Room of Civil Society Development DOI: https://doi. org/10. 59110/rcsd. Volume 4 Issue 2. Year 2025 Efektivitas Edukasi Daun Kelor terhadap Pengetahuan Gizi dan Pencegahan Stunting di Desa Klatakan Gayatri Dwi Santika1*. Anintya Alisya Syavira1. Pupud Deanira Allysa1. Reefadhinta Ubaidillah Farchanulhady1. Satrio Thoriq Shenny1 1Universitas Jember. Jember. Indonesia *Correspondence: gayatri@unej. ABSTRACT Stunting is a chronic nutritional problem that has long-term effects on children's quality of life and productivity. The Community Service Program (KKN) by the University of Jember implemented a nutrition education initiative based on local food to improve the knowledge of mothers with toddlers in preventing stunting in Klatakan Village. Kendit District. Situbondo Regency. This program applied an educative-participatory approach through counseling, demonstration of moringa-based complementary food . , and interactive discussions. The evaluation used a 15-item pre-test and post-test to assess participants' knowledge improvement. The results showed a significant increase, from 24. 7% categorized as AugoodAy before the training to 60% after. These findings suggest that practical-based education and the active utilization of local food can improve nutritional literacy and support stunting prevention efforts. Moreover, the program fostered active community participation and built new, sustainable household-level skills. Keywords: Community Empowerment. Moringa Leaves. Mothers with Toddlers. Nutrition Education. Stunting. ABSTRAK Stunting merupakan masalah gizi kronis yang berdampak jangka panjang terhadap kualitas hidup dan produktivitas anak. Program KKN Tematik Universitas Jember melalui kegiatan edukasi gizi berbasis pangan lokal bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita dalam mencegah stunting di Desa Klatakan. Kecamatan Kendit. Kabupaten Situbondo. Kegiatan ini mengusung pendekatan edukatif-partisipatif melalui penyuluhan, demonstrasi pembuatan makanan tambahan berupa nugget daun kelor, serta diskusi interaktif. Evaluasi dilakukan menggunakan instrumen pre-test dan post-test sebanyak 15 soal untuk mengukur peningkatan pengetahuan peserta. Hasil menunjukkan peningkatan signifikan, dari 24,7% peserta dalam kategori AubaikAy sebelum pelatihan menjadi 60% setelah pelatihan. Temuan ini menunjukkan bahwa edukasi berbasis praktik dan pemanfaatan pangan lokal secara aktif dapat meningkatkan literasi gizi dan mendukung upaya pencegahan stunting di masyarakat. Program ini juga mendorong partisipasi aktif serta membentuk keterampilan baru yang aplikatif dan berkelanjutan di tingkat rumah tangga. Kata Kunci: Daun Kelor. Edukasi Gizi. Ibu Balita. Pemberdayaan Masyarakat. Stunting. Copyright A 2025 The Author. : This is an open-access article distributed under the terms of the Creative Commons Attribution ShareAlike 4. 0 International (CC BY-SA 4. Pendahuluan Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan masyarakat yang paling kompleks dan mendesak di negara berkembang, termasuk Indonesia. Stunting didefinisikan sebagai kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis yang terjadi sejak dalam kandungan hingga dua tahun pertama kehidupan atau yang dikenal sebagai Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development periode emas 1. 000 hari pertama kehidupan (Beal et al. , 2. Kondisi ini tidak hanya menyebabkan tinggi badan anak menjadi lebih pendek dari standar usianya, tetapi juga berdampak pada perkembangan otak, sistem imun, serta kapasitas belajar dan produktivitas anak di masa depan (McHenry et al. , 2. Penelitian telah menunjukkan bahwa anak yang mengalami stunting cenderung memiliki keterlambatan perkembangan motorik dan kognitif (Hasibuan, 2024. Supriatin et al. , 2. , dan dalam jangka panjang dapat berkontribusi pada rendahnya kualitas sumber daya manusia suatu negara (Ekholuenetale et al. , 2. Berdasarkan laporan UNICEF . , stunting juga menjadi indikator multidimensional yang tidak hanya mencerminkan status gizi anak, tetapi juga terkait erat dengan faktor lingkungan, ekonomi, pendidikan, dan pola asuh. Anak yang mengalami stunting lebih berisiko mengalami gangguan perkembangan otak, rendahnya kecerdasan, serta pencapaian akademik yang buruk, yang pada akhirnya berdampak pada produktivitas dan pendapatan saat dewasa (McGovern et al. , 2017. Beckmann et al. , 2021. Handryastuti et al. , 2. Oleh karena itu, stunting bukan hanya masalah individu atau keluarga, tetapi juga menjadi tantangan pembangunan nasional. Pemerintah Indonesia telah menetapkan percepatan penurunan angka stunting sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional melalui berbagai kebijakan dan program. Namun, meskipun program nasional telah digulirkan, pelaksanaannya di tingkat lokal masih menemui berbagai kendala. Di banyak daerah, termasuk wilayah pedesaan, hambatan seperti rendahnya literasi gizi, minimnya edukasi kepada ibu balita, serta keterbatasan pemanfaatan potensi lokal sebagai sumber gizi masih menjadi tantangan utama (Suhaerudin et al. , 2023. Leylana, 2. Salah satu strategi penting yang dapat diadopsi dalam menanggulangi stunting adalah pendekatan edukatif-partisipatif berbasis potensi lokal. Pendekatan ini tidak hanya memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya gizi seimbang, tetapi juga melibatkan mereka secara aktif dalam proses pengolahan bahan pangan lokal menjadi makanan bergizi. Edukasi yang terintegrasi dengan pelatihan pengolahan bahan pangan lokal terbukti efektif dalam meningkatkan kesadaran gizi dan ketahanan pangan rumah tangga (Handayani, et al. , 2024. Sukardi. Nashihah, & Maulana, 2. Desa Klatakan, yang terletak di Kecamatan Kendit. Kabupaten Situbondo, merupakan salah satu desa mandiri di Provinsi Jawa Timur yang memiliki potensi besar dalam sektor pertanian dan sumber daya lokal, termasuk tanaman kelor (Moringa oleifer. Daun kelor dikenal kaya akan kandungan gizi seperti protein, kalsium, vitamin A, dan zat besi yang sangat baik untuk pertumbuhan anak. Sayangnya, masyarakat di desa ini belum sepenuhnya memahami manfaat gizi dari daun kelor, apalagi bagaimana cara mengolahnya menjadi makanan yang menarik dan dapat diterima oleh anak-anak. Berdasarkan data Puskesmas Kendit . , angka stunting di Desa Klatakan mencapai 14,5% atau 49 dari 339 anak balita. Angka ini mencerminkan bahwa meskipun desa ini telah mencapai status desa mandiri, persoalan kesehatan dan gizi anak masih menjadi tantangan Oleh karena itu, diperlukan intervensi berbasis komunitas yang tidak hanya fokus pada distribusi makanan tambahan, tetapi juga membangun kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam pengolahan pangan lokal sebagai langkah preventif terhadap stunting. Dalam konteks inilah, tim Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik dari Universitas Jember melaksanakan program edukasi gizi berbasis pemanfaatan daun kelor di Desa Klatakan. Program ini mengintegrasikan penyuluhan gizi, pelatihan pengolahan nugget daun kelor, serta pengukuran pengetahuan ibu balita sebelum dan sesudah kegiatan. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan kesadaran gizi, meningkatkan keterampilan ibu dalam menyediakan Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development makanan sehat, serta mengoptimalkan potensi lokal sebagai solusi berkelanjutan dalam upaya pencegahan stunting. Metode Pelaksanaan Program pengabdian ini merupakan bagian dari kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik 193 Universitas Jember dengan tema AuDesa Sehat. Bebas StuntingAy dan program utama bertajuk Salitani: Desa Peduli Stunting Anak Sejak Dini. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan literasi gizi dan keterampilan pengolahan pangan lokal dalam rangka pencegahan stunting di Desa Klatakan. Kecamatan Kendit. Kabupaten Situbondo. Metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif deskriptif dengan desain studi evaluatif partisipatif. Pendekatan edukatif dilakukan melalui penyuluhan berbasis data dan praktik langsung, sementara pendekatan partisipatif diwujudkan melalui keterlibatan aktif peserta dalam diskusi, praktik memasak, serta pengisian instrumen pre-test dan post-test. Subjek kegiatan adalah ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita dengan total peserta sebanyak 85 orang. Kegiatan dilaksanakan selama dua hari, menyesuaikan dengan jadwal layanan Posyandu Intan (Dusun Semekan Utar. dan Posyandu Dorang (Dusun Gundi. di Desa Klatakan. Tahapan kegiatan terdiri dari: Tahap Persiapan: penyusunan Business Model Canvas (BMC), pembuatan poster edukatif, penyusunan booklet dan resep, pembagian divisi kerja, persiapan alat, serta perizinan kepada pihak desa dan pengelola posyandu. Tahap Pelaksanaan: dimulai dengan pre-test untuk mengukur pengetahuan awal, dilanjutkan dengan penyuluhan materi gizi dan stunting, demonstrasi pembuatan nugget daun kelor, diskusi interaktif, serta pembagian leaflet dan booklet edukasi. Tahap Evaluasi: dilakukan post-test untuk menilai perubahan pemahaman peserta, dengan substansi soal yang sama dengan pre-test. Instrumen evaluasi berupa soal pilihan ganda sebanyak 15 butir yang mencakup tiga aspek utama: pengetahuan tentang stunting, prinsip gizi seimbang, dan manfaat serta pengolahan daun kelor sebagai pangan lokal. Instrumen telah divalidasi melalui validitas isi . ontent validit. oleh dosen pembimbing lapangan dan ahli gizi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember, dengan meninjau kesesuaian materi dengan indikator capaian edukasi. Berikut disajikan kisi-kisi soal pre-test dan post-test: Tabel 1. Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test Pengetahuan Gizi Ibu Balita Aspek yang Indikator Penguasaan Contoh Butir Soal Diukur Pengertian Mengetahui definisi dan Apa yang dimaksud dengan penyebab utama stunting Dampak stunting Memahami dampak stunting Apa dampak jangka panjang pada tumbuh kembang anak dari stunting pada anak? Faktor risiko Menyebutkan faktor Manakah yang termasuk faktor penyebab risiko stunting risiko terjadinya stunting? Ciri anak stunting Mengenali gejala fisik anak Apa ciri fisik yang umum yang mengalami stunting ditemukan pada anak stunting? Usia rentan Mengetahui usia kritis anak Pada usia berapa anak paling terhadap stunting rentan terkena stunting? Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development Gizi seimbang Sumber protein Fungsi zat besi Manfaat vitamin A Pemberian tambahan (PMT) Daun kelor sebagai pangan Kandungan gizi daun kelor Pengolahan daun Mengetahui prinsip dasar gizi seimbang Menyebutkan sumber makanan yang mengandung Memahami peran zat besi dalam pertumbuhan Mengetahui manfaat vitamin A untuk anak Mengetahui jenis dan tujuan PMT Apa yang dimaksud dengan pola makan gizi seimbang? Di bawah ini yang termasuk sumber protein adalah. Mengetahui bahwa daun kelor dapat diolah menjadi makanan sehat Menyebutkan nutrisi utama dalam daun kelor Mengetahui cara sederhana mengolah daun kelor Mengapa daun kelor cocok dijadikan bahan makanan tambahan untuk anak? Daun kelor kaya akan. Konsumsi pangan Mampu menyebutkan contoh pangan lokal bergizi Peran ibu dalam Memahami pentingnya peran ibu dalam pencegahan Mengapa zat besi penting bagi Fungsi utama vitamin A bagi tubuh adalah. Apa tujuan dari pemberian makanan tambahan bagi balita? Bagaimana cara sederhana mengolah daun kelor agar disukai anak? Berikut yang merupakan contoh pangan lokal yang bergizi Mengapa peran ibu sangat penting dalam mencegah stunting pada balita? Teknik analisis data menggunakan tabulasi deskriptif dengan mengelompokkan skor hasil ke dalam dua kategori, yaitu: Kategori Baik: peserta yang menjawab benar Ou 11 dari 15 soal (Ou73%) A Kategori Kurang: peserta yang menjawab benar < 11 dari 15 soal Analisis dilanjutkan dengan membandingkan proporsi kategori AubaikAy dan AukurangAy sebelum dan sesudah kegiatan. Intervensi dikatakan berhasil apabila terjadi peningkatan signifikan jumlah peserta dalam kategori AubaikAy. Metode ini dipilih karena mendukung prinsip pemberdayaan masyarakat, yakni melalui edukasi yang berbasis praktik langsung dan pemanfaatan sumber daya lokal yang relevan dengan kebutuhan komunitas. Hasil 1 Tahapan Pelaksanaan Program edukasi gizi ini dilaksanakan oleh Kelompok 193 KKN Tematik Universitas Jember selama periode 10 Juli hingga 23 Agustus 2023 di Desa Klatakan. Kecamatan Kendit. Kabupaten Situbondo. Tahapan awal kegiatan diawali dengan observasi langsung di lapangan dan diskusi partisipatif bersama perangkat desa, kader posyandu, serta masyarakat Hasil penggalian informasi menunjukkan bahwa permasalahan stunting masih menjadi isu dominan yang menghambat tumbuh kembang anak dan berdampak pada kualitas kesehatan masyarakat desa secara umum. Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development Menindaklanjuti hasil tersebut, tim KKN bersama Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) menyusun fokus program pengabdian (Gambar . yang selaras dengan arahan Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMPP) Universitas Jember. Dari hasil kajian dan analisis situasi, maka ditetapkan tema kegiatan AuDesa Sehat. Bebas StuntingAy sebagai kerangka utama dalam pelaksanaan program edukasi dan intervensi berbasis pangan lokal. Tema ini dianggap relevan dengan kebutuhan dan urgensi yang ditemukan di lapangan. Gambar 1. Penetapan Tema Program AuDesa Sehat. Bebas StuntingAy oleh Tim KKN dan Dosen Pembimbing Lapangan Untuk memastikan program berjalan sistematis dan berorientasi hasil, tim menyusun rencana kerja menggunakan pendekatan Business Model Canvas (BMC) yang memetakan mitra kunci, aktivitas utama, sumber daya, hingga nilai manfaat yang diharapkan. Dalam tahap persiapan, tim juga menyusun materi edukasi, merancang booklet dan poster, menyiapkan alat peraga, serta menjalin koordinasi teknis dengan Posyandu Intan dan Dorang. Di samping itu, tim turut merancang instrumen pre-test dan post-test untuk mengevaluasi capaian pengetahuan peserta sebelum dan sesudah pelatihan. Salah satu inovasi penting yang disiapkan adalah pengembangan produk pangan tambahan berupa nugget kelor sebagai sarana edukatif sekaligus solusi nyata pencegahan stunting. Selanjutnya, tim menyusun rencana kerja melalui pendekatan Business Model Canvas (BMC), sebagaimana ditampilkan pada Gambar 2. Dalam tahap persiapan, tim menyusun materi, membuat booklet, menyiapkan alat peraga, serta melakukan koordinasi dengan Posyandu Intan dan Dorang. Persiapan juga mencakup penyusunan instrumen pre-test dan post-test serta pembuatan produk olahan pangan berbahan dasar daun kelor. Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development Gambar 2. Business Model Canvas Program Desa Litani 2 Implementasi Kegiatan dan Respons Masyarakat Tujuan dari pelaksanaan program ini adalah agar aktivitas edukasi dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh tim KKN dapat selaras dengan kebutuhan dan arah kebijakan pembangunan desa, khususnya dalam penanganan stunting. Salah satu bentuk penyelarasan tersebut adalah dengan melibatkan langsung pemangku kepentingan desa, seperti Kepala Desa, kader posyandu, dan pemuda desa yang tergabung dalam Wadah Inovasi Desa BerkarYA (WIDYA). Bahkan. Kepala Desa dan bidan desa turut mencoba langsung produk Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa nugget kelor yang dihasilkan oleh tim KKN. Hasil uji coba ini menunjukkan bahwa produk tersebut memiliki tekstur lembut, rasa yang mudah diterima oleh anak-anak, dan kandungan gizi yang tinggi sehingga dinilai potensial sebagai cemilan sehat balita. Kegiatan dilaksanakan bersamaan dengan jadwal posyandu di Dusun Semekan Utara dan Gundil. Tahapan pelaksanaan terdiri dari pre-test, penyampaian materi edukasi mengenai stunting dan gizi seimbang, demonstrasi pembuatan nugget kelor, diskusi partisipatif, serta pemberian booklet dan resep olahan bergizi kepada para peserta. Salah satu sesi utama diberi nama AuPelatihan SEHAT: Saji Edukasi Hidangan Anti Stunting Bersama WIDYA,Ay yang dirancang untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta dalam mengolah bahan pangan lokal secara sehat dan menarik bagi balita. Masyarakat menunjukkan antusiasme tinggi selama sesi demonstrasi pembuatan nugget daun kelor. Gambar 3 dan Gambar 4 menampilkan suasana pelatihan dan keterlibatan peserta secara aktif di berbagai tahapan kegiatan. Berdasarkan observasi, seluruh peserta mengikuti praktik secara langsung dengan semangat, termasuk dalam proses mencampur adonan, membentuk adonan nugget, hingga menyaksikan proses pengolahan. Produk ini mendapatkan respons positif, terutama dari ibu-ibu yang mencatat bahwa nugget kelor sangat potensial sebagai camilan sehat anak karena memiliki tekstur lembut, rasa yang disukai, serta kandungan nutrisi yang bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development Gambar 3. Demonstrasi Pembuatan PMT Berbahan Daun Kelor oleh Tim KKN 193 Gambar 4. Edukasi Langsung dan Praktik Pembuatan Camilan Nugget Kelor Program ini tidak hanya memberikan edukasi satu arah, melainkan mendorong transfer keterampilan nyata melalui metode demonstratif yang terbukti efektif. Dengan keterlibatan penuh peserta dalam praktik, terjadi proses pembelajaran aktif yang memungkinkan mereka tidak hanya memahami teori gizi, tetapi juga mampu mereplikasi proses pengolahan nugget kelor di rumah secara mandiri. Hal ini memperkuat tujuan program untuk menjadikan masyarakat sebagai subjek perubahan dalam upaya pencegahan stunting melalui pengolahan pangan lokal. 3 Hasil Pre-Test dan Post-Test Evaluasi efektivitas kegiatan dilakukan dengan menggunakan instrumen berupa 15 soal pilihan ganda yang dirancang untuk mengukur tingkat pemahaman peserta terhadap materi gizi, stunting, dan pemanfaatan pangan lokal sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan. Instrumen ini telah divalidasi oleh dosen pembimbing dan ahli gizi untuk memastikan bahwa setiap butir soal sesuai dengan tujuan edukasi yang telah dirancang. Penilaian dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori AubaikAy bagi peserta dengan skor benar Ou11 dari 15 soal, dan kategori AukurangAy untuk skor <11. Hasil pre-test menunjukkan bahwa mayoritas peserta . orang atau 75,3%) berada pada kategori AukurangAy, sedangkan hanya 21 orang . ,7%) yang sudah berada dalam kategori AubaikAy. Namun setelah mengikuti rangkaian pelatihan, demonstrasi, dan diskusi interaktif, terjadi peningkatan yang signifikan dalam post-test. Sebanyak 51 orang peserta . %) berhasil mencapai kategori AubaikAy, dan sisanya 34 orang . %) masih berada dalam kategori AukurangAy. Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development Tabel 2. Hasil Pre-test dan Post-test Pengetahuan Gizi Ibu Balita Kategori Kriteria Skor Jumlah Persentase Jumlah Peserta Persentase (Benar dari 15 Peserta (%) (Post-tes. (%) Soa. (Pre-tes. Baik Ou 11 24,7% 60,0% Kurang < 11 75,3% 40,0% Total Ai Perubahan proporsi peserta dari kategori AukurangAy ke AubaikAy menunjukkan bahwa materi yang disampaikan selama kegiatan, termasuk melalui metode demonstratif dan diskusi terbuka, berhasil meningkatkan pemahaman secara signifikan. Tidak hanya terjadi peningkatan jumlah peserta yang memahami substansi materi, tetapi juga terlihat adanya semangat baru dari para ibu untuk menerapkan pola makan sehat di rumah. Temuan ini menunjukkan pentingnya edukasi berbasis praktik dalam mengubah perilaku dan memperluas dampak program gizi pada tingkat rumah tangga. Peningkatan peserta dalam kategori AubaikAy sebesar 35,3 poin persentase mencerminkan keberhasilan pendekatan edukatif-partisipatif yang diterapkan dalam program ini. Kegiatan tidak hanya mentransfer pengetahuan melalui penyuluhan, tetapi juga melibatkan peserta secara aktif dalam praktik langsung yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini memungkinkan peserta untuk memahami secara aplikatif konsep gizi dan pentingnya pencegahan stunting. Gambar 5. Poster Edukasi Kandungan Gizi dan Manfaat Nugget Kelor sebagai PMT Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development Lebih lanjut, efektivitas program juga diperkuat dengan penyampaian materi melalui berbagai media visual, seperti poster dan booklet . ihat Gambar . , yang membantu peserta mengingat poin-poin penting secara visual. Produk nugget kelor yang dikenalkan selama sesi pelatihan bukan hanya menjadi PMT alternatif, tetapi juga menjadi model pengolahan pangan lokal yang dapat diterapkan di rumah secara berkelanjutan. Dengan demikian, program ini berhasil membentuk pondasi edukatif yang kuat sekaligus meningkatkan keterampilan praktis peserta dalam mendukung ketahanan gizi keluarga. Pembahasan Hasil peningkatan skor pre-test dan post-test pada program ini menunjukkan efektivitas pendekatan edukatif-partisipatif dalam meningkatkan pengetahuan ibu balita terkait gizi dan pencegahan stunting. Kegiatan yang tidak hanya bersifat penyuluhan satu arah, tetapi juga melibatkan praktik langsung seperti demo masak nugget kelor dan diskusi kelompok, mampu menciptakan pembelajaran yang kontekstual dan bermakna. Pendekatan ini terbukti meningkatkan partisipasi aktif dan pemahaman peserta secara signifikan. Temuan ini selaras dengan penelitian Masuke et al. yang menyatakan bahwa pelibatan masyarakat dalam praktik pemberian makanan tambahan dan edukasi gizi berkontribusi positif terhadap peningkatan perilaku sehat. Selain itu, studi Febriyanti et al. juga menegaskan bahwa penggunaan pangan lokal seperti daun kelor, jika dikombinasikan dengan pelatihan dan edukasi, dapat menjadi solusi berkelanjutan dalam mengatasi stunting di tingkat komunitas. Dalam konteks kegiatan ini, pengenalan nugget kelor sebagai produk PMT juga membuka peluang ekonomi rumahan dan mendukung ketahanan pangan lokal. Produk ini tidak hanya memberikan manfaat gizi bagi balita, tetapi juga memperkenalkan kepada masyarakat tentang potensi besar pangan lokal dalam memperbaiki status gizi keluarga. Lebih lanjut, dukungan media visual seperti poster dan booklet membantu memperkuat pesan edukatif yang disampaikan. Media visual ini terbukti efektif dalam menarik perhatian peserta, memudahkan pemahaman, dan mengingatkan mereka tentang pentingnya pengolahan pangan bergizi yang dapat dilakukan secara mandiri di rumah. Sejalan dengan temuan, penggunaan berbagai media pembelajaran dalam penyuluhan gizi terbukti meningkatkan daya serap informasi peserta. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan bahwa materi berbasis visual lebih mudah diterima oleh masyarakat dengan tingkat literasi yang bervariasi (Ramadhani & Kuswandi, 2. Hal ini mempertegas bahwa pendekatan multimetode dengan melibatkan bahan visual, praktik langsung, dan dialog dua arah merupakan strategi efektif untuk meningkatkan literasi gizi di masyarakat pedesaan, yang sering kali memiliki akses terbatas terhadap informasi kesehatan yang berkualitas. Dengan demikian, keberhasilan program ini tidak hanya tercermin dari peningkatan nilai pengetahuan peserta, tetapi juga dari tumbuhnya kesadaran kolektif mengenai pentingnya pengolahan pangan lokal dan pemberian gizi seimbang sejak Kesadaran ini diharapkan dapat memotivasi keluarga untuk mengintegrasikan pola makan sehat dalam keseharian mereka. Kolaborasi antara mahasiswa KKN, pemerintah desa, posyandu, dan masyarakat terbukti menjadi kunci keberhasilan implementasi intervensi yang kontekstual, aplikatif, dan berkelanjutan dalam upaya Volume 4 No 2: 370-380 Room of Civil Society Development pencegahan stunting di Desa Klatakan. Selain itu, keterlibatan berbagai pihak ini juga memperkuat jaringan sosial dan kolaborasi lintas sektor yang diperlukan untuk memastikan keberlanjutan program. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang holistik dan melibatkan berbagai elemen masyarakat adalah kunci dalam mencapai perubahan yang bertahan lama. Kesimpulan Program edukasi gizi yang dilaksanakan oleh Kelompok 193 KKN Tematik Universitas Jember di Desa Klatakan berhasil meningkatkan pengetahuan ibu-ibu balita mengenai pentingnya gizi seimbang dan pencegahan stunting. Melalui pendekatan edukatif-partisipatif dan integrasi media pembelajaran visual serta praktik langsung, peserta tidak hanya memahami materi secara teoritis tetapi juga memperoleh keterampilan praktis dalam mengolah bahan pangan lokal menjadi produk yang bergizi, seperti nugget daun kelor. Hasil pre-test dan post-test menunjukkan adanya peningkatan signifikan dari kategori AukurangAy ke AubaikAy, mencerminkan keberhasilan metode interaktif dan berbasis komunitas dalam meningkatkan literasi gizi. Penerapan pendekatan berbasis potensi lokal juga membuktikan bahwa solusi untuk permasalahan stunting dapat ditemukan di sekitar masyarakat sendiri, selama diiringi dengan pendampingan dan penyuluhan yang tepat. Sebagai rekomendasi, program serupa perlu direplikasi di wilayah lain dengan prevalensi stunting tinggi, dengan penyesuaian konteks lokal dan potensi sumber daya yang Pemerintah desa, kader posyandu, serta instansi terkait diharapkan dapat melanjutkan dan memperluas cakupan program melalui integrasi dalam agenda rutin desa atau kegiatan PKK. Pelatihan lanjutan dan pengembangan produk pangan lokal dapat menjadi salah satu upaya berkelanjutan dalam mendorong ketahanan gizi masyarakat pedesaan secara partisipatif dan mandiri. Daftar Pustaka