Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Ketersediaan Vegetasi Bahan Dasar Pembuatan Sarang Burung Cenderawasih Kuning Kecil di Kepulauan Yapen. Papua The Availability of the Basic Vegetation Materials for the Bird Nest of Paradisaea minor jobiensis in Yapen. Islands Papua Oleh: Zainal A. Wazaraka1. Edoward K. Raunsay1*. Konstantina M. Kameubun1 Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Cenderawasih Jl. Raya Abepura-Sentani. Jayapura. Papua. Indonesia. Tel. : 62-852-5437-5678 *email: edowardraunsay@gmail. ABSTRAK Keberadaan burung cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor jobiensis Rothschild, 1. makin terancam punah karena rusaknya habitat dan maraknya perburuan liar, sehingga upaya konservasi dan habitatnya sangat penting untuk dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ketersediaan vegetasi bahan dasar pembuatan sarang sebagai upaya konservasi P. minor jobiensis di Kawasan Hutan Imbowiari. Barawai. Kepulauan Yapen. Papua. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode garis berpetak. Vegetasi pada tingkatan semai, pancang, tiang dan pohon diukur dan dianalisis untuk melihat dan mengetahui ketersediaan jenis tumbuhan sebagai bahan dasar pembuatan sarang. Hasil analisis vegetasi menemukan 60 jenis pada tingkat semai dengan tingkat keanekaragaman tinggi (HAo= 3,. , 43 jenis pada tingkat pancang dengan keanekaragaman tinggi (HAo= 3,. , 68 jenis pada tingkat tiang dengan tingkat keanekaragaman tinggi (HAo= 3,. , dan 74 jenis pada tingkat pohon dengan keanekaragaman tinggi (HAo= 3,. Vegetasi yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sarang P. minor jobiensis di Kawasan Hutan Imbowiari adalah Bidens spilosa. Macaranga mappa. Timonius timon, dan Ficus septica. Keempat jenis tersebut tersedia pada tingkatan semai, tiang dan pohon dengan tingkat keanekaragaman rendah (HAo=. namun dapat dijadikan indikator bahan pembuatan sarang secara Keywords: analisis vegetasi, konservasi. Paradisaea minor jobiensis, sarang burung ABSTRACT The existence of cendrawasih (Paradisaea minor jobiensis Rothschild 1. has been endangered due to destruction its habitats and wild hunting, hence conservation of its habitats is urgently needed. The objective of this study was to determine the availability of vegetation materials for creating the nests as an effort for the conservation of P. jobiensis in Imboriawi Forest. Barawai. Yapen Islands. Papua. Data were collected using the method of line compartment. Vegetation at seedling, sapling, pole and tree levels were measured and analyzed to determine the availability of plant species as the materials for creating bird nest. The results of vegetation analysis revealed 60 species at seedling level, 43 species at sapling level, 68 species at pole level, and 74 species at tree level with high diversity index values (HA. 68, 3,32, 3,87, and 3,87 for seedling, sapling, pole, and tree levels, respectively. The results also revealed that vegetation used as a materials of nest of P. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 minor jobiensis in Imbowiari Forest is Bidens spilosa. Macaranga mappa. Timonius timon and Ficus septica. The four species at seedling, sapling, poles, and tree levels have low diversity index values (HAo= . but can be used as indicators of making a nest in a sustainable Keywords: bird nest, conservation. Paradisaea minor jobiensis, vegetation analysis PENDAHULUAN Kepulauan Yapen merupakan salah satu kabupaten penyumbang kekayaan biodiversitas bagi Provinsi Papua. Kawasan Hutan Imbowiari merupakan suatu kawasan yang telah ditetapkan sebagai hutan wisata untuk mendukung upaya konservasi habitat burung termasuk cenderawasih kuning kecil (Paradisaea minor jobiensis Rothschild, 1. dengan luas kawasan A 100 ha. Berdasarkan laporan dari Dinas Kehutanan Papua dan Universitas Cenderawasih . , tercatat 143 jenis burung ditemukan di Kepulauan Yapen. Beberapa daerah di ujung timur Kabupaten Kepulauan Yapen masih memiliki populasi cenderawasih yang sampai saat ini belum terdata secara lengkap. Penelitian tentang populasi cenderawasih telah dilakukan seperti di Kampung Warironi dan Barawai. Penelitian yang dilakukan di Kampung Warironi menemukan 53 ekor cenderawasih kuning kecil (Dinas Kehutanan Papua dan Universitas Cenderawasih 2. Penelitian di Kampung Barawai menemukan 2-3 ekor jantan dan 3-4 ekor betina dalam 100 ha (Maturbongs et al. ekor dalam 100 ha (Setio et al. 42 ekor dalam 100 ha (Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Provinsi Papua 2. 217 ekor dalam 100 ha (Warmetan 2. , dan 33 ekor jantan dan 23 ekor betina (Raunsay 2. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa populasi cenderawasih di Kabupaten Kepulauan Yapen dapat dikatakan masih baik meskipun pada tahun-tahun sebelumnya terjadi penurunan populasi. Kelestarian populasi cenderawasih perlu didukung oleh habitatnya, oleh karena itu dipandang perlu untuk melakukan penelitian lanjutan terkait bio-indikator bahan dasar pembuatan sarang dan tempat meletakkan sarang. Berdasarkan hasil kajian pustaka dan studi pendahuluan lainnya belum banyak laporan penelitian yang komprehensif mengenai sarang burung cenderawasih dan bahan dasar pembuatan sarangnya serta tempat meletakkan sarang. Menurut Raunsay . , tumbuhan paku sarang burung Asplenium nidus dapat dijadikan sebagai salah satu indikator dalam menemukan sarang cenderawasih di Kabupaten Kepulauan Yapen pada khususnya dan Provinsi Papua pada umumnya. Selain keterbatasan data tentang keanekaragaman hayati hutan hujan tropis di Papua, belum banyak informasi yang tersedia tentang sarang dan jenis vegetasi sebagai bahan dasar pembuatan sarang sebagai upaya konservasi cenderawasih kuning kecil di kawasan hutan Imbowiari Barawai Kepulauan Yapen secara berkelanjutan. Untuk itu dianggap perlu untuk melakukan kegiatan penelitian analisis vegetasi sebagai bahan pembuatan sarang cenderawasih kuning kecil sebagai tujuan penting dalam penelitian ini. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Kawasan Hutan Imbowiari. Barawai. Kepulauan Yapen. Papua pada bulan Juli 2018. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesimen herbarium, alkohol 70% dan sasak. Peralatan yang digunkan dalam pengambilan data dan sampel spesimen adalah Global Positioning System (GPS), altimeter, kompas, gunting stek, meteran ukuran 50 m, pita kain, tali rafia dan plastik sampel. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kombinasi jalur berpetak, dimana petak contoh berbentuk jalur sepanjang 100 m dengan arah tegak lurus kontur seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Pengamatan dilakukan pada petak ukur berukuran 20x20 m2 untuk vegetasi tingkat pohon . iameter Ou20 c. , 10x10 m2 untuk vegetasi tingkat tiang . iameter 10-<20 c. , 5x5 m2 untuk vegetasi tingkat pancang . iameter <10 cm, tinggi > 1. , dan 2x2 m2 untuk vegetasi tingkat semai . nakan pohon yang baru tumbuh hingga anakan pohon yang mempunyai tinggi hingga 1,5 . dan tumbuhan bawah. Gambar1. Skema penempatan transek dan petak-petak pengukuran pada analisis vegetasi dengan metode garis berpetak (A = Petak ukur vegetasi tingkat pohon. B = Petak ukur vegetasi tingkat tiang. C = Petak ukur vegetasi tingat pancang. dan D = Petak ukur vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawa. Untuk mengetahui struktur dan komposisi vegetasi, dilakukan perhitungan kerapatan (K) dan kerapatan relatif (KR), dominansi (D) dan dominansi relatif (DR), serta frekuensi (F) dan frekuensi relatif (FR) dengan menggunakan rumus berikut (Magguran 1. Analisis vegetasi dilakukan dengan menghitung parameter Indeks Nilai Penting (INP) dan Indeks Keanekaragaman (HA. INP untuk vegasi tingkat pohon, tiang, dan pancang dihitung menggunakan rumus persamaan 1 dan 2. Dimana INPp merupakan Indeks nilai penting dari suatu jenis tumbuhan tingkat pohon, tiang, dan pancang. INPs merupakan Indeks nilai penting dari suatu jenis tumbuhan tingkat semai dan tumbuhan bawah. KR merupakan Kerapatan relatif dari suatu jenis tumbuhan. FR merupakan Frekuensi relatif dari suatu jenis dan DR merupakan Dominasi penutupan relatif dari suatu jenis tumbuhan. INPp = KRp DRp FRp . Persamaan . INPs = KRs DRs . Persamaan . Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Tingkat keanekaragaman jenis dianalisis dengan menggunakan Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener (Shannon Index of Diversit. menurut Magguran . menggunakan Persamaan 3 dan 4. (HA. = - [ pi Ln p. Persamaan . = ni / N . Persamaan . dimana HAo merupakan Indeks Keanekaragaman. ni merupakan Jumlah jenis pohon ke-i. merupakan Jumlah seluruh jenis pohon. Kategori penilaian untuk keanekaragaman jenis HAo < 1 = Keanekaragaman rendah, penyebaran rendah, kestabilan komunitas rendah 1 3 = Keanekaragaman tinggi, penyebaran tinggi, kestabilan komunitas tinggi Jenis-jenis tumbuhan yang digunakan sebagai bahan dasar pembuatan sarang diperoleh dari data sekunder hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Raunsay . di lokasi yang sama. Analisis vegetasi dalam penelitian ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana keberadaan atau ketersediaan jenis, kerapatan, dominansi, frekuensi dan keanekaragaman jenis tumbuhan yang digunakan untuk membuat sarang. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil analisis data pada keseluruhan plot pengamatan ditemukan 60 jenis tingkat semai, tingkat pancang 43 jenis, tingkat tiang 68 jenis dan tingkat pohon sebanyak 74 Analisis Vegetasi Tingkat Semai Hasil analisis vegetasi pada Tabel 1 menunjukkan bahwa secara keseluruhan jumlah jenis tumbuhan pada tingkatan semai yang ditemukan pada lokasi penelitian di kawasan Hutan Imbowiari Barawai adalah 60 jenis, dimana 5 jenis mendominasi dengan urutan INP tertinggi adalah matoa (Pometiapinnat. , jenis jambu-jambuan (Syzygium sp. Syzygium barupensis. Syzygium versteegi. , dan Oncosperma tigillarium. Kelima jenis yang memiliki INP tertinggi tersebut menjadi indikator penamaan komunitas hutannya serta memperlihatkan kekayaan jenis komunitas dengan jumlah individu setiap jenisnya pada tingkatan ini ditunjukkan pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis vegetasi tingkat semai. Nama Latin Monon conggregatum Cerbera manghas Osmoxylon novoguinensis Oncosperma tigillarium Bidens spilosa Protium sp1 Canarium sp Protium sp Protium macgregori Virbunum coriaceum Calopyllum inophyllum Garcinia sp Nama Indonesia/Daerah Nangka-nangkaan Buah buni Bitanggur/Nyamplung Kenari Mangga laut Masoy Semai JLH 0,01 0,00 0,02 0,02 0,02 0,00 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 0,02 (%) 3,92 1,31 7,84 6,54 9,80 1,31 1,31 1,96 3,27 5,88 7,19 8,50 0,40 0,13 0,80 0,67 1,00 0,13 0,13 0,20 0,33 0,60 0,73 0,87 (%) 3,92 1,31 7,84 6,54 9,80 1,31 1,31 1,96 3,27 5,88 7,19 8,50 INP HAo 7,84 2,61 15,69 13,07 19,61 2,61 2,61 3,92 6,54 11,76 14,38 16,99 0,04 0,01 0,07 0,06 0,08 0,01 0,01 0,02 0,03 0,05 0,06 0,07 Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . Nama Latin Terminalia complanata Diospyros sp Elaeocarpus sphaericus Pothiostemon javevsis Macaranga mappa Mallotus sp Insia bujuga Flacouritia inermis Gnetum gnemon Embolanthera spicata Medusanthera laxiflorius Gonocaryum litorale Gonocaryum sp Medusanthera sp Theysmanniodendron sp Litsea glutinosa Cryptocarya massoy Cinnamomum sp Clidermia sp Aglaia culculata Aglaia sapindina Ficus virens Ficus benjamina Ficus tinctoria Antiaris toxicarya Ficus pubinervis Myristica sp2 Myristica sp Horsfiedia sylvestris Knema tomentola Myristica subalulata Myristica argentea Knema sp Myristica sulcata Syzygium sp Syzygium burupensis Syzygium versteegii Pisonia sp Chionanthus macrocarpa Antidesma microcarpum Glochidion microcarpum Tomonius timon 55 Neonauclea papuana 56 Psychotria sp 57 Mastixiodendron 58 Pometia pinnata 59 Palaquium ambounense 60 Sterculia shilling lawii ISSN . ISSN . Nama Indonesia/Daerah Mora Beringin Beringin Beringin Beringin Ruruwei Genemo Merbau/ Kayu Besi Mahang Pala-palaan Pala-palaan Pala-palaan Pala-palaan Pala-palaan Pala/ Kamorin Matoa/Ancawen Jambu-jambuan/ Risesoworo Jambu-jambuan/ Risesoworo Jambu-jambuan/ Risesoworo Ketapang Semai JLH 0,01 0,02 0,01 0,01 0,03 0,02 0,00 0,00 0,01 0,02 0,04 0,01 0,00 0,00 0,02 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 0,03 0,00 0,02 0,01 0,02 0,05 0,03 0,03 0,01 0,08 0,00 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 (%) 3,27 9,80 5,23 3,27 15,03 6,54 1,31 1,31 3,27 9,15 16,34 5,23 0,65 0,65 7,84 3,27 1,96 5,23 3,92 1,31 5,23 2,61 5,88 1,31 5,88 13,73 0,65 6,54 3,92 6,54 20,26 15,03 13,07 4,58 33,99 0,65 3,27 3,27 3,27 3,27 2,61 INP HAo 0,33 1,00 0,53 0,33 1,53 0,67 0,13 0,13 0,33 0,93 1,67 0,53 0,07 0,07 0,80 0,33 0,20 0,53 0,40 0,13 0,53 0,27 0,60 0,13 0,60 1,40 0,07 0,67 0,40 0,67 2,07 1,53 1,33 0,47 3,47 0,07 0,33 0,33 0,33 0,33 0,27 (%) 3,27 9,80 5,23 3,27 15,03 6,54 1,31 1,31 3,27 9,15 16,34 5,23 0,65 0,65 7,84 3,27 1,96 5,23 3,92 1,31 5,23 2,61 5,88 1,31 5,88 13,73 0,65 6,54 3,92 6,54 20,26 15,03 13,07 4,58 33,99 0,65 3,27 3,27 3,27 3,27 2,61 6,54 19,61 10,46 6,54 30,07 13,07 2,61 2,61 6,54 18,30 32,68 10,46 1,31 1,31 15,69 6,54 3,92 10,46 7,84 2,61 10,46 5,23 11,76 2,61 11,76 27,45 1,31 13,07 7,84 13,07 40,52 30,07 26,14 9,15 67,97 1,31 6,54 6,54 6,54 6,54 5,23 0,03 0,08 0,05 0,03 0,11 0,06 0,01 0,01 0,03 0,08 0,12 0,05 0,01 0,10 0,07 0,05 0,01 0,05 0,04 0,01 0,05 0,03 0,05 0,01 0,06 0,01 0,03 0,02 0,04 0,06 0,14 0,11 0,10 0,04 0,20 0,01 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,07 30,07 3,07 30,07 60,13 0,18 0,08 32,68 3,33 32,68 65,36 0,19 0,04 17,65 1,80 17,65 35,29 0,13 0,02 0,00 0,04 0,01 0,23 10,46 1,96 16,34 5,23 1,07 0,20 1,67 0,53 10,20 10,46 1,96 16,34 5,23 20,92 3,92 32,68 10,46 0,09 0,02 0,12 0,05 3,68 Total 31 Famili dalam 60 Jenis Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan keanekaragaman jenis tumbuhan untuk tingkatan semai di lokasi penelitian Kawasan Hutan Imbowiari Barawai dapat dikatakan tinggi dengan dengan HAo= 3,68 (Tabel . Keanekaragaman tumbuhan pada Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 tingkatan ini memiliki gambaran keseluruhan struktur dan komposisi vegetasi pada kawasan hutan Imbowiari Barawai. Keanekaragaman tinggi menunjukkan bahwa produktivitas cukup, kondisi ekosistem seimbang dan tekanan ekologi sedang. Analisis Vegetasi Tingkat Pancang Hasil analisis vegetasi pada Tabel 2 menunjukkan bahwa secara keseluruhan jumlah jenis tumbuhan pada tingkatan pancang yang ditemukan pada lokasi penelitian di Kawasan Hutan Imbowiari Barawai adalah 43 jenis dan 5 diantaranya memiliki INP tertinggi seperti beringin (Ficus benjamin. , bintangur (Calopyllum inophyllu. , pala-palaan (Myristica s. , matoa/ ancawen (Pometia pinnat. dan Aglaiia culculata. Kelima jenis tersebut menjadi indikator penamaan komunitas hutan atau tingkatannya serta memperlihatkan kekayaan jenis komunitas dengan jumlah individu setiap jenisnya. Tabel 2. Analisis vegetasi tingkat pancang. Pancang Nama Latin JLH Alstonia cholaris Cerbera manghas Protium sp1 Canarium sp Protium sp Protium macgregori Virbunum coriaceum Calopyllum inophyllum Garcinia sp Diospyros sp Instia bijuga Flacouritia inermis Gnetum gnemon Embolanthera spicata Gonocaryum litorale Gonocaryum sp Medusanthera sp Litsea odolifera Litsea glutinosa Cryptocarya massoy Cinnamomum sp Astronia sp Clidernia sp Aglaiia culculata Aglaia sapindina Antiaris toxicarya Ficus tinctoria Ficus virens Ficus benjamina Ficus pubinervis Knema sp Myristica sp Syzygium versteegii Syzygium sp Syzygium burupensis Pisonia sp Chionanthus macrocarpa Glochidion microcarpum Neonauclea papuana Mastixiodendron pachyclados Jagera serrata 2,50 2,50 2,50 2,50 7,50 5,00 2,50 22,50 2,50 5,00 10,00 7,50 7,50 2,50 5,00 2,50 2,50 2,50 7,50 5,00 2,50 2,50 2,50 15,00 2,50 15,00 12,50 2,50 50,00 2,50 2,50 17,50 5,00 7,50 2,50 7,50 5,00 2,50 7,50 2,50 2,50 (%) 0,82 0,82 0,82 0,82 2,47 1,65 0,82 7,43 0,82 1,65 3,30 2,47 2,47 0,82 1,65 0,82 0,82 0,82 2,47 1,65 0,82 0,82 0,82 4,95 0,82 4,95 4,13 0,82 16,59 0,86 0,82 5,78 1,65 2,47 0,82 2,47 1,65 0,82 2,47 0,82 0,82 0,07 0,07 0,07 0,07 0,13 0,13 0,07 0,47 0,07 0,13 0,20 0,13 0,20 0,07 0,13 0,07 0,07 0,07 0,20 0,13 0,07 0,07 0,07 0,20 0,07 0,27 0,33 0,07 0,40 0,07 0,07 0,47 0,13 0,20 0,07 0,20 0,07 0,07 0,20 0,07 0,07 (%) 1,10 1,10 1,10 1,10 2,20 2,20 1,10 7,69 1,10 2,20 3,30 2,20 3,30 1,10 2,20 1,10 1,10 1,10 3,30 2,20 1,10 1,10 1,10 3,30 1,10 4,40 5,49 1,10 6,59 1,10 1,10 7,69 2,20 3,30 1,10 3,30 1,10 1,10 3,30 1,10 1,10 INP HAo 1,93 1,93 1,93 1,93 4,68 3,85 1,93 15,13 1,93 3,85 6,60 4,68 5,78 1,93 3,85 1,93 1,93 1,93 5,78 3,85 1,93 1,93 1,93 8,26 1,93 9,35 9,63 1,93 23,12 1,93 1,93 13,48 3,85 5,78 1,93 5,78 2,75 1,93 5,78 1,93 1,93 0,04 0,04 0,04 0,04 0,09 0,07 0,04 0,19 0,04 0,07 0,11 0,09 0,09 0,04 0,07 0,04 0,04 0,04 0,09 0,07 0,04 0,04 0,04 0,15 0,04 0,15 0,13 0,04 0,30 0,04 0,04 0,16 0,07 0,09 0,04 0,09 0,07 0,04 0,09 0,04 0,04 Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . ISSN . Pancang Nama Latin Pometia pinnata Sterculia shilling lawii 20 Famili dari 43 Jenis JLH 20,00 5,00 302,50 (%) 6,61 1,65 (%) 3,30 2,20 29,67 0,20 0,13 1,80 INP HAo 9,91 3,85 0,18 0,07 3,32 Secara keseluruhan keanekaragaman jenis tumbuhan tingkatan pancang dapat dikatakan tinggi dengan HAo= 3,32 (Tabel . Keanekaragaman vegetasi pada tingkatan ini menggambarkan keseluruhan struktur dan komposisi vegetasi pada Kawasan Hutan Imbowiari Barawai. Keanekaragaman tinggi menunjukkan bahwa produktivitas cukup, kondisi ekosistem seimbang dan tekanan ekologi sedang. Lima jenis yang mendominasi dan memiliki nilai keanekaragaman tertinggi adalah bintangur (C. dengan HAo= 0,19. Matoa/ancawen (P. dengan HAo= 0,18, pala-palaan (Myristica s. dengan HAo=0,16. Aglaiia culculata dengan HAo=0,15 dan Antiaris toxicarya dengan HAo= 0,15. Analisis Vegetasi Tingkat Tiang Hasil analisis vegetasi pada Tabel 3 menunjukkan bahwa secara keseluruhan jumlah jenis tumbuhan pada tingkatan tiang yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah 67 jenis, dimana 5 jenis mendominasi dengan urutan INP tertinggi adalah pala-palaan (Myristica argentea. Myristica sulcata dan Myristica s. , andori/jambu-jambuan (Zyzygiun s. Glochidion microcarpum, dan matoa/ancawen (Pometia pinnat. Keenam jenis tersebut menjadi indikator penamaan komunitas hutan atau tingkatannya serta memperlihatkan kekayaan jenis komunitas dengan jumlah individu setiap jenisnya. Tabel 3. Analisis vegetasi tingkat tiang. Nama Jenis JLH Pometia pinnata Monon conggregatum Cerbera manghas Osmoxylon novoguinensis Protium sp1 Canarium sp Protium sp Protium macgregori Intsia bijuga Virbunum coriaceum Garcinia sp Terminalia complanata Diospyros sp Macaranga sp Mallotus sp Flacouritia inermis Gnetum gnemon Embolanthera spicata Medusanthera laxiflorius Medusanthera sp Gonocaryum litorale Gonocaryum sp Theysmanniodendron sp Litsea tuberculata Litsea odolifera Cinnamomum culilawang Litsea glutinosa 0,05 0,01 0,01 0,01 0,00 0,01 0,01 0,00 0,03 0,01 0,00 0,01 0,00 0,01 0,00 0,01 0,03 0,01 0,00 0,03 0,00 0,01 0,00 0,00 0,00 0,01 0,02 Tiang (%) 4,69 0,20 1,41 0,07 0,94 0,07 0,94 0,07 0,47 0,07 0,94 0,07 0,94 0,07 0,47 0,07 3,29 0,13 0,94 0,07 0,47 0,07 0,94 0,13 0,47 0,07 0,94 0,13 0,47 0,07 0,94 0,07 2,82 0,20 0,94 0,07 0,47 0,07 2,82 0,20 0,47 0,07 0,94 0,07 0,47 0,07 0,47 0,07 0,47 0,07 1,41 0,07 1,88 0,07 (%) 2,73 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 1,82 0,91 0,91 1,82 0,91 1,82 0,91 0,91 2,73 0,91 0,91 2,73 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 4,60 0,00 0,00 0,00 4,60 6,90 5,75 7,28 7,28 4,22 7,28 5,75 4,60 6,86 7,28 4,60 6,90 6,13 6,13 7,28 6,90 5,37 6,13 7,28 5,37 6,52 4,60 (%) 1,13 0,00 0,00 0,00 1,13 1,69 1,41 1,78 1,78 1,03 1,78 1,41 1,13 1,68 1,78 1,13 1,69 1,50 1,50 1,78 1,69 1,31 1,50 1,78 1,31 1,60 1,13 INP HAo 8,55 2,32 1,85 1,85 2,51 3,54 3,26 3,16 6,89 2,88 3,16 4,17 2,51 4,44 3,16 2,98 7,23 3,35 2,88 7,33 3,07 3,16 2,88 3,16 2,69 3,91 3,91 0,14 0,06 0,04 0,04 0,03 0,04 0,04 0,03 0,11 0,04 0,03 0,04 0,03 0,04 0,03 0,04 0,10 0,04 0,03 0,10 0,03 0,04 0,03 0,03 0,03 0,06 0,07 Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . Nama Jenis Cryptocarya massoy Cinnamomum sp Astronia sp Clidermia sp Aglaia sapindina Aglaia culculata Aglaia sp Knema sp Ficus septica Antiaris toxicarya Ficus benjamina Ficus tinctoria Ficus septica Prainea papuana Artocarpus integer Ficus pubinervis Myristica subalulata Myristica sp2 Myristica argentea Myristica sp. Knema tomentola Palaquium sp Syzygium sp Syzygium burupensis Syzygium versteegii Pisonia sp Chionanthus macrocarpa Antidesma sp Antidesma microcarpum Glochidion microcarpum Tomonius timon Neonauclea papuana Myristica sulcata Psychotria sp Mastixiodendron 63 Allophylys cobe 64 Palaquium lobbianum 65 Palaquium ambounense 66 Sterculia shilling lawii 67 Celtis phylipinensis 32 Famili dari 67 Jenis ISSN . ISSN . JLH 0,02 0,01 0,00 0,01 0,02 0,01 0,01 0,01 0,00 0,02 0,02 0,01 0,00 0,00 0,01 0,01 0,02 0,02 0,07 0,05 0,00 0,01 0,08 0,02 0,01 0,00 0,00 0,00 0,00 0,03 0,02 0,01 0,05 0,00 Tiang (%) 1,88 0,13 0,94 0,07 0,47 0,07 1,41 0,13 1,88 0,20 1,41 0,13 0,94 0,07 0,94 0,07 0,47 0,27 1,88 0,13 1,88 0,07 1,41 0,13 0,47 0,07 0,47 0,07 0,94 0,07 1,41 0,07 2,35 0,13 1,88 0,13 7,04 0,33 4,69 0,27 0,47 0,07 0,94 0,13 7,51 0,27 2,35 0,13 0,94 0,07 0,47 0,07 0,47 0,07 0,47 0,07 0,47 0,07 3,29 0,33 1,88 0,20 1,41 0,07 4,69 0,27 0,47 0,07 0,01 0,01 0,01 0,00 0,02 0,01 1,41 1,41 0,94 0,47 1,88 0,94 19,25 0,07 0,07 0,07 0,07 0,07 0,13 7,33 (%) 1,82 0,91 0,91 1,82 2,73 1,82 0,91 0,91 3,64 1,82 0,91 1,82 0,91 0,91 0,91 0,91 1,82 1,82 4,55 3,64 0,91 1,82 3,64 1,82 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 4,55 2,73 0,91 3,64 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 0,91 1,82 19,09 INP HAo 6,13 6,52 7,28 6,13 6,52 6,13 4,60 7,17 6,90 6,13 6,52 7,63 6,90 7,67 6,40 6,86 7,25 6,06 5,75 6,52 7,25 7,36 6,02 6,52 7,67 5,33 6,02 6,52 7,67 5,33 7,25 6,44 5,83 5,52 (%) 1,50 1,60 1,78 1,50 1,60 1,50 1,13 1,76 1,69 1,50 1,60 1,87 1,69 1,88 1,57 1,68 1,77 1,48 1,41 1,60 1,77 1,80 1,47 1,60 1,88 1,31 1,47 1,60 1,88 1,31 1,77 1,58 1,43 1,35 5,20 3,44 3,16 4,73 6,20 4,73 2,98 3,60 5,80 5,20 4,38 5,10 3,07 3,26 3,42 4,00 5,94 5,18 13,00 9,93 3,15 4,56 12,62 5,76 3,73 2,68 2,85 2,98 3,26 9,14 6,38 3,90 9,76 2,73 0,07 0,04 0,03 0,06 0,07 0,06 0,04 0,04 0,03 0,07 0,07 0,06 0,03 0,03 0,04 0,06 0,09 0,07 0,19 0,14 0,03 0,04 0,19 0,09 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,11 0,07 0,06 0,14 0,03 6,44 7,67 6,98 7,25 6,44 6,02 408,17 1,58 1,88 1,71 1,77 1,58 1,47 14,28 3,90 4,20 3,56 3,15 4,36 4,23 0,06 0,06 0,04 0,03 0,07 0,04 3,87 Keanekaragaman jenis tumbuhan tingkatan tiang dikatakan tinggi dengan HAo= 3,87 (Tabel . Keanekaragaman tumbuhan pada tingkatan tiang menggambarkan keseluruhan struktur dan komposisi vegetasi di lokasi penelitian. Keanekaragaman tinggi menunjukkan bahwa produktivitas cukup, kondisi ekosistem seimbang dan tekanan ekologi sedang. Lima jenis yang mendominasi dan memiliki nilai keanekaragaman tertinggi adalah Medusanthera laxiflorius dengan HAo= 0,14. Matoa/ancawen (Pometia pinnat. dengan HAo= 0,14. Medusanthera sp. dengan HAo= 0,19. Gonocaryum sp. dengan HAo= 0,14, dan Clidermia sp. dengan HAo= 0,15. Analisis Vegetasi Tingkat Pohon Hasil analisis vegetasi menunjukkan bahwa, secara keseluruhan jumlah jenis tumbuhan pada tingkatan pohon yang ditemukan pada lokasi penelitian adalah 74 jenisdimana 5 jenis Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 mendominasi dengan urutan INP tertinggi adalah kayubesi/merbau (Intsia bijug. Prainea papuana. Protium sp. Matoa/ancawen (Pometia pinnat. dan beringin (Ficusseptic. sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 4. Hasil analisis keanekaragaman jenis tumbuhan tingkatan pohon dikatakan tinggi dengan HAo= 3,87. Keanekaragaman tumbuhan pada tingkatan ini menggambarkan keseluruhan struktur dan komposisi vegetasi di lokasi penelitian. Keanekaragaman tinggi menunjukkan bahwa produktivitas cukup, kondisi ekosistem seimbang dan tekanan ekologi sedang. Tabel 4. Analisis vegetasi tingkat pohon. Nama Latin JLH Prainea papuana Aglaia sapindina Palaquium sp Calopyllum inophyllum Medusanthera laxiflorius Chionanthus macrocarpa Tomonius sp Myristica subalulata Aglaia culculata Medusanthera sp Horsfieldia irya Myristica sp2 Myristica sp Mammea sp Pometia pinnata Litsea odolifera Litsea tuberculata Ficus septica Neonauclea papuana Pisonia sp Pothiostemon javevsis Sterculia shilling lawii Allophylys cobe Aglaia sp Myristica sulcata Myristica argentea Celtis phylipinensis Cinnamomum culilawang Palaquium lobbianum Antidesma sp Cerbera manghas Oncosperma tigillarium Psychotria sp Antiaris toxicarya Gnetum gnemon Ficus benjamina Virbunum coriaceum Syzygium sp Horsfiedia sylvestris Macaranga sp Knema tomentola Palaquium ambounense Elaeocarpus sphaericus Antidesma microcarpum Flacouritia inermis Astronia sp Litsea glutinosa 70,00 55,00 20,00 15,00 5,00 5,00 20,00 5,00 5,00 20,00 5,00 5,00 35,00 10,00 55,00 5,00 5,00 40,00 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00 10,00 15,00 5,00 5,00 10,00 5,00 5,00 10,00 5,00 20,00 15,00 15,00 5,00 5,00 30,00 5,00 10,00 5,00 5,00 5,00 5,00 10,00 5,00 10,00 Pohon (%) 6,64 0,07 5,21 0,03 1,90 0,03 1,42 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 1,90 0,02 0,47 0,01 0,47 0,01 1,90 0,02 0,47 0,01 0,47 0,01 3,32 0,03 0,95 0,01 5,21 0,03 0,47 0,01 0,47 0,01 3,79 0,03 0,47 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,95 0,01 1,42 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,95 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,95 0,01 0,47 0,01 1,90 0,03 1,42 0,01 1,42 0,02 0,47 0,01 0,47 0,01 2,84 0,03 0,47 0,01 0,95 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,47 0,01 0,95 0,01 0,47 0,01 0,95 0,01 (%) 6,80 2,72 2,72 1,36 0,68 0,68 2,04 0,68 0,68 2,04 0,68 0,68 3,40 0,68 2,72 0,68 0,68 3,40 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 1,36 1,36 0,68 0,68 1,36 0,68 0,68 0,68 0,68 2,72 1,36 2,04 0,68 0,68 3,40 0,68 1,36 0,68 0,68 0,68 0,68 1,36 0,68 0,68 34,50 11,50 16,10 27,60 25,30 13,80 12,65 17,94 12,88 20,24 22,54 34,73 28,29 35,88 13,80 6,90 17,25 46,00 52,90 48,30 22,31 20,24 20,70 11,50 3,40 1,70 1,70 3,40 1,70 1,70 1,70 1,70 7,82 22,31 16,33 19,09 21,16 15,41 12,42 20,70 22,77 19,78 15,41 12,88 18,17 15,18 23,69 (%) 2,52 0,84 1,18 2,02 1,85 1,01 0,93 1,31 0,94 1,48 1,65 2,54 2,07 2,62 1,01 0,50 1,26 3,36 3,87 3,53 1,63 1,48 1,51 0,84 0,25 0,12 0,12 0,25 0,12 0,12 0,12 0,12 0,57 1,63 1,19 1,40 1,55 1,13 0,91 1,51 1,67 1,45 1,13 0,94 1,33 1,11 1,73 INP HAo 15,96 8,78 5,79 4,80 3,00 2,16 4,86 2,47 2,10 5,42 2,80 3,69 8,79 4,25 8,94 1,66 2,42 10,56 5,02 4,69 2,79 2,63 2,67 3,15 3,03 1,28 1,28 2,56 1,28 1,28 1,75 1,28 5,19 4,41 4,66 2,55 2,70 7,37 2,06 3,82 2,82 2,60 2,28 2,10 3,64 2,26 3,36 0,18 0,15 0,08 0,06 0,03 0,03 0,08 0,03 0,03 0,08 0,03 0,03 0,11 0,04 0,15 0,03 0,03 0,12 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,06 0,03 0,03 0,04 0,03 0,03 0,04 0,03 0,08 0,06 0,06 0,03 0,03 0,10 0,03 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,03 0,04 Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . Nama Latin Protium sp Protium sp1 Cryptocarya massoy Diospyros sp Clidemia sp Gonocaryum litorale Gonocaryum sp Canarium sp Monon conggregatum Pticosperma macarturi Theysmanniodendron sp Mastixiodendron 60 Knema sp 61 Embolanthera spicata 62 Artocarpus integer 63 Mallotus sp 64 Syzygium versteegii 65 Glochidion microcarpum 66 Syzygium burupensis 67 Ficus pubinervis 68 Protium macgregori 69 Garcinia sp 70 Ficus tinctoria 71 Cinnamomum sp 72 Intsia bijuga 73 Osmoxylon novoguinensis 74 Terminalia complanata 74 Jenis dan 31 Famili ISSN . ISSN . JLH 40,00 5,00 15,00 5,00 15,00 5,00 20,00 10,00 15,00 15,00 35,00 10,00 10,00 10,00 10,00 10,00 20,00 10,00 10,00 5,00 5,00 5,00 5,00 10,00 105,00 20,00 5,00 1055,00 Pohon (%) 3,79 0,03 0,47 0,01 1,42 0,01 0,47 0,01 1,42 0,01 0,47 0,01 1,90 0,02 0,95b 0,01 1,42 0,01 1,42 0,01 3,32 0,03 0,95 0,01 0,95 0,95 0,95 0,95 1,90 0,95 0,95 0,47 0,47 0,47 0,47 0,95 9,95 1,90 0,47 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,07 0,01 0,01 1,00 (%) 2,72 0,68 1,36 0,68 1,36 0,68 2,04 1,36 1,36 1,36 2,72 0,68 35,65 18,40 8,74 17,94 34,50 17,25 10,35 19,09 23,69 16,33 11,73 18,63 0,68 1,36 1,36 1,36 0,68 1,36 1,36 0,68 0,68 0,68 0,68 0,68 6,80 0,68 0,68 17,25 36,80 16,79 14,95 9,89 10,12 21,16 17,25 57,73 8,05 16,33 9,89 16,33 15,41 13,34 100,00 1367,57 (%) 2,61 1,35 0,64 1,31 2,52 1,26 0,76 1,40 1,73 1,19 0,86 1,36 1,26 2,69 1,23 1,09 0,72 0,74 1,55 1,26 4,22 0,59 1,19 0,72 1,19 1,13 0,98 INP HAo 9,12 2,50 3,42 2,47 5,31 2,42 4,69 3,70 4,51 3,98 6,90 2,99 0,12 0,03 0,06 0,03 0,06 0,03 0,08 0,04 0,06 0,06 0,11 0,04 2,89 5,00 3,54 3,40 3,30 3,05 3,86 2,42 5,38 1,74 2,35 2,35 17,95 3,70 2,13 0,04 0,04 0,04 0,04 0,08 0,04 0,04 0,03 0,03 0,03 0,03 0,04 0,23 0,08 0,03 3,87 Struktur dan Bentuk Vegetasi Bahan Dasar Pembuatan Sarang Paradisaea minor jobiensis di Kawasan Hutan Imbowiari Barawai pada Tingkatan Semai. Tiang dan Pohon Tumbuhan bahan dasar pembuatan sarang bagi P. Minor jobiensis pada lokasi penelitian hanya terdapat pada 3 . tingkatan yaitu semai, tiang dan pancang. Raunsay . menemukan 14 jenis tumbuhan sebagai bahan dasar pembuatan sarang P. Minor jobiensis (Tabel . Beberapa tumbuhan tersebut memiliki kesamaan dengan hasil penelitian saat ini, dimana 4 . jenis tumbuhan tersebut adalah Bidens spilosa. Macaranga mappa. Timonius timon dan Ficus septica. Tabel 5. Jenis tumbuhan bahan dasar pembuatan sarang Cenderawasih Kuning Kecil Famili Aspleniaceae Asteraceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Euphorbiaceae Fabaceae Lamiaceae Malvaceae Moraceae Rhamnaceae Rubiaceae Rubiaceae Jenis Asplenium nidus L. Bidens pilosa L. Macaranga tanarius Muell. Arg . Macaranga mappa Muell. Arg. Breynea cernua L. Desmodium gagenticum (L. ) Dc Hyptis capitata Jack. Sida acuta Burn. Ficus septica Burn. Alphitonia macrocarpa Mansf. Mallotus muricatus Muell. Arg. Timonius timon Merr. Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 Famili Stermonaceae Vitaceae Jenis Stemona tuberosa L. Cayratia arboresces Juss. Sumber: Raunsay . Tumbuhan bahan dasar pembuatan sarang tingkatan semai terdiri dari 3 . jenis antara lain Bidens spilosa (INP = 52,61 dan HAo= 0,. Macaranga mappa (INP = 53,04 dan HAo= 0,. , dan Timonius timon (INP = 94,35 dan HAo = 0,. Secara keseluruhan keanekaragaman tumbuhan bahan dasar pembuatan sarang pada tingkatan semai adalah HAo= 1 dan dapat dikatakan rendah sebagaimana ditunjukkan pada Tabel 6. Tabel 6. Tumbuhan Bahan Dasar Pembuatan Sarang Tingkat Semai. Famili Asteraceae Euphorbiaceae Rubiaceae Nama Latin Bidenss pilosa Macaranga mappa Tomonius timon Jumlah JLH Semai KR (%) 0,33 32,61 0,13 13,04 0,54 54,35 FR (%) INP 52,61 53,04 94,35 HAo 0,37 0,27 0,33 Tabel 7. Tumbuhan Bahan Dasar Pembuatan Sarang Tingkat Tiang. Famili Nama Latin Euphorbiaceae Macaranga mappa Moraceae Ficus septica Rubiaceae Timonius timon Jumlah JLH Tiang (%) 0,29 28,57 0,14 14,29 0,57 57,14 0,33 0,17 (%) 33,33 16,67 5,37 6,52 7,67 19,56 (%) 27,45 33,33 39,21 INP HAo 89,36 64,29 0,36 0,28 0,32 146,36 Tabel 8. Tumbuhan Bahan Dasar Pembuatan Sarang Tingkat Pohon. Famili Nama Latin Euphorbiaceae Macaranga mappa Moraceae Ficus septica Rubiaceae Tomonius timon Jumlah JLH Pohon (%) 0,14 14,29 0,57 57,14 0,29 28,57 0,20 0,50 0,30 (%) 20,00 50,00 30,00 20,70 46,00 12,65 79,35 (%) 26,09 57,97 15,94 INP (%) 60,37 165,11 74,51 HAo 0,28 0,32 0,36 Pada tingkat tiang terdiri dari 3 . jenis antara lain Ficus septica (INP = 89,36 dan HAo= 0,. Macaranga mappa (INP = 64,29 dan HAo= 0,. , dan Timonius timon (INP = 146,36 dan HAo= 0,. Secara keseluruhan keanekaragaman tumbuhan bahan dasar pembuatan sarang pada tingkatan tiang adalah HAo= 1 dan dapat dikatakan rendah (Tabel . Pada tingkat pohon terdiri dari 3 . jenis antara lain Ficus septica dengan (INP = 165,11 dan HAo= 0,. Macaranga mappa (INP = 60,37 dan HAo= 0,. Timonius timon (INP = 74,51 dan HAo= 0,. Secara keseluruhan keanekaragaman tumbuhan bahan dasar pembuatan sarang pada tingkatan pohon adalah HAo= 1 dan dapat dikatakan rendah (Tabel . Keanekaragaman tumbuhan menggambarkan keseluruhan struktur dan komposisi vegetasi di lokasi penelitian. Keanekaragaman rendah menunjukkan bahwa produktivitas kurang, kondisi ekosistem tidak stabil dan tekanan ekologi tinggi. SIMPULAN Berdasarkan analisis vegetasi yang dilakukan untuk mengetahui keberadaan tumbuhan sebagai bahan dasar pembuatan sarang burung cenderawasih kecil di lokasi penelitian menunjukkan bahwa keberadaan jenis tumbuhan yang tersedia masih sangat rendah jika Jurnal Sylva Lestari Vol. 7 No. Mei 2019 . ISSN . 2339-0913 ISSN . 2549-5747 ditinjau dari jumlah populasi dan keanekaragaman jenisnya. Oleh karena itu perlu adanya pengkayaan jenis meliputi kegiatan penanaman ataupun pemeliharaan jenis yang ada dan dilakukan oleh berbagai parapihak terkait terutama kelompok Dorey Jaya. Jika dilihat dari analisis secara keseluruhan terkait jenis tumbuhan penyusun vegetasi di lokasi penelitian, maka keanekaragamannya cukup tinggi. Oleh karena itu kawasan hutan tersebut harus dijaga dengan baik. DAFTAR PUSTAKA