ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 Doi: https://doi. org/10. 31938/jns. KOMPOSISI DAN STRUKTUR VEGETASI HUTAN GAMBUT KAWASAN RESTORASI EKOSISTEM RIAU Composition and Structure of The Peat Forest Vegetation in The Riau Ecosystem Restoration Area Sandi Yoga Fhirgiawan1. Ombo Satjapradja2. Kustin Bintani Meiganati 3 1,2,3 Program Studi Kehutanan. Fakultas Kehutanan. Universitas Nusa Bangsa Jl. KH. Sholeh Iskandar Km 4. Tanah Sareal. Kota Bogor. Indonesia. e-mail : yoga. sani@yahoo. e-mail: ombo_satjpraja@yahoo. e-mail: kb1nt41n1. m31@gmail. Corresponding author: kb1nt41n1. m31@gmail. ABSTRACT Forests have different species and structure compositions depending on local conditions. One of the forests that has a specific character is Peat Forest. The condition of the peat forest footprint explicitly influences the types of flora and fauna that can adapt to the condition of the forest. When there is a disturbance to the peat forest ecosystem, it is necessary to know how the effort is to reverse the condition of the forest ecosystem. Efforts can be made to restore the condition of the ecosystem by restoring the ecosystem. This study aimed to determine the composition. INP, diversity index, and stratification of peat forests in the Riau ecosystem restoration area in Pelalawan District. Data collection methods were carried out with vegetation analysis, field observations, and literature studies. The results of this study indicate that there are 11 species found in the Young Shrub land cover, with the dominant is Ficus carica L, in the Old Shrub land cover found 28 species with the dominating is Shorea sp, while in the Secondary Forest land cover found 55 species, with the type what dominates is the Syzygium sp. The species diversity index in the Young Shrub land cover is of low value, while the Old Shrub and Secondary Forest is of medium value. Based on field observations, canopy closure conditions in the study sites consisted of strata A. D, and E, which were dominated by Stratum C . -20 . Keywords: species composition, ecosystem restoration, vegetation structure, peat forest. ABSTRAK Hutan memiliki komposisi jenis dan struktur yang berbeda tergantung pada kondisi setempat. Salah satu hutan yang memiliki karakter spesifik adalah Hutan Gambut. Kondisi tapak hutan gambut yang khusus mempengaruhi jenis flora maupun fauna yang mampu beradaptasi pada kondisi hutan tersebut. Ketika terjadi gangguan terhadap ekosistem hutan gambut maka perlu diketahui bagaimana upaya untuk mengembalikan kondisi ekosistem hutan tersebut. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ekosistem tersebut yaitu dengan melakukan restorasi ekosistem. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana komposisi. INP yang paling tinggi/ dominan. Indeks keanekaragaman dan stratifikasi di hutan gambut kawasan restorasi ekosistem Riau Kabupaten Pelalawan. Metode pengambilan data dilakukan dengan analisis vegetasi, observasi lapang, dan studi literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 11 jenis yang ditemukan pada tutupan lahan belukar muda dengan jenis yang mendominasi adalah jenis Ara (Ficus caric. , pada tutupan lahan belukar tua ditemukan 28 jenis dengan jenis yang mendominasi adalah Meranti (Shorea sp. , sedangkan pada tutupan lahan hutan sekunder ditemukan 55 jenis, dengan jenis yang mendominasi adalah jenis Kelat (Austrobuxus nitidu. Indeks keanekaragaman jenis pada tutupan lahan Belukar Muda bernilai rendah sedangkan pada Belukar Tua dan Hutan Sekunder bernilai sedang. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan,kondisi penutupan tajuk di lokasi penelitian terdiri dari stratum A. D dan E yang didominasi oleh Stratum C . -20 . Kata kunci: komposisi jenis, restorasi ekosistem, struktur vegetasi, hutan gambut. ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 PENDAHULUAN Hutan sebagai salah satu sumberdaya alam memiliki peranan yang penting bagi kehidupan manusia. Hutan memiliki fungsi dan manfaat bagi makhluk hidup termasuk manusia serta, berpengaruh sangat besar terhadap aspek ekologi, eko1nomi dan soail baik secara Perkembangan zaman dengan teknologi yang semakin canggih dan jumlah penduduk yang meningkat menyebabkan kebutuhan manusia juga semakin meningkat dan beragam. Kebutuhan berdampak pada ketergantungan manusia pada mempengaruhi kondisi pengelolaan hutan secara lestari, yang dalam perkembangannya diharapkan dapat memberi manfaat ekonomi, sementara fungsi ekologis dalam ekosistem hutan tetap terpelihara dengan baik. (Hayati dkk, 2. Menurut Soerianegara dan Indrawan . , hutan adalah masyarakat tumbuh tumbuhan yang dominasi pohon-pohonan dan mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan. Hutan memiliki komposisi jenis dan struktur yang berbeda tergantung pada kondisi tapak atau tempat Salah satu hutan yang memiliki karakter spesifik adalah Hutan Gambut. Kondisi tapak hutan gambut yang khusus mempengaruhi jenis flora maupun fauna yang mampu beradaptasi pada kondisi hutan tersebut. Ketika terjadi gangguan terhadap ekosistem hutan gambut maka perlu diketahui bagaimana upaya untuk mengambalikan kondisi ekosistem hutan Upaya yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kondisi ekosistem tersebut salah satunya dengan melakukan restorasi Salah satunya di hutan gambut Restorasi Ekosistem Riau di Kabupaten Pelalawan, yang mempunyai peran penting dalam upaya pengembalian kondisi ekosistem di daerah tersebut. Adapun informasi mengenai Komposisi dan Struktur Vegetasi di Hutan Restorasi tersebut belum ada, meskipun kenyataannya, hutan itu telah tumbuh dan berkembang selama sekitar lima tahun. Meskipun kenyataannya, hutan itu telah tumbuh dan berkembang selama sekitar lima tahun. Sehingga penelitian ini dirasa dapat membantu pengambilan keputusan dalam upaya pengelolaan hutan secara lestari. II. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2018 hingga Januari 2019 di kawasan Hutan Gambut Restorasi Ekosistem Riau yang berada di Kabupaten Pelalawan. Provinsi Riau. Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, peta kawasan. GPS, tally sheet, kompas, tali plastik dan phiband. Adapun prosedur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Penentuan penentuan plot contoh Pengambilan contoh vegetasi di lapangan dilakukan dengan metode purposive sampling dalam menentukan petak contoh, yang disesuaikan dengan tipe tutupan Tipe tutupan vegetasi di lokasi penelitian dibagi atas 3 kategori, yaitu . Belukar muda, . Belukar tua dan, . Hutan Rawa Sekunder. Analisis vegetasi Parameter tumbuhan bawah yang diamati adalah jenis, tinggi total, tinggi bebas cabang dan diameter. Data yang diambil sampelnya berasal dari luasan 20. 265 Ha, yang mewakili tiap tutupan vegetasi yang terdapat di Kawasan Restorasi Ekosistem Riau. Jumlah petak contoh yang diambil ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 dari tiap tutupan lahan yaitu . Belukar muda 24 petak contoh. Belukar tua 24 contoh dan Hutan sekunder 36 petak contoh. Dari masing-masing tutupan lahan dibuat petak contoh dengan ukuran 20 m x 20 m untuk tingkat pohon, 10 m x 10 m untuk tingkat tiang, 5 m x 5 m untuk tingkat pancang dan 2 m 2 m untuk ukuran tingkat semai. pohon, yang dihitung berdasarkan jumlah pohon per hektar, dilakukan pada sumbu y. Sementara itu, nilai kelas diameter pohon disajikan pada sumbu x. Meyer dkk. Menurut . , struktur tegakan hutan normal cenderung membentuk grafik berbentuk huruf "J" terbalik seperti yang terlihat pada Gambar Analisis Data . Indeks Nilai Penting (INP) Indeks Nilai Penting (INP) = Kerapatan Relatif Frekuensi Relatif . Indeks Keanekaragaman Jenis (HA. Keterangan :HAo = Shannon Index of General diversity, ni = Indeks nilai penting jenis i. N = Total Indeks Nilai Penting . Stratifikasi tajuk ditentukan dengan menggunakan kriteria sebagai berikut (Indriyanto, 2. 1 Stratum A merupakan lapisan teratas yang terdiri dari pohon-pohon yang tinggi totalnya lebih dari 30 m. Stratum B terdiri dari pohon-pohon yang tingginya 20-30 m. Stratum C terdiri dari pohon-pohon dengan tinggi 4-20 m. Stratum D terdiri dari tumbuhan dengan tinggi 1-4 m. Stratum E, yaitu tajuk paling bawah . apisan kelima dari ata. yang spesies-spesies tumbuhan penutup tanah . round cove. yang tingginya kurang dari 1 . Struktur horizontal tegakan Struktur tegakan dihasilkan melalui penghubungan antara ukuran diameter setinggi dada . dengan kepadatan pohon . umlah pohon per hekta. Penempatan data kerapatan Gambar 1. Grafik Struktur Tegakan Normal II. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL Komposisi Jenis Belukar Muda Jumlah Jenis yang ditemukan pada tutupan lahan Belukar muda yaitu 11 Jenis dengan total individu yang ditemukan 48 individu. komposisi jenis yang terdapat pada tipologi tutupan lahan Belukar Muda ini didominasi oleh jenis Ara (Ficus carica L. ) dengan persentase yang diperoleh yaitu 54,17%. Mahang (Macaranga 92%,Tenggek burung 6,25% dan persentase terkecil yaitu 2,08% dimiliki oleh Suntai (Palaquium walsurifolium Pierre ex Dubard. Mempening (Lithocarpus ewyckii. Kelat (Austrobuxus nitidus. Gelam (Melaleuca ). Simpur (Dillenia grandifolia. Pulai nasi (Dyera costulata. Selumar dan Undal Belukar Tua Komposisi jenis yang terdapat pada tipologi tutupan lahan Belukar Tua didominasi ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 oleh jenis Meranti (Shorea s. dengan persentase 16,77% dari total jumlah 26 individu dan diikuti oleh Medang (Phoebe s. dengan persentase 15,48% dengan total jumlah 24 individu dari total 28 jenis pohon yang Hutan Sekunder Komposisi jenis di tipologi Tutupan Lahan Hutan Sekunder ditemukan 55 jenis dan 568 individu. Dan didominasi oleh jenis Kelat (Austrobuxus nitidus. ) dengan persentase 21,83% dari total 55 jenis yang ditemukan, jenis kedua yang mendominasi yaitu jenis Meranti (Shorea sp. ) dengan persentase 5,11% dan sisanya jenis tanaman lain. Jika dilihat dari data di atas dapat dilihat berdasarkan tingkat pertumbuhan rata-rata persentase tertinggi didominasi oleh tingkat pohon dengan persentase 61,26 % dari jumlah tanaman yang ditemukan di lokasi tersebut. Dominasi Jenis Belukar Muda Hasil perhitungan Indeks Nilai Penting didapatkan berdasarkan perhitungan data yang diperoleh dari hasil pengukuran. Pada tipologi Tutupan Lahan Belukar Muda jenis yang paling dominan pada tingkat semai dan pancang adalah jenis Ara (Ficus carica L. ), dengan INP yang diperoleh pada tingkat semai 99,97% dan pancang 137,00%. Pada tingkat tiang jenis yang paling dominan adalah Mahang (Macaranga gigante. dengan INP 163,45% sedangkan pada tingkat pohon hanya ditemukan satu jenis tegakan yaitu Mahang(Macaranga gigante. , dengan INP yang diperoleh 300 %. 67,81% diikuti jenis Meranti (Shorea sp. Kelat dan Mahang (Macaranga gigante. dengan INP masing-masing 41,92%, 25,79% dan 21,50%. Pada tingkat pertumbuhan tiang ditemukan 20 jenis tanaman, jenis yang mendominasi pada tingkat tiang adalah Meranti(Shorea sp. ) dengan INP 31,25%. Kelat(Austrobuxus nitidus. ) 29,79%. Bengku 24,89%. Medang(Phoebe s. 24,17% dan sisanya adalah jenis lainnya. Sedangkan pada tingkat pohon jenis yang mendominasi adalah Medang(Phoebe s. 57,14%. Untuk lebih jelasnya hasil INP yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 1-3. Hutan Sekunder Pada tipologi Tutupan Lahan Hutan Sekunder pada tingkat pertumbuhan semai ditemukan 26 jenis, dengan jenis yang paling dominan adalah Kelat dengan INP 53,83% dan nilai INP kedua pada tingkat semai yaitu Kemodan dengan nilai 29,92% dan sisanya adalah jenis lainnya. Pada tingkat pancang dan tiang INP tertinggi juga diperoleh oleh jenis Kelat dengan INP 51. 89% pada tingkat pancang dan 55,51% pada tingkat tiang. Sedangkan pada tingkat pohon ditemukan 35 jenis tanaman dengan INP tertinggi didominasi oleh jenis Meranti dengan nilai 25,74%. Kelat 19,64% daan diikuti oleh jenis lainnya. Untuk hasil INP yang diperoleh pada tipologi Tutupan Lahan Hutan Sekunder dapat dilihat pada Tabel 10 Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman jenis yang terdapat pada tutupan lahan Belukar muda yaitu 1,49, sedangkan pada tutupan lahan Belukar Tua dan Hutan sekunder yaitu 2,76 dan 3,24. Belukar Tua Struktur Horizontal Tegakan Pada tipologi Tutupan Lahan Belukar Tua Indeks Nilai Penting (INP) yang paling dominan pada tingkat semai yaitu Medang 34,07% diikuti jenis Malas dan Meranti dengan INP 33,52% dari total 9 jenis yang ditemukan. Untuk tingkat pancang jenis yang mendominasi adalah Undal dengan INP yang diperoleh Struktur vegetasi terdiri dari individuindividu yang membentuk tegakan dalam suatu Pengambilan titik sampel yang dilakukan pada Hutan Gambut di Kawasan Restorasi Ekosistem Riau sebagai keterwakilan terkait dengan kondisi struktur tegakan tersebut serta hasil analisis terkait dengan data struktur ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 tegakan hutan rawa gambut dapat dilihat seperti pada Tabel 4. Tabel diatas menunjukkan bahwa pada tingkat pertumbuhan tiang . iameter 10-19 c. lebih besar dibandingkan tingkat pohon . iameter Ou 20 C. dengan jumlah 139 individu dari total 357 individu yang tercatat. Sebaran tingkat tiang tersebut didominasi pada areal dengan tutupan lahan berupa Hutan Sekunder. Struktur horizontal tegakan hutan yang diilustrasikan dengan adanya hubungan antara sebaran diameter tegakan terhadap jumlah individu dalam setiap kelas diameter di Lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Jumlah individu tertinggi ditemukan pada kelas diameter 10-20 meter dan 20-30 meter, dan mulai mengalami penurunan jumlah individu pada diameter 30-40 meter. Berdasarkan Gambar 1 dapat kita ketahui bahwa pertumbuhan ukuran diameter pohon, mengakibatkan jumlah individu pohon semakin Jika digambarkan dalam grafik maka akan terlihat bahwa penurunan jumlah individu tersebut mengikuti huruf J terbalik. Tabel 1 Analisa Indeks Nilai Penting tutupan Lahan Belukar Muda. Tingkat Pertumbuhan Semai Jumlah jenis yang ditemukan Pancang Tiang Pohon Jenis Dominan A Ara A Tenggek A Suntai A Mempening A Kelat A Ara A Gelam A Simpur A Pulai Nasi A Mahang A Mahang A Selumar A Undal A Mahang INP 99,97 58,37 41,65 27,48 31,56 31,56 27,48 23,95 20,96 163,45 68,28 68,28 300,00 Tabel 2 Analisa Indeks Nilai Penting tutupan Lahan Belukar Tua Tingkat Pertumbuhan Semai Jumlah jenis yang ditemukan Pancang Tiang Pohon Jenis Dominan A A A A A A A A A A Medang Malas Meranti Kelat Undal Meranti Kelat Mahang Meranti Kelat Bengku Medang Medang Undal INP 34,07 33,52 33,52 32,97 67,81 41,92 25,79 21,50 31,25 29,79 24,89 24,17 57,14 46,32 35,21 ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 Tingkat Pertumbuhan Jumlah jenis yang ditemukan INP 32,96 Jenis Dominan A Bengku A Meranti Tabel 3 Analisa Indeks Nilai Penting Tutupan Lahan Hutan Sekunder Tingkat Pertumbuhan Semai Jumlah jenis yang ditemukan Pancang Tiang Pohon Jenis Dominan A A A A A A A A A A Kelat Kemodan Pelawan Arang-arang Kelat Medang Lundu Mangga Hutan Kelat Sembasah Terentang Medang Lundu Meranti Kelat Meranti Bakau Medang Lundu INP 53,83 29,92 18,98 13,19 51,89 15,32 15,99 55,51 16,43 15,24 13,79 25,74 19,64 16,27 15,86 Tabel 4. Sebaran Jumlah Individu Dalam Setiap Kelas Diameter di Areal Hutan Gambut. Kelas Diameter . 10 - < 20 20 - < 30 30 - < 40 40 - < 50 50 - < 60 Ou 60 Sampel Pada Tutupan Lahan Belukar Muda Belukar Tua Hutan Sekunder Gambar 2. Penyebaran dan Jumlah Individu Dalam Kelas Diameter. ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 Stratifikasi Tajuk Stratifikasi tajuk suatu hutan sangat dipengaruhi oleh struktur tegakan dalam hutan. Tinggi rendahnya tajuk merupakan respon suatu jenis tegakan terhadap kebutuhan energi Jenis membutuhkan energi matahari maka pohon tersebut akan tumbuh paling tinggi, dimana pohon jenis ini disebut jenis pohon dominan. Tajuk dibawahnya disebut jenis pohon kodominan, dan ada jenis pohon tertekan yang menyebabkan pohon tersebut memiliki tajuk yang rendah (Septiawan dkk, 2. Pada belukar muda terlihat bahwa tegakan tersebut didominasi oleh stratum D, yang kedua stratum C dan diikuti stratum E yang didominasi oleh pohon Mahang dan Selumar. Rata-rata tinggi bebas cabang 12 m dengan total tinggi 19 m dan diameter 16 cm. Pada Belukar tua terlihat bahwa pada lokasi tersebut didominasi oleh stratum C, yang kedua stratum D, stratum E dan stratum B. Rata-rata tinggi bebas cabang 21 m dengan total tinggi 19 m dan diameter 35,4 cm. Sedangkan pada Hutan Sekunder terlihat pada lokasi tersebut didominasi oleh stratum C, yang kedua stratum D, stratum E dan stratum B didominasi oleh pohon Meranti. Resak dan Sembasah Gambar 3. Stratifikasi tajuk PEMBAHASAN Komposisi jenis vegetasi Belukar muda ditemukan 11 jenis vegetasi dengan total jumlah sebanyak 48 individu, dengan jenis yang mendominasi yaitu jenis Ara dengan persentase 54,17%. Pada tutupan lahan Belukar Tua ditemukan ditemukan 28 jenis vegetasi dengan total jumlah sebanyak 155 individu dengan jenis yang mendominasi Meranti dengan persentase 16,77% dari total jumlah tanaman yang ditemukan. Sedangkan pada Tutupan Lahan Belukar Tua jenis yang mendominasi adalah jenis Kelat dengan persentase 21,83% dari 55 jenis yang ditemukan dengan total 568 individu. Dari ketiga lokasi Tutupan Lahan tersebut menunjukan bahwa pada tutupan lahan Belukar Muda memiliki komposisi dan jumlah jenis paling rendah. Hal ini dimungkinkan dengan adanya gangguan dan/atau kerusakan akibat aktivitas penebangan tingkat pohon pada masa lalu, kebakaran lahan, serta faktor abiotik seperti ketahanan tumbuh pada jenis spesies tertentu terhadap kondisi tapak hutan basah rawa yang sebagian besar mendominasi lokasi Menurut Naharudin . menyatakan bahwa suatu komunitas tumbuhan tersusun dari komposisi tanaman yang terdiri dari susunan jenis tanaman dan jumlah tanaman setiap Komunitas tanaman dapat terbentuk karena ada faktor lingkungan mempengaruhinya diantaranya iklim dan jenis Susunan dan struktur jenis tanaman menjadi salah satu komponen yang dapat digunakan untuk menganalisis proses suksesi yang terjadi pada suatu komunitas tumbuhan yang mengalami gangguan. Perbedaan tipologi ekosistem atau habitat akan mempengaruhi terbentuknya suatu komposisi jenis tanaman. Berdasarkan hasil perhitungan INP pada lokasi Tutupan Lahan Belukar Muda. INP pada tingkat semai dan pancang diperoleh oleh jenis Ara dengan INP berturut-turut 99,97% dan 137,01% sedangkan pada tiang dan pohon INP diperoleh oleh jenis Mahang dengan INP berturut-turut 163,45% dan 300%. Tingginya INP pada jenis tersebut menunjukkan bahwa ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 jenis tersebut dapat tumbuh dengan baik pada tempat tumbuhnya. Pada tutupan lahan Belukar Tua INP tertinggi pada tingkat semai diperoleh oleh jenis Medang dengan INP 34,07%, pada tingkat pancang diperoleh oleh jenis Undal 67,81% pada tingkat tiang diperoleh oleh jenis Meranti dengan INP 31,25% sedangkan pada tingkat pohon INP tertinggi diperoleh oleh jenis Medang 57,14%. Pada Tutupan Lahan Hutan Sekunder INP tertinggi tingkat semai, pancang, tiang diperoleh oleh jenis kelat dengan INP berturut-turut 53,83%, 51,89% dan 55, 51%, sedangkan pada tingkat pohon INP tertinggi diperoleh oleh jenis Meranti 25,74% dan INP tertinggi kedua diperoleh oleh jenis Kelat dengan INP 19,64%. Tingginya INP jenis kelat pada tutupan lahan Hutan Sekunder menunjukkan bahwa jenis tersebut cocok untuk tumbuh di kondisi lingkungan tersebut. Indeks keanekaragaman jenis pada tutupan lahan Belukar Muda bernilai rendah 1,48, pada Belukar Tua bernilai 2,76 sedangkan Hutan Sekunder bernilai 3,24. Hal ini menunjukan bahwa keanekaragaman jenis pada tutupan lahan Belukar muda bernilai rendah (HAo<1,. sedangkan pada Belukar Tua dan Hutan Sekunder bernilai sedang karena berada diantara (HAo = 1,5 Ae 3,. Berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan struktur tegakan pada tutupan lahan Belukar Muda didominasi oleh stratum D . -4 . , sedangkan pada tutupan lahan Belukar Tua dan Hutan Sekunder didominasi oleh stratum C . -20 . Hal ini menunjukkan bahwa stratum tajuk kawasan hutan ditentukan oleh umur pertumbuhan hutan atau dinamika Stratum menunjukkan pola pemanfaatan energi cahaya matahari dan juga menunjukkan kategori jenisjenis pohon dominan dan jenis-jenis pohon yang dapat tumbuh di bawah naungan . Stratum tajuk yang membentuk kanopi hutan menggambarkan bahwa pohon atau tumbuhan lainnya menempati tingkat atau ketinggian yang berbeda. Pada hutan tropis akan ditemukan tiga sampai lima stratum tajuk, hal ini menunjukkan komposisi tanaman pada hutan tropis sangat beragam (Misra, 1. Suatu masyarakat tumbuhan akan terjadi dinamika tegakan, dimana akan terjadi persaingan antara individu-individu dari satu jenis atau pada lain jenis. Mereka mempunyai kebutuhan yang sama dalam hal hara, mineral, tanah, air, cahaya, dan ruangan. Sebagai akibat adanya persaingan ini, jenis-jenis tertentu akan lebih menguasai atau dominan dari yang lain, maka akan terjadi stratifikasi tajuk tumbuhan di dalam hutan (Soerianegara & Indrawan 1. IV. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Pada tutupan lahan Belukar Muda ditemukan 11 jenis dengan jenis yang mendominasi adalah jenis Ara, pada tutupan lahan Belukar Tua ditemukan 28 jenis dengan jenis yang mendominasi adalah Meranti, sedangkan pada tutupan lahan Hutan Sekunder ditemukan 55 jenis, dengan jenis yang mendominasi adalah jenis Kelat. Indeks keanekaragaman jenis pada tutupan lahan Belukar Muda bernilai rendah 1,48, pada Belukar Tua bernilai 2,76 sedangkan Hutan Sekunder bernilai 3,24. Hal ini menunjukan bahwa keanekaragaman jenis pada tutupan lahan Belukar muda bernilai rendah (HAo<1,. sedangkan pada Belukar Tua dan Hutan Sekunder bernilai sedang karena berada diantara (HAo = 1,5 Ae 3,. Secara keseluruhan pada lokasi penelitian memiliki tingkat sebaran yang berbeda-beda pada tiap tutupan lahan. Jenis dominan dengan nilai INP tertinggi diperoleh oleh jenis Ara sebesar 137,01%. Struktur horizontal tegakan hutan yang diilustrasikan dengan adanya hubungan antara sebaran diameter tegakan terhadap jumlah individu dalam setiap kelas diameter menunjukkan bahwa pada tingkat pertumbuhan ISSN 2797-4502 . ISSN 1412-4696 . Jurnal Nusa Sylva Vol. 22 No. 2 (Desember 2. : 46-54 tiang . iameter 10-19 c. lebih besar dibandingkan tingkat pohon . iameter Ou 20 C. dengan jumlah 139 individu dari total 357 individu yang tercatat. Sebaran tingkat tiang tersebut didominasi pada areal dengan tutupan lahan berupa Hutan Sekunder. Indriyanto. Ekologi Hutan. Jakarta: Bumi Aksara. Kondisi penutupan tajuk di lokasi penelitian terdiri dari stratum A. D dan E yang didominasi oleh Stratum C . -20 . Misra. KC. Manual of Plant Ecology. New Delhi. Oxford & IBH Publishing Co. Saran Sekiranya dilakukan pemeliharaan tegakan untuk menstimulasi pertumbuhan permudaan Dan pemilihan jenis tumbuhan yang dapat beradaptasi dengan baik untuk permudaan pada tutupan lahan Belukar Muda dan Belukar Tua. Iskandar. SDH. Bramasta. Peniwidiyanti. Kamala. Basrowi. M & Sulistijorini. Komposisi Jenis dan Struktur Vegetasi Tepi Hutan. Taman Nasional Gunung Ciremai. Jawa Jurnal Sumberdaya HAYATI. , 17-24. Naharuddin. Komposisi Dan Struktur Vegetasi Dalam Potensinya Sebagai Parameter Hidrologi Dan Erosi. Jurnal Hutan Tropis. , 134-142. Ripin. Astiani. D & Burhanudin. Jenis-Jenis Pohon Penyusun Vegetasi Hutan Rawa Gambut di Semenanjung Kampar Kecamatan Teluk Meranti Provinsi Riau. Jurnal Hutan Lestari. , 807813. DAFTAR PUSTAKA