Indonesian Journal for Social Responsibility (IJSR) Vol. No. 02, . , pp. https://doi. org/10. 36782/ijsr. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Homestay untuk Wisatawan Faozen1*. Juhanda1. Edhi Siswanto2 Program Studi Perhotelan, 2Program Studi Ilmu Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah Jember. Jl. Karimata No. Jember. Jawa Timur, 68121. Indonesia E-mail: faozen@unmuhjember. id*, juhanda@unmuhjember. id, edhisiswanto@unmuhjember. Received: March 19, 2025 | Revised: April 11, 2025 | Accepted: June 2, 2025 Abstrak Pengelolaan homestay berbasis komunitas merupakan salah satu strategi dalam mendukung pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan berbasis ekonomi lokal. Namun, masih banyak pengelola homestay yang menghadapi berbagai kendala, seperti kurangnya pemahaman tentang standar pelayanan, keterbatasan pemasaran digital, serta minimnya penerapan konsep keberlanjutan. Program peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan homestay ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas layanan, strategi pemasaran digital, serta praktik ramah lingkungan dalam pengelolaan homestay di Desa Sidomulyo. Kabupaten Jember. Metode yang digunakan dalam program ini adalah pendekatan Participatory Action Research. Hasil dari program ini menunjukkan setelah pelatihan, 80% wisatawan merasa lebih puas dengan layanan homestay, sementara 90% pengelola mulai aktif memasarkan homestay mereka melalui media sosial dan platform daring. Selain itu, konsep keberlanjutan mengalami peningkatan, dengan 70% pengelola homestay mulai menerapkan sistem pemilahan sampah dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Meskipun demikian, program ini masih menghadapi sejumlah tantangan, seperti keterbatasan dana untuk renovasi fasilitas, kurangnya pendampingan berkelanjutan dalam pemasaran digital, serta minimnya kerja sama dengan agen perjalanan dan operator tur. Kata kunci: Ekowisata. Kapasitas Masyarakat. Pariwisata Berkelanjutan. Pemasaran Digital. Pengelolaan Homestay Abstract Community-based homestay management is one of the strategies in supporting the development of sustainable tourism and based on the local economy. However, there are still many homestay managers who face various obstacles, such as a lack of understanding of service standards, limitations in digital marketing, and a lack of implementation of sustainability concepts. This community capacity building program in homestay management aims to improve servicequality, digital marketing strategies, and environmentally friendly practices in homestay management in Sidomulyo Village. Jember Regency. The method used in this program is the Participatory Action Research approach. The results of this program show that after the training, 80% of tourists feel more satisfied with the homestay service, while 90% of managers start actively marketing their homestays through social media and online Faozen. Juhanda. Edhi Siswanto In addition, the concept of sustainability is on the rise, with 70% of homestay managers starting to implement waste sorting systems and reduce the use of single-use Despite this, the program still faces a number of challenges, such as limited funds for facility renovations, lack of ongoing assistance in digital marketing, and lack of cooperation with travel agents and tour operators. Keywords: Community Capacity. Digital Marketing. Ecotourism. Homestay Management. Sustainable Tourism Pendahuluan Pariwisata merupakan salah satu sektor yang berkontribusi besar terhadap perekonomian suatu daerah dan dapat menjadi instrumen dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal (Andriani, dkk. , 2. Salah satu bentuk pariwisata berbasis komunitas yang berkembang pesat adalah homestay, yakni akomodasi yang memungkinkan wisatawan merasakan kehidupan masyarakat setempat secara langsung (Paulauskaite, dkk. , 2. Homestay tidak hanya berfungsi sebagai sumber pendapatan tambahan bagi masyarakat, tetapi juga sebagai sarana pelestarian budaya dan kearifan lokal yang menjadi daya tarik utama dalam industri pariwisata (Kafle, 2. Namun, tantangan yang dihadapi dalam pengelolaan homestay masih cukup besar, terutama dalam hal kualitas layanan, standar kebersihan, pemasaran digital, dan keberlanjutan Banyak pengelola homestay di daerah wisata belum memiliki keterampilan dan kapasitas yang memadai untuk memenuhi ekspektasi wisatawan, terutama yang berasal dari pasar internasional (UNWTO, 2023. Wahyuni & Puksi, 2. Keterbatasan dalam aspek hospitality, fasilitas, dan pemasaran menjadi faktor utama yang menghambat daya saing homestay lokal dibandingkan dengan akomodasi komersial lainnya. Desa Sidomulyo di Kabupaten Jember, misalnya, merupakan salah satu destinasi wisata dengan potensi besar dalam pariwisata berbasis komunitas (Media Center Sidomulyo, 2. Keindahan alam yang masih asri serta kekayaan budaya yang dimiliki desa ini menjadikannya destinasi menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara (Faozen & Jatmiko, 2. Namun, pengelolaan homestay di desa ini masih menghadapi tantangan dalam peningkatan kapasitas sumber daya manusia, pengelolaan fasilitas, serta strategi pemasaran yang efektif (Dinas Pariwisata Kabupaten Jember, 2. Menurut laporan dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember . , sekitar 40% wisatawan yang menginap di homestay di wilayah Jember mengeluhkan kebersihan. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Homestay untuk Wisatawan kenyamanan, dan ketidaksesuaian fasilitas dengan deskripsi yang disediakan. Selain itu, homestay yang ada sering kali kurang terintegrasi dengan aktivitas wisata di desa, sehingga wisatawan tidak mendapatkan pengalaman yang optimal selama menginap (Guggenberger, , 2. Tantangan lainnya adalah kurangnya akses terhadap pelatihan dan pendampingan, yang menyebabkan pengelola homestay belum memahami standar layanan yang sesuai dengan kebutuhan wisatawan modern (UNESCO, 2009. Woli, 2. Keberlanjutan lingkungan dalam operasional homestay juga menjadi perhatian penting. Berdasarkan penelitian oleh Sawitri dkk. dan Syamsul dkk. , kurangnya regulasi dan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah telah menyebabkan pencemaran di beberapa desa wisata di Indonesia. Tanpa adanya strategi keberlanjutan yang jelas, homestay di daerah wisata dapat menjadi ancaman bagi lingkungan setempat. Selain itu, infrastruktur yang kurang memadai, termasuk akses jalan, fasilitas sanitasi, dan komunikasi, turut menjadi kendala dalam meningkatkan daya tarik wisata desa (Deutsche Bank Indonesia, 2. Untuk mengatasi tantangan-tantangan tersebut, diperlukan upaya peningkatan kapasitas masyarakat dalam mengelola homestay secara profesional, berkelanjutan, dan berbasis teknologi digital. Pelatihan intensif mengenai standar hospitality, strategi pemasaran digital, dan pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan perlu diberikan kepada pengelola homestay agar dapat meningkatkan kualitas layanan dan menarik lebih banyak wisatawan. Pendampingan dalam pengelolaan bisnis serta kolaborasi dengan dinas pariwisata, akademisi, dan sektor swasta juga diperlukan untuk menciptakan ekosistem pariwisata yang lebih kompetitif (Setiawan, 2. Dengan adanya peningkatan kapasitas ini, diharapkan homestay di desa wisata seperti Sidomulyo dapat berkembang menjadi akomodasi yang berstandar internasional, menawarkan pengalaman autentik bagi wisatawan, serta mendukung kesejahteraan masyarakat dan keberlanjutan lingkungan. Program ini juga sejalan dengan tren global dalam pariwisata berbasis komunitas dan ekowisata yang menekankan pengalaman lokal, pemberdayaan masyarakat, serta konservasi lingkungan (UNWTO, 2. Metode Dalam upaya meningkatkan kapasitas pengelola homestay di Desa Sidomulyo. Jember, pendekatan Participatory Action Research (PAR) diterapkan. Pendekatan ini dipilih karena fokusnya yang kuat pada kolaborasi antara peneliti dan masyarakat untuk menghasilkan Faozen. Juhanda. Edhi Siswanto perubahan sosial yang berkelanjutan. Dalam PAR, masyarakat bukan hanya sebagai objek penelitian, tetapi juga sebagai mitra aktif yang berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi tindakan yang diambil. Oleh karena itu, metode ini memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi langsung dalam identifikasi masalah dan pencarian solusi, yang menjamin relevansi dan keberlanjutan program. Tahapan pelaksanaan PAR dirancang agar berjalan secara partisipatif dan berbasis kebutuhan lokal. Prosesnya dimulai dengan identifikasi masalah dan analisis kebutuhan, yang dilakukan melalui diskusi bersama masyarakat dan pengelola homestay. Survei awal dan diskusi kelompok terfokus . ocus group discussio. digunakan untuk menggali permasalahan yang dihadapi oleh pengelola homestay serta potensi yang dapat dikembangkan. Hasil dari tahap ini adalah pemetaan masalah yang disertai dengan solusi yang relevan dan dapat diterapkan langsung oleh masyarakat. Selanjutnya, tahap kedua adalah perencanaan tindakan, di mana program-program pelatihan, pendampingan, dan pengembangan infrastruktur disusun berdasarkan hasil analisis Pada tahap ini, pengelola homestay dan masyarakat diikutsertakan dalam merancang program yang tepat sasaran, seperti pelatihan tentang kebersihan, keramahan, dan keberlanjutan. Ini juga melibatkan pihak-pihak terkait seperti ahli pariwisata dan pemasar digital untuk memastikan program yang disusun sesuai dengan kebutuhan dan harapan Tahap ketiga adalah implementasi program, di mana pengelola homestay diberi pelatihan praktis dan langsung terkait standar layanan wisata, pemasaran digital, dan praktik ramah Program ini tidak hanya berfokus pada pengetahuan teori, tetapi juga pada penerapan langsung di lapangan, yang merupakan prinsip dasar dari PAR. Selain itu, pengelola homestay didampingi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan ini sehingga mereka dapat mempraktikkan dan menguji solusi yang telah direncanakan bersama. Tahap keempat adalah pendampingan berkelanjutan, di mana pengelola homestay mendapatkan bimbingan langsung dalam melaksanakan program yang telah diterapkan. Pendampingan ini dilakukan melalui kolaborasi antara masyarakat, pengelola homestay, dan pihak-pihak terkait lainnya, yang bertujuan untuk memperkuat kemampuan masyarakat dalam mengelola homestay dan memperluas jaringan mereka. Salah satu elemen penting dalam PAR Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Homestay untuk Wisatawan adalah dialog dan refleksi yang terus-menerus antara peneliti dan masyarakat, yang memungkinkan evaluasi dan penyesuaian program dilakukan secara terus-menerus. Tahap kelima adalah pengembangan infrastruktur, yang melibatkan renovasi fasilitas homestay, peningkatan aksesibilitas, dan penerapan teknologi ramah lingkungan. Infrastruktur yang memadai sangat penting untuk mendukung keberlanjutan dan kenyamanan wisatawan. Pendekatan PAR mengharuskan masyarakat untuk berperan aktif dalam proses ini, sehingga mereka merasa memiliki dan bertanggung jawab atas perkembangan fasilitas tersebut. Pada tahap keenam, evaluasi dan pemantauan dilakukan secara partisipatif, dengan melibatkan pengelola homestay dan masyarakat dalam proses penilaian efektivitas program. Evaluasi ini tidak hanya dilihat dari sudut pandang peneliti, tetapi juga dari perspektif masyarakat yang terlibat. Dengan demikian, keberhasilan program dapat diukur dari sejauh mana masyarakat merasa bahwa perubahan yang dilakukan sudah memberikan dampak positif bagi mereka. Tahap terakhir adalah promosi dan keberlanjutan, di mana pengelola homestay didorong untuk memanfaatkan platform digital dan media sosial dalam mempromosikan layanan Kerja sama dengan agen perjalanan dan situs pemesanan daring juga dijalin untuk memperluas pasar. Pendekatan PAR memastikan bahwa seluruh proses ini melibatkan masyarakat dalam setiap tahap, dari perencanaan hingga promosi, sehingga menciptakan sistem yang mandiri dan berkelanjutan. Pendekatan PAR dipilih karena memberikan manfaat yang besar dalam memberdayakan Melalui metode ini, masyarakat tidak hanya menjadi subjek yang menerima hasil dari penelitian, tetapi juga terlibat langsung dalam proses perubahan yang diinginkan. Dengan demikian, keberlanjutan dari program ini lebih terjamin, karena solusi yang diterapkan benarbenar sesuai dengan kebutuhan lokal dan didukung oleh partisipasi aktif masyarakat. PAR juga memastikan bahwa setiap langkah yang diambil tidak hanya relevan dan efektif, tetapi juga dapat dipertanggungjawabkan oleh masyarakat itu sendiri, yang pada gilirannya meningkatkan rasa memiliki dan tanggung jawab terhadap keberlanjutan program. Hasil dan Pembahasan Pelaksanaan program peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan homestay untuk wisatawan di Desa Sidomulyo telah menunjukkan dampak positif yang signifikan di berbagai aspek, termasuk kualitas layanan homestay, keterampilan pemasaran digital. Faozen. Juhanda. Edhi Siswanto manajemen usaha, dan keberlanjutan lingkungan. Program ini dirancang untuk mengatasi permasalahan utama yang dihadapi pengelola homestay, seperti kurangnya pemahaman standar pelayanan, keterbatasan pemasaran digital, serta minimnya penerapan praktik berkelanjutan dalam operasional homestay. Hasil yang diperoleh dari intervensi ini mencerminkan peningkatan signifikan dalam berbagai indikator utama yang diukur selama program berlangsung. Gambar 1 yang menunjukkan peningkatan dalam pengelolaan homestay di Desa Sidomulyo. Seperti yang dapat dilihat, terdapat peningkatan yang signifikan pada aspek kualitas layanan, strategi pemasaran, dan praktik ramah lingkungan setelah program pelatihan dan Gambar 1 juga menggambarkan dampak positif dari program ini pada tiga area Untuk memastikan bahwa peningkatan ini dapat dipertahankan, survei berkala selama 6 bulan. Persentase (%) Sebelum Sesudah Kualitas Layanan Strategi Pemasaran Praktik Ramah Lingkungan Gambar 1. Grafik Peningkatan Praktik Manajemen Homestay Peningkatan Standar Pelayanan Homestay Sebelum pelatihan dan pendampingan ini dilaksanakan, standar pelayanan homestay di Desa Sidomulyo menghadapi berbagai tantangan yang berdampak pada kepuasan wisatawan. Berdasarkan survei awal terhadap wisatawan yang menginap di homestay Jember, ditemukan bahwa 40% wisatawan kurang puas dengan kebersihan, 35% mengeluhkan kenyamanan tempat tidur dan kamar, serta 25% menyatakan keramahan layanan masih kurang optimal. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Homestay untuk Wisatawan Masalah ini timbul akibat kurangnya pemahaman pengelola mengenai standar pelayanan yang ideal, dari kebersihan hingga interaksi dengan wisatawan. Untuk mengatasi hal ini, program pelatihan dirancang untuk meningkatkan kapasitas pengelola homestay dalam bidang hospitality dan pelayanan. Pelatihan mencakup manajemen kebersihan, penyediaan fasilitas dasar, dan teknik penyambutan tamu. Pengelola homestay diajarkan tentang pentingnya menjaga kebersihan kamar, kamar mandi, dan area umum, termasuk cara merawat perabotan serta fasilitas agar tetap dalam kondisi prima. Selain itu, pengelola juga diberikan pemahaman mengenai sanitasi yang baik untuk kenyamanan wisatawan, seperti penggunaan linen bersih dan tersedianya air bersih. Aspek kenyamanan menjadi fokus utama dalam pelatihan ini. Berdasarkan survei, banyak wisatawan yang mengeluhkan kurangnya fasilitas dasar seperti kasur yang nyaman dan pencahayaan yang kurang baik (Gambar . Pengelola diajarkan mengenai tata ruang, kualitas furnitur, serta bagaimana mengatur pencahayaan agar suasana kamar lebih nyaman. Beberapa homestay bahkan melakukan perbaikan kecil, seperti mengganti seprai dengan bahan berkualitas lebih baik dan meningkatkan ventilasi udara di kamar. Gambar 2 Kondisi Kamar Homestay Sebelum Pelatihan Pelatihan juga mengajarkan pengelola pentingnya keramahan dalam berinteraksi dengan tamu, terutama wisatawan asing. Banyak pengelola yang masih merasa canggung atau tidak memiliki standar dalam berkomunikasi dengan tamu. Melalui simulasi interaksi, mereka diajarkan cara menyapa tamu, memberikan informasi mengenai desa dan aktivitas wisata. Faozen. Juhanda. Edhi Siswanto serta menangani keluhan tamu. Pengelola juga diajarkan pentingnya bahasa tubuh dan ekspresi wajah yang ramah agar wisatawan merasa diterima dengan baik. Selain itu, pengelola homestay diberikan pelatihan mengenai pengelolaan pengalaman wisata, termasuk cara menawarkan paket wisata tambahan seperti tur budaya, pengalaman memasak makanan khas daerah, serta aktivitas tradisional. Hal ini tidak hanya meningkatkan daya tarik homestay, tetapi juga memperpanjang durasi menginap wisatawan, yang meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Beberapa pengelola homestay mulai menawarkan layanan tambahan ini, yang terbukti menarik minat wisatawan untuk tinggal lebih lama di Desa Sidomulyo. Hasil dari program ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kepuasan Survei pascaprogram menunjukkan bahwa 80% wisatawan merasa puas dengan layanan homestay, sebesar 60% respondem memberikan rating Ausangat baikAy untuk kebersihan dan keramahan (Gambar . Beberapa homestay yang menerapkan standar pelayanan yang lebih baik melaporkan peningkatan jumlah wisatawan yang kembali menginap atau memberikan ulasan positif di media sosial. Namun, masih ada tantangan dalam mempertahankan standar pelayanan yang telah Beberapa pengelola menghadapi kendala dalam menjaga konsistensi layanan karena kurangnya tenaga terlatih dan sumber daya untuk renovasi. Oleh karena itu, program ini merekomendasikan pendampingan berkelanjutan dan evaluasi berkala untuk memastikan peningkatan layanan dapat dipertahankan. Secara keseluruhan, program pelatihan ini telah meningkatkan standar pelayanan homestay di Desa Sidomulyo dalam aspek kebersihan, kenyamanan, dan keramahan. Hal ini tidak hanya meningkatkan kepuasan wisatawan, tetapi juga menjadikan Desa Sidomulyo lebih kompetitif sebagai destinasi wisata berbasis komunitas, menarik wisatawan domestik dan Keberlanjutan program ini memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, dan mitra pariwisata, agar homestay di desa ini dapat terus berkembang sesuai dengan standar yang diharapkan. Efektivitas Penerapan Pemasaran Digital dalam Pengelolaan Homestay Sebelum program peningkatan kapasitas dilaksanakan, pemasaran digital menjadi tantangan besar bagi pengelola homestay di Desa Sidomulyo. Berdasarkan survei awal, 70% pengelola homestay belum memahami pemasaran digital dengan baik, dan hanya 25% yang Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Homestay untuk Wisatawan tahu cara mendaftarkan homestay di platform pemesanan daring seperti Airbnb. Agoda, dan Booking. Sebagian besar pengelola masih mengandalkan pemasaran konvensional yang terbatas dalam menjangkau wisatawan dari luar daerah dan asing. Minimnya pemanfaatan teknologi digital ini menjadi salah satu faktor rendahnya okupansi homestay, terutama di luar musim liburan. Dalam program ini, pengelola homestay diberikan pelatihan intensif mengenai pemasaran digital, yang mencakup pembuatan dan pengelolaan media sosial, fotografi promosi, penulisan deskripsi menarik, serta pemanfaatan platform pemesanan daring. Pengelola diajarkan membuat konten visual yang menarik, seperti mengambil foto yang baik, mengedit gambar agar lebih profesional, serta menampilkan keunikan homestay. Mereka juga dilatih menulis deskripsi yang persuasif dan menggunakan kata kunci yang tepat agar lebih mudah ditemukan di pencarian daring. Hasil dari pelatihan ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam pemanfaatan pemasaran digital oleh pengelola homestay. Sekitar 90% peserta mulai aktif menggunakan media sosial seperti Instagram dan Facebook untuk promosi, dengan 80% mengunggah fotofoto homestay dengan kualitas lebih baik. Beberapa bahkan mulai menggunakan iklan berbayar (Facebook Ads dan Instagram Ad. untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Penerapan pemasaran digital ini juga meningkatkan jumlah pemesanan homestay melalui platform daring. Sebelum pelatihan, hanya 25% homestay yang terdaftar di platform seperti Airbnb. Agoda, dan Booking. Setelah pelatihan, lebih dari 50% pengelola berhasil mendaftarkan homestay mereka, dengan peningkatan okupansi sebesar 35% dalam tiga bulan. Gambar 3. Kondisi Kamar Homestay Setelah Pelatihan Faozen. Juhanda. Edhi Siswanto Pemasaran digital juga membantu pengelola homestay dalam membangun reputasi daring. Sistem ulasan pelanggan di platform daring memungkinkan homestay yang memberikan pengalaman baik untuk mendapatkan ulasan positif, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan wisatawan. Homestay yang mendapatkan rating di atas 4,5 bintang melaporkan peningkatan pemesanan hingga 50% lebih tinggi dibandingkan yang belum memiliki ulasan. Selain itu, pemasaran digital membuka peluang untuk menjangkau wisatawan asing. Sebelum pelatihan, kurang dari 10% wisatawan yang menginap berasal dari luar negeri. Setelah pengelola aktif di platform daring dan menerjemahkan deskripsi properti ke bahasa Inggris, sekitar 20% homestay mulai menerima tamu asing, terutama dari Eropa dan Asia Timur. Keberhasilan ini menunjukkan bahwa pemasaran digital tidak hanya meningkatkan okupansi, tetapi juga memperluas jangkauan pasar ke tingkat internasional. Namun, meskipun program ini berhasil meningkatkan pemasaran digital, masih ada tantangan yang perlu diatasi. Beberapa pengelola masih kesulitan mengelola akun media sosial secara konsisten dan belum memahami penggunaan analitik untuk mengoptimalkan promosi. Selain itu, sekitar 30% pengelola belum sepenuhnya memahami cara mengoperasikan platform pemesanan daring secara optimal, seperti menyesuaikan harga dan merespons ulasan Oleh karena itu, diperlukan pendampingan lebih lanjut melalui mentoring dan workshop berkelanjutan agar pengelola semakin mahir dalam pemasaran digital. Secara keseluruhan, program ini memberikan dampak positif yang signifikan dalam meningkatkan keterampilan pemasaran digital pengelola homestay di Desa Sidomulyo. Dengan pemanfaatan teknologi yang lebih optimal, homestay kini memiliki peluang lebih besar untuk menarik wisatawan, meningkatkan okupansi, dan memperluas jangkauan pasar baik nasional maupun internasional. Untuk memastikan dampak berkelanjutan, dibutuhkan strategi pendampingan jangka panjang, kolaborasi dengan platform pemesanan daring, dan pelatihan lanjutan agar pengelola homestay dapat terus berkembang dan bersaing di industri pariwisata yang semakin kompetitif. Peningkatan Kesadaran dan Penerapan Keberlanjutan dalam Pengelolaan Homestay Sebelum program intervensi, kesadaran masyarakat Desa Sidomulyo terhadap keberlanjutan pengelolaan homestay masih rendah. Sebagian besar homestay belum mengadopsi praktik ramah lingkungan secara optimal. Berdasarkan survei awal, hanya 30% pengelola yang memilah sampah, sementara lebih dari 60% masih menggunakan plastik sekali Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Homestay untuk Wisatawan Selain itu, pengelolaan limbah dilakukan secara konvensional tanpa daur ulang atau pengolahan ramah lingkungan. Penggunaan energi juga masih bergantung pada listrik konvensional tanpa pemanfaatan sumber energi alternatif seperti tenaga surya atau biogas. Hal ini menjadi tantangan, terutama dengan tren pariwisata global yang mengarah pada Wisatawan, mempertimbangkan faktor keberlanjutan dalam memilih akomodasi. Berdasarkan studi (Syamsul, dkk. , 2. , wisatawan cenderung memilih akomodasi yang menerapkan prinsip keberlanjutan seperti pengurangan jejak karbon dan manajemen limbah yang baik. Oleh karena itu, program ini bertujuan meningkatkan kesadaran dan mengajarkan praktik keberlanjutan dalam pengelolaan homestay. Pelatihan dalam program ini mencakup pengelolaan limbah, penggunaan energi terbarukan, pengurangan plastik sekali pakai, dan penerapan ekowisata berbasis komunitas. Peserta diajarkan cara memilah sampah organik dan anorganik, pemanfaatan limbah dapur untuk kompos, serta daur ulang bahan yang masih bisa digunakan. Pelatihan ini bertujuan mengurangi limbah dan menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat bagi wisatawan. Selain itu, pengelola juga diperkenalkan dengan penggunaan panel surya untuk kebutuhan listrik homestay dan pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih. Hasil dari pelatihan menunjukkan perubahan signifikan dalam praktik keberlanjutan. Setelah tiga bulan program, 70% pengelola homestay mulai menerapkan pemilahan sampah dan daur ulang, meningkat dari hanya 30%. Sebanyak 50% homestay telah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, menggantinya dengan bahan ramah lingkungan seperti sedotan bambu dan kemasan daun pisang. Salah satu homestay bahkan mulai menerapkan konsep zero waste homestay, di mana hampir seluruh limbah dapat didaur ulang. Selain itu, ada peningkatan dalam pemanfaatan energi terbarukan. Beberapa homestay mulai menggunakan panel surya untuk penerangan dan pemanas air. Langkah ini mengurangi ketergantungan pada listrik konvensional dan menarik wisatawan yang peduli lingkungan. Salah satu homestay yang memasang panel surya melaporkan tanggapan positif dari wisatawan, yang memilih homestay tersebut karena konsep ramah lingkungan yang diterapkan. Dari sisi pemasaran, homestay yang mengadopsi konsep ramah lingkungan menarik lebih banyak perhatian dari wisatawan, terutama yang peduli terhadap keberlanjutan. Dalam beberapa bulan setelah program, homestay yang menerapkan ekowisata mengalami Faozen. Juhanda. Edhi Siswanto peningkatan pemesanan sebesar 30%, dengan banyak wisatawan memberikan ulasan positif mengenai keberlanjutan yang diterapkan. Namun, tantangan masih ada, terutama dalam hal pembiayaan teknologi ramah lingkungan seperti panel surya. Banyak pengelola kesulitan mengalokasikan dana untuk peralatan ramah lingkungan, sehingga adopsi teknologi ini terbatas pada homestay dengan akses bantuan atau pendampingan. Oleh karena itu, dukungan dari pemerintah atau sektor swasta diperlukan dalam bentuk insentif atau bantuan keuangan agar lebih banyak homestay dapat mengadopsi praktik keberlanjutan. Perubahan perilaku dalam pengelolaan limbah dan energi juga memerlukan waktu untuk diterapkan secara luas. Beberapa pengelola masih membutuhkan pendampingan lanjutan untuk memastikan praktik keberlanjutan diterapkan dalam jangka panjang. Oleh karena itu, program ini perlu dilanjutkan dengan pendampingan intensif dan pembentukan komunitas ekowisata di tingkat desa untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam pengelolaan homestay berbasis keberlanjutan. Secara keseluruhan, program ini telah menunjukkan dampak positif, dengan peningkatan pengelolaan limbah, pengurangan konsumsi plastik, dan pemanfaatan energi terbarukan. Homestay di Desa Sidomulyo kini semakin siap bersaing di industri pariwisata berbasis komunitas dengan menawarkan pengalaman menginap ramah lingkungan. Meski tantangan masih ada, dengan dukungan berkelanjutan. Desa Sidomulyo dapat berkembang menjadi destinasi ekowisata unggulan yang memberikan manfaat ekonomi sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Kesimpulan Program peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan homestay di Desa Sidomulyo telah berhasil meningkatkan kualitas layanan, pemasaran digital, serta penerapan praktik keberlanjutan di homestay. Pendekatan PAR memungkinkan kolaborasi aktif antara masyarakat dan tim pengelola untuk mengidentifikasi masalah serta mencari solusi yang relevan dengan kebutuhan lokal. Hasil dari program ini menunjukkan peningkatan signifikan dalam kepuasan wisatawan dan pemasaran digital, di mana lebih banyak pengelola homestay memanfaatkan media sosial dan platform daring untuk memperluas pasar. Selain itu, 70% pengelola mulai mengadopsi sistem pemilahan sampah dan mengurangi penggunaan plastik Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Pengelolaan Homestay untuk Wisatawan sekali pakai, sebagai upaya untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam operasional Namun, tantangan yang dihadapi dalam program ini termasuk keterbatasan dana untuk renovasi fasilitas, kebutuhan pendampingan berkelanjutan dalam pemasaran digital, serta kurangnya kerja sama dengan agen perjalanan dan operator tur. Solusi yang dapat diberikan untuk mengatasi tantangan tersebut adalah dengan menyediakan dukungan pendanaan dari pemerintah atau sektor swasta, serta memperkuat kerja sama dengan agen perjalanan dan platform pemesanan daring untuk meningkatkan visibilitas homestay. Program pendampingan yang berkelanjutan perlu dilaksanakan untuk membantu pengelola homestay dalam mengoptimalkan pemasaran digital dan menjaga standar pelayanan yang telah ditingkatkan. Keberlanjutan program ini juga membutuhkan evaluasi dan adaptasi berkala agar dapat terus memberikan dampak positif dalam jangka panjang. Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada LPPM Universitas Muhammadiyah Jember atas dukungan dan kerja sama yang luar biasa dalam pelaksanaan program ini. Tanpa bimbingan, sumber daya, dan komitmen yang diberikan, program peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan homestay di Desa Sidomulyo ini tidak akan berjalan dengan Daftar Pustaka