perkembangan larva S. sebesar 28oC (Rwomushana, 2. Menurut Suhu min Hutasoit et al. , . pemeliharaan larva pada suhu lebih tinggi akan mempersingkat siklus hidup larva. Pada suhu yang lebih rendah, rata-rata stadia larva berlangsung lebih lama. Hal tersebut selaras dengan penelitian Maharani et al. , . lama stadia larva selama 16,65 hari . ,7 AC) pada perlakuan pakan daun jagung. Suhu rataAe rata pada penelitian yang cukup tinggi 34,31oC pertumbuhan larva dalam menyelesaikan satu siklus hidup. Suhu max kelembaban max Y= Suhu . C) Dan Kelembaban X = Interval Hari . Har. Gambar 5. Grafik suhu dan kelembaban. Bobot tubuh larva S. Hasil analisis ragam pada larva instar 2 perlakuan daun jagung (A) memberikan rerata bobot tubuh larva tertinggi mencapai 0,025 gram, tidak berbeda nyata dengan perlakuan (E) pakan buatan, tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada larva instar 4 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Morfologi dan Aktifitas Makan A perlakuan daun jagung (A) memberikan rerata bobot tubuh larva tertinggi mencapai 0,194 gram, berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil analisis ragam larva instar 6 perlakuan daun jagung memberikan rerata bobot tubuh Bhekti et al. tertinggi mencapai 0,361 gram terhadap tubuh larva S. frugiperda, tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil uji Least Significant different taraf 5% disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Rerata bobot tubuh larva pada S. frugiperda terhadap pemberian pakan alami dan pakan buatan. Rata- rata Bobot Larva . Instar 2 Instar 4 Instar 6 Tanaman Jagung Varietas Pioneer 32 0,025 a 0,194 a 0,361 a Tanaman Sorgum Varietas Soper 9 0,021 b 0,144 b 0,311 a Tanaman Padi Varietas Inpago 4 0,022 b 0,148 b 0,316 a Tanaman Padi Varietas Inpari 32 0,021 b 0,153 b 0,332 a Pakan buatan 0,023 ab 0,084 c 0,255 a KK (%) 1,488 2,063 2,465 Ketarangan : Nilai rata-rata diikuti dengan huruf yang berbeda pada setiap kolom yang menunjukan berbeda nyata pada uji lanjut LSD taraf 5%. Kode Perlakuan Pakan daun jagung var pioneer 32 pada bobot larva instar 6 memberikan hasil 0,361 gram sedangkan penelitian (Afifah et al. , 2. dengan pakan daun jagung var pioneer 36 memberikan nilai 0,260 gram. Nilai tersebut menunjukan pakan daun jagung varietas 32 sangat disukai oleh S. Penelitian (Irawan et al. , 2. pada bobot larva instar 6 dengan pakan daun pakcoy memberikan hasil yang tidak berbeda nyata dengan pemberian pakan daun padi variertas inpari 32 dengan nilai 0,332 Perkembangan larva tetap sama meskipun sumber makanannya berbeda, hal ini diduga karena kemampuan beradaptasi ketika sumber makanan utama Sifat fisiologi tanaman berupa karbohidrat, lemak, protein, hormon, enzim dapat menjadi perangsang makan serangga (Untung et al. , 2. Berdasarkan penelitian Suroto et al. 2021 bobot larva instar 4 tanaman padi 0,16 gram hal ini menunjukan bahwa respon biologi bobot larva tidak berbeda dengan penelitian yang dilakukan terhadap tanaman padi gogo maupun padi sawah dengan nilai berturut turut 0,148 gram dan 0,153 gram. Pada instar 4 perlakuan pakan buatan mendapatkan respon bobot terendah sebesar 0,084 gram hal ini tidak berbeda dengan penelitian (Thamrin et al. , 2. dengan berat larva 0,067 gram diduga faktor fisiologi sistem pencernaan larva Spodoptera frugiperda saat melewati tahap instar menjadi kurang efisien dalam mengekstraksi nutrisi dari makanan buatan, sehingga memperlambat laju pertumbuhan. Panjang tubuh larva S. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pemberian berbagai jenis pakan alami dan bauatan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap panjang tubuh larva S. frugiperda pada instar 2, 4. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada larva instar 2 perlakuan (A), (B), (C) dan (D) berbeda nyata dengan (E) memberikan rerata panjang tubuh larva tertinggi mencapai 14,36 mm. Pada larva instar 4 perlakuan daun jagung (A) memberikan rerata panjang tubuh larva tertinggi mencapai 22,72 mm, tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pada larva S. frugiperda instar 6 perlakuan pakan daun jagung memberikan rerata panjang tubuh tertinggi mencapai 29,88 mm terhadap tubuh larva S. This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Jurnal AGRIFOR Volume 24 No. 1 (Maret 2. Pp. https://doi. org/10. 31293/agrifor. https://doi. org/10. 31293/agrifor. berbeda nyata dengan perlakuan pakan buatan (E) dan tidak berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil uji Least ISSN P : 1412-6885 ISSN O : 2503-4960 Significant different (LSD/BNT taraf 5%) disajikan pada (Tabel . Tabel 2. Rerata panjang tubuh larva pada S. frugiperda terhadap pemberian pakan alami dan pakan buatan. Rata-rata Panjang Larva . Perlakuan Instar 2 Instar 4 Instar 6 Tanaman Jagung Varietas Pioneer 32 14,365 a 22,720 a 29,880 a Tanaman Sorgum Varietas Soper 9 14,040 a 22,000 a 29,100 a Tanaman Padi Varietas Inpago 4 13,070 a 20,330 a 28,570 ab Tanaman Padi Varietas Inpari 32 13,090 a 20,580 a 29,300 a Pakan buatan 11,060 b 19,840 a 26,860 b KK (%) 0,388 0,621 1,062 Keterangan: Nilai rata-rata diikuti dengan huruf yang berbeda pada setiap kolom yang menunjukan berbeda nyata pada uji lanjut LSD taraf 5%. Kode Pada penelitian Irawan et al. dengan daun jagung var pioneer 27 dan penelitian (Afifah et al. , 2. dengan daun jagung var pioneer 36 pemberian pakan larva 1 gram daun setiap harinya memberikan hasil panjang larva instar 6 sebesar 23,9 mm dan 26,8 mm tidak berbedanyata dengan pemberian pakan daun kacang tanah, kacang hijau, pakcoy, bayam, caisim dan kangkung sedangkan pemberian pakan daun jagung var pioneer 32 sebanyak 3 gram daun setiap hari yang dilakukan peneliti memberikan hasil panjang larva instar 6 sebesar 29,88 mm. Panjang tubuh larva instar 6 dengan pemberian pakan buatan memberikan nilai 26,86 mm tidak berberdanyata dengan pemberian pakan daun jagung yang dilakukan (Afifah et al. Hal ini menandakan pemberian pakan sebanyak 3 gram perharinya mempengaruhi panjang tubuh larva karena sumber pakannya melimpah. Spodoptera memungkinkan mereka menyesuaikan perilaku makan atau proses metabolisme sebagai respons terhadap perubahan pola makan (Kotta et al. , 2. Aktivitas Makan Larva Pada penelitian aktivitas makan larva S. frugiperda menunjukkan perilaku yang berbeda-beda pada setiap stadium larva yaitu diam, bergerak di bawah dan di permukaan daun, kemudian memakan daun dan mengeluarkan feses. Aktivitas makan larva yang berbeda akan fisiologisnya, karena larva membutuhkan banyak nutrisi dan akan digunakan sebagai sumber energi untuk memasuki misalnya tahap perkembangan pupa dan imago pabat dilihat pada (Gambar . dan (Gambar . This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4. 0 International License. Y = Total Skor Aktivitas Makan Y= Total Skor Aktivitas Makan Morfologi dan Aktifitas Makan A Bhekti et al. Jagung (A) sorgum (B) padi sawah padi gogo X = Jam Pengamatan Gambar 6. Aktivitas makan larva instar 3. Jagung (A) sorgum (B) padi sawah padi gogo X = Jam Pengamatan Gambar 7. Aktivitas makan larva instar 4. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan pada larva S. frugiperda instar 3 dan 4 menunjukkan aktivitas makan yang berbeda pada setiap perlakuannya. Variabilitas dalam perilaku makan larva dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk tahap perkembangan individu, ketersediaan sumber makanan, serta kondisi lingkungan yang ada di Ketika larva sedang tidak makan, maka larva hanya akan diam dan membuang feses. Pada larva instar 3 pengamatan aktivitas makan pada berbagai pakan menunjukkan rerata aktivitas makan paling aktif pada jam 30, dan 15. Pada larva instar 4 aktivitas makan pada berbagai pakan menunjukkan rerata aktivitas makan paling aktif pada 16. 30 setelah 1 jam pemberian pakan, jam 13. 30 setelah 22 jam, dan 15. 30 setelah 24 jam pemberian Larva S. frugiperda memiliki tipe mulut menggigit dan mengunyah. Larva memulai aktivitas makan mulai dari tepi daun hingga tulang daun (Irawan et al. Pola waktu makan umum untuk larva serangga cenderung lebih aktif di waktu yang lebih sejuk, seperti saat fajar atau senja saat suhu udara rendah (Nonci et al. , 2. Pada siang hari atau saat suhu udara tinggi, larva cenderung untuk bersembunyi di bawah dedaunan atau di tanah untuk menghindari panas yang Namun, larva S. dapat tetap aktif dan makan di siang hari jika kondisi lingkungan atau kebutuhan makanannya memungkinkan seperti yang dapat dilihat pada gambar 6 dan 7. KESIMPULAN Pemberian 3 gram pakan perharinya memberikan nilai yang lebih tinggi dari pada 1 gram perhari pada bobot tubuh dan panjang larva. Perlakuan daun tanaman jagung varietas pioneer 32 (A) memberikan hasil tertinggi terhadap bobot tubuh instar 2, 4 dan 6 sebesar 0. 025 gram, 194 gram dan 0. 361 gram. Panjang tubuh instar2, 4 dan 6 sebesar 14,365 mm, 22,720 mm dan 29,880 mm. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih Corteva Agriscience Lemahabang Karawang yang terlibat dan mendukung dalam kegiatan penelitian yang dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA