LORONG LITERASI GOWA PROGRAMS IN PACCINONGANG SUB DISTRICT….. LORONG LITERASI GOWA PROGRAMS IN PACCINONGANG SUB DISTRICT: How Do Youth Generations Participate? Kuncoro G. Pambayun1, Rian Dwi Hapsari 2, Dzuljalali3 e-ISSN: 2723-6234 p-ISSN: 2723-6226 Indonesian Journal of Librarianship Vol. 1 No. 1, Juni (2020): pp. 44-53 Dikirim: 11/05/2020; Direvisi: 28/06/2020; Disetujui: 29/06/2020; Publikasi Online: 30/07/2020; Pengutipan Artikel: Pambayun, K. G., Hapsari, R. D., Dzuljalali, D., (2020). LORONG LITERASI GOWA PROGRAMS IN PACCINONGANG SUB DISTRICT: How do Youth Generations Participate?. Indonesian Journal of Librarianship. 1 (1), pp. 44-53. DOI: https://doi.org/10.33701/ijolib.v1i1.1051 Korespondensi Penulis: Email: pambayun@ipdn.ac.id Afiliasi: Perpustakaan Pusat, Institut Pemerintahan Dalam Negeri Penerbit Library Department of Governance Institute of Home Affairs (IPDN) Editorial Office Jalan Ir. Soekarno KM 20 Jatinangor, Kab. Sumedang, Jawa, Barat, Indonesia (45363) Website: http://ejournal.ipdn.ac.id/ijolib e-Mail: perpustakaan@ipdn.ac.id, ijolib@ipdn.ac.id © Kuncoro G. Pambayun, Rian Dwi Hapsari, Dzuljalali. This work is licensed under the Creative Commons Attribution Non Commercial Share Alike 4.0 International License 1 Pustakawan Muda, Perpustakaan Pusat Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jl. Ir. Soekarno KM 20 Jatinangor, Kab. Sumedang, Prov. Jawa Barat (45363) Pustakawan Muda, Perpustakaan Pascasarjana Institut Pemerintahan Dalam Negeri, Jl. Ir. Soekarno KM 20 Jatinangor, Kab. Sumedang, Prov. Jawa Barat (45363) 3 Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Jl. Jend. Urip Sumoharjo 269 Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan (90231) 2 44 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP Abstract Problem Statement: The author focuses on the problem of low reading culture and the lack of awareness of the village community towards sub district literacy activities. Purpose: This study aims to know the participation of youth in the Lorong Literasi Gowa Programs in Paccinongang Sub District. Method: This study uses mixed methods. The technique of collecting data are done by survey (50 respondent), interviews (7 informant), and documentation. Result: The findings are youth participation in planning is adequate, implementation and utilization of results are quite good, although it is still constrained by the preoccupation of youth and the low level of awareness of some youth. Conclusion: Youth participation the Lorong Literasi Gowa Programs in Paccinongang Sub District has been going well because of the synergy of the local government and its youth community. In order to increase youth participation, it is recommended to optimize information technology, social media and collaborate with various components including entrepreneurs. Keywords: Participation, Youth Generations, Lorong Literasi Gowa Programs Abstrak Permasalahan: Penulis berfokus pada permasalahan rendahnya budaya baca dan kurangnya kepedulian masyarakat kelurahan terhadap kegiatan literasi kelurahan. Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui partisipasi pemuda dalam program lorong literasi di Kelurahan Paccinongang. Metode: Penelitian ini menggunakan metode campuran kualitatif dan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan angket (50 responden), wawancara mendalam (7 informan), dan dokumentasi. Hasil: Temuan yang diperoleh penulis dalam penelitian ini yaitu partisipasi pemuda dalam perencanaan tergolong cukup, pada pelaksanaan tergolong baik, dan pemanfaatan hasil tergolong baik, meskipun masih terkendala dengan kesibukan pemuda, dan tingkat kesadaran beberapa pemuda yang masih rendah. Kesimpulan: Partispasi pemuda dalam program lorong literasi di Kelurahan Paccinongang telah berjalan dengan baik, hal ini dikarenakan adanya kolaborasi yang baik dari pemerintah setempat dengan komunitas pemudanya. Guna meningkatkan partisipasi pemuda dalam program lorong literasi, disarankan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan media sosial serta berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk wirausahawan. Kata kunci: Partisipasi, Pemuda, Program Lorong Literasi Gowa I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Rendahnya literasi merupakan salah satu faktor mendasar yang mengakibatkan rendahnya kualitas sumber daya manusia di suatu negara. Secara umum ditandai dengan rendahnya minat baca masyarakat. Berdasarkan survey yang dilakukan oleh Central Connecticut State University melalui studi "Most Littered Nation In the World" pada tahun 2016, peringkat minat baca masyarakat Indonesia adalah ke-60 dari 61 negara 45 LORONG LITERASI GOWA PROGRAMS IN PACCINONGANG SUB DISTRICT….. (Central Connecticut State University, 2016). Hasil tersebut menampakkan bahwa kondisi minat baca bangsa Indonesia masih sangat memprihatinkan. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.504 pulau dengan jumlah penduduk 270.054.853 juta jiwa (sejumlah 63,36 juta atau sekitar 25% penduduk indonesia terdiri dari pemuda), merupakan aset besar dalam proses pembangunan bangsa Indonesia ke depan (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2019). Generasi muda Indonesia sebagai tonggak terdepan memiliki tanggung jawab besar dalam memajukan literasi masyarakat yang dimulai dari daerahnya masing-masing. Tingkat literasi suatu daerah merupakan wujud dari keberhasilan pendidikan yang diselenggarakan. Literasi merupakan upaya pembangunan manusia. Membangun manusia berarti membangun karakter dari suatu bangsa. Kemajuan dan keberhasilan setiap aspek kehidupan terlahir dari bangsa yang terpelajar dan terdidik, sehingga terus mengalami perkembangan dan perubahan ke arah yang lebih baik (Dewi & Rohman, 2019). Kabupaten Gowa memiliki jumlah penduduk yang terus meningkat pada angka 735.493 jiwa pada tahun 2016, 748.200 jiwa pada tahun 2017, dan 760.607 jiwa pada tahun 2018 (BPS Kab. Gowa, 2019). Dalam rangka meningkatkan pendidikan melalui budaya membaca, Pemerintah Kabupaten Gowa mempunyai program yang diberi nama lorong literasi. Program Lorong Literasi Gowa merupakan salah satu program yang terlaksana berkat adanya kerja sama dan kolaborasi antara pemerintah setempat dengan media cetak Sulawesi Selatan (Harian Fajar) terutama terkait dengan perihal pendanaan dan fasilitasi/advokasi. Dengan memanfaatkan akses penghubung jalan dan ruang-ruang terbuka yang berada di sekitar pemukiman warga, masing-masing kelurahan dipacu untuk menyulapnya menjadi taman bacaan dan media dalam meningkatkan minat baca masyarakatnya. Literasi merupakan kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi/pengetahuan serta kemampuan untuk belajar secara terus menerus (Lien dkk, 2020). Secara detail dalam makna literasi juga mencakup akan respon visual yang artinya kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (adegan, video, gambar) yang tujuannya untuk meningkatkan daya minat baca kepada masyarakat. Oleh karena itu dalam lorong literasi tidak hanya terbatas pada textual melainkan melalui pemanfaatan seluruh media baca dan bermain. Program Lorong Literasi Gowa telah berjalan selama kurang lebih dua tahun di beberapa kelurahan di Kabupaten Gowa (Warnasulsel, 2020), termasuk kelurahan Paccinongang. Lorong literasi diharapkan mampu meningkatkan budaya minat baca masyarakat, tidak hanya pada kemampuan baca tulis saja, tetapi termasuk dalam mengolah informasi textual, bercerita, serta memanfaatkan informasi untuk mengembangkan diri hingga mampu menularkan budaya literasi itu sendiri kepada orang lain. Alasan dipilihnya lorong dalam program ini yakni agar membangun budaya literasi pada tingkat terendah mulai dari RT, RW, LPM, dan dampaknya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat setempat termasuk generasi muda sebagai agen perubahan. Permasalahan. Ada beberapa permasalahan berkaitan dengan partisipasi pemuda dalam mengawal program lorong literasi di Kelurahan Paccinongang ini. Faktor pendidikan merupakan salah satunya. Cukup banyak pemuda di Kabupaten Gowa yang tidak melanjutkan pendidikan dengan berbagai sebab, salah satunya lebih memilih untuk mencari penghasilan karena terbatasnya kemampuan finansial keluarga. Hal ini sejalan dengan data BPS Kab. Gowa bahwa sejumlah 131.379 orang yang tidak menamatkan pendidikan Sekolah Dasar atau Tidak Pernah Mengenyam Pendidikan memilih untuk bekerja (Jumlah Penduduk berumur 15 tahun ke atas yang bekerja berdasarkan tingkat Pendidikan) dan berdasarkan data penduduk menurut kelompok umur (15 s.d. 19 tahun) yang sudah bekerja di wilayah Kabupaten Gowa sejumlah 14812 orang (BPS Kab. Gowa, 46 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP 2019:61-62). Data ini menunjukkan bahwa banyaknya pemuda yang memilih untuk mencari penghasilan dengan bekerja di perusahaan/orang lain ketimbang berwirawasta. Padahal dalam mengembangkan suatu wilayah dibutuhkan peran pemuda yang berpendidikan guna menyalurkan aspirasi-aspirasi dalam membantu pemerintah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya (meskipun dapat dilakukan sambil bekerja). Kurangnya kesadaran pemuda untuk bersama-sama membangun daerah menjadi permasalahan berikutnya, sudah menjadi rahasia umum para sarjana muda lebih memilih merantau ke kota dibandingkan harus mengabdi di kampung, para pemuda lebih cenderung memilih bekerja di pabrik dari pada harus menjadi petani di kampung halaman, melakukan urbanisasi ke kota dengan harapan penghasilan yang tinggi (Katherina, 2014). Hal ini menunjukkan kurang kepedulian pemuda membangun kampung halaman dengan memberikan begitu saja peran pembangunan kampung kepada pemerintah setempat. Budaya merantau (sompe') dan bermigrasi (malleke' dapureng) bukan karena kelaparan, dapur tidak lagi berasap, tidak ada pekerjaan, daerah asalnya tandus kering, tetapi kebutuhan akan kebebasan, menjadi dorongan yang kuat untuk berubah khususnya bagi orang Bugis-Makassar berkorban dan berjuang agar diterima di lingkungan sosialnya (Kompas.com, 2008). Tidak dapat disalahkan bahwa pemuda lebih memilih merantau ke kota atau daerah lain dengan iming-iming lebih mudah memperoleh pendapatan, memperoleh kebebasan yang hakiki ketimbang terikat di kampung, dan sebagai bentuk pengakuan sosial apabila berhasil di rantau. Selanjutnya fenomena yang terjadi generasi net ini yakni cenderung menjadi makhluk yang anti-sosial (meskipun tidak seluruhnya), terlihat dari berbagai macam kegiatan gotong royong dengan peminat yang semakin menurun di daerah-daerah. Kajian Literatur Terdahulu. Penelitian ini terinspirasi oleh beberapa penelitian terdahulu, baik dalam konteks pemberdayaan pemuda maupun konteks kegiatan membudayakan literasi masyarakat. Penelitian Suwana dan Lily berjudul Empowering Indonesian Women Through Building Digital Media Literacy (Suwana & Lily, 2017), menemukan bahwa literasi media digital tetap rendah karena pendidikan yang tidak memadai, kurangnya kesempatan dan sistem patriarki di Indonesia. Perempuan Indonesia membutuhkan keterampilan literasi media digital dan perlunya memberdayakan kemampuan literasi mencakup keterampilan menggunakan media digital untuk mengakses, mencari, menganalisis, merefleksikan, berbagi, serta menciptakan sesuatu untuk meningkatkan kualitas hidupnya. Penelitian Astuti menemukan bahwa pemberdayaan kepemudaan perlu disertai dengan gerakan literasi digital karena dengan keterampilan literasi digital pemuda dapat berkontribusi pada pembangunan desa melalui penggunaan teknologi informasi (Astuti, 2019a). Penelitian Agustino menemukan bahwa eksistensi pemberdayaan berbasis gerakan literasi di Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara harus dilaksanakan berdasarkan prinsip kesukarelaan (voluntarism) dan kemandirian (independence) yakni melalui transformasi nilai-nilai karakter (character building) bagi kelompok usia produktif serta berbasis pada rangkaian kegiatan soft skill tematik (Agustino, 2019). Penelitian Astuti selanjutnya berkaitan dengan kiprah komunitas macandahan dalam memberdayakan literasi pemuda menemukan bahwa melaui komunitas macandahan ini berhasil mendorong anak-anak muda untuk belajar melek huruf, memfasilitasi kaum muda untuk memahami potensi dan masalah yang dihadapi masyarakat, mengadopsi budaya dan kearifan lokal dalam bertani, dan membina kaum muda untuk melakukan jejaring dan mengadvokasi diri mereka sendiri (Astuti, 2019b). Berdasarkan hasil penelitian Khadijah dkk tentang pentingnya literasi ibu rumah tangga dalam berwirawasta, penulis menemukan peran komunitas literasi di perkampungan membuat para ibu rumah tangga mampu merumuskan kebutuhan 47 LORONG LITERASI GOWA PROGRAMS IN PACCINONGANG SUB DISTRICT….. informasi, filterisasi informasi, menyimpan dan temu kembali informasi, efektifitas dan efisiensi informasi, sharing knowledge, membuka bisnis rumahan, sehingga diharapkan dapat membantu para ibu rumah tangga lainnya agar dapat membantu memperbaiki ekonomi keluarga mereka (Khadijah et al., 2016). Pernyataan Kebaruan Ilmiah (State of The Art). Penulis melakukan penelitian yang berbeda dan belum dilakukan oleh penelitian terdahulu, dimana konteks penelitian yang dilakukan yakni pemberdayaan pemuda dalam kegiatan membudayakan literasi melalui program produk pemerintah daerah Kabupaten Gowa yakni program lorong literasi, dilaksanakan pada lokasi Kelurahan Paccinongang Kecamatan Somba Opu. Adapun teori partisipasi yang digunakan yakni dari Yadav R (Yadav, 1980) yang menyatakan bahwa partisipasi dapat terjadi pada empat tahap, yaitu partisipasi dalam perencanaan/pengambilan keputusan, pelaksanaan, dan pemanfaatan hasil. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa dan memperoleh gambaran yang jelas mengenai partisipasi pemuda dalam Program Lorong Literasi Gowa di Kelurahan Paccinongang Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa. II. METODE Penelitian ini menggunakan Convergent Parallel Mixed Method dan menganalisis data melalui joint display yakni menyajikan kedua kelompok data baik itu kualitatif ataupun kuantitatif (Sugiyono, 2013). Dalam tipe convergent ini Creswell menjelaskan bahwa peneliti dalam waktu yang sama mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif, menganalisis secara terpisah, dan membandingkan hasilnya untuk mengetahui apakah temuannya itu saling melengkapi atau tidak (Creswell John W., 2018). Penulis mengumpulkan data melaui angket, wawancara, dan dokumentasi. Dalam melakukan pengumpulan data kualitatif, penulis melakukan wawancara secara mendalam terhadap 7 orang informan yang terdiri dari kepala wilayah Kelurahan Paccinongang (lurah), sekretaris lurah, kasi pemerintahan, ketua kelompok organisasi pemuda masingmasing 1 orang, dan masyarakat (dalam hal ini pemuda sebagai objek penelitian sebanyak 3 orang). Adapun pengumpulan data Kuantitatif dilaksanakan dengan menyebarkan angket terhadap 50 orang yang memanfaatkan lorong literasi Paccinongang. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Partisipasi dalam Perencanaan. Penulis melakukan pengukuran terhadap partisipasi dalam perencanaan program lorong literasi melalui keterlibatan pemuda dalam kegiatan perencanaan berkaitan dengan kehadiran dalam rapat perencanaan program dan diterima atau tidaknya masukan dari pemuda. Tabel 1. Jawaban responden terhadap kehadiran pemuda pada saat rapat perencanaan Jawaban Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data riset 2020 48 Responden (orang) Persen (%) 21 24 5 50 42 48 10 100 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP Tabel 2. Jawaban responden terhadap diterima tidaknya ide pemuda dalam program lorong literasi Jawaban Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Jumlah Responden (orang) Persen (%) 21 23 6 50 42 46 12 100 Sumber: Hasil pengolahan data riset 2020 Pada Tabel 1 sejumlah 50 responden menjawab respon tertinggi pada partisipasi kadang-kadang yakni 24 responden atau sekitar 48 persen, selisih 3 responden dengan partisipasi sering dimana partisipasi sering mendapatkan respon 21 atau 42 persen, sedangkan paling rendah yakni partisipasi tidak pernah yakni 5 responden atau sekitar 10 persen. Lebih lanjut ditegaskan oleh Sekretaris Lurah Paccinongang mengatakan “Alhamdulillah antusias pemuda di Paccinongang ini sangat bagus dan sebagian besar dari mereka bersedia untuk menghadiri rapat apalagi terkait dengan program lorong literasi ini”. Dalam hasil wawancara penulis dengan informan yang ikut dalam organisasi kepemudaan Paccinongang mengatakan bahwa “Tidak hanya program lorong literasi tetapi pemuda juga selalu ikut serta dalam setiap program kelurahan seperti sabtu bersih dan kegiatan kesenian”. Berdasarkan Tabel 2 penulis memperoleh hasil respon tertinggi yaitu partisipasi kadang-kadang dengan total 23 respon atau 46 persen, respon terendah masih dengan respon tidak pernah yaitu 6 responden atau 12 persen. Data tersebut dipertegas dengan hasil wawancara peneliti dengan Lurah Paccinongang yang mengatakan bahwa “karang taruna sering kita ajak bicara untuk rapat resmi maupun tidak resmi di kantor, apalagi ada fasilitas wi-fi, saya sering mengajak mereka tentang kegiatan lorong literasi ini, dan menurut saya respon mereka cukup bagus. Lorong literasi kita menjadi juara 2 ya karena para pemuda bergerak”. Sejalan dengan hasil wawancara kepada salah satu responden warga yang mengatakan bahwa “Di lingkungan Paccinongang sendiri pemerintah setempat bersinergi dengan organisasi kepemudaan, sehingga ketika kami melaporkan tentang halhal yang terjadi di Paccinongang pemerintah setempat menanggapinya dengan cepat.” Penulis menyimpulkan pengukuran terhadap partisipasi dalam perencanaan program lorong literasi melalui keterlibatan pemuda dalam kegiatan perencanaan berkaitan dengan kehadiran dalam rapat perencanaan program dengan tingkat partisipasi sedang, dan berkaitan dengan partisipasi diterima atau tidaknya masukan dari pemuda dalam perencanaan tergolong cukup. Partisipasi dalam Pelaksanaan. Penulis melakukan pengukuran terhadap partisipasi dalam pelaksanaan program lorong literasi melalui keterlibatan terhadap pemberian ide, tenaga, dan materi. 49 LORONG LITERASI GOWA PROGRAMS IN PACCINONGANG SUB DISTRICT….. Tabel 3. Jawaban responden terhadap pemberian sumbangan (ide, tenaga, dan materi) Jawaban Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Jumlah Responden (orang) Persen (%) 24 21 5 50 48 42 10 100 Sumber: Hasil pengolahan data riset 2020 Terkait indikator apakah pemuda memberikan sumbangan (ide, tenaga, dan materi) pada saat pelaksanaan program lorong literasi di Kelurahan Paccinongang” dari 50 sampel responden, respon yang paling tinggi masih partisipasi sering yakni 24 responden atau sekitar 48 persen. Dalam hasil wawancara kami dengan Lurah Paccinongang yang mengatakan bahwa “Selain pada ide-ide, pemuda juga sangat proaktif dalam pelaksanaan program dalam hal ini adalah tenaganya. Karna saya berpesan kepada mereka bahwa saya lurah yang tidak membutuhkan banyak rencana dan sejuta ide, akan tetapi kinerja di masyarakat yang baik”. Wawancara diatas menunjukkan bahwa pemerintah Paccinongang terus membangun motivasi para pemuda untuk ikut terus berpartisipasi utamanya dalam pelaksanaan program yang dibuat oleh pemerintah daerah. Berdasarkan observasi di lapangan, penulis menemukan keterlibatan generasi muda pada program lorong literasi Paccinongang sebagian besar berfokus pada sumbangan ide dan tenaga. Para pemuda saling bersinergi dan berkontribusi langsung dalam menggelorakan dan meningkatkan minat baca khususnya kepada anak-anak. Generasi muda Paccinongang berupaya agar keterlibatan masyarakat semakin kuat dan sinergitas antara pemerintah dan komunitas pemuda semakin baik karena sebuah keberhasilan berasal dari partisipasi masyarakat. Para pemuda juga harus mampu mendorong seluruh pihak termasuk orang tua di lorong untuk ikut aktif di taman baca bahkan saling berbagi tugas untuk bergantian membacakan buku-buku cerita kepada anak-anak. Apalagi program ini diintegrasikan dengan program Kotaku, program Bank Sampah, serta Program Karang Taruna, sehingga menjadi satu kesatuan agar lingkungan semakin baik dan menciptakan ketentraman dalam bingkai kebersamaan. Partisipasi dalam Pemanfaatan Hasil. Penulis memperoleh hasil respon yang paling tinggi adalah partisipasi sering yakni 28 responden atau sekitar 56 persen, sedangkan paling rendah yakni partisipasi tidak pernah yakni 5 responden atau sekitar 10 persen seperti tertuang pada Tabel 4 berikut. Tabel 4. Jawaban responden terhadap dampak/manfaat program lorong literasi bagi pemuda Jawaban Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Jumlah Sumber: Hasil pengolahan data riset 2020 50 Responden (orang) Persen (%) 28 17 5 50 56 34 10 100 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP Tabel 5. Jawaban responden terhadap peran pemuda dalam merawat hasil program lorong literasi Jawaban Sering Kadang-Kadang Tidak Pernah Jumlah Responden (orang) 25 21 4 50 Persen (%) 50 41 8 100 Sumber: Hasil pengolahan data riset 2020 Dalam indikator pemanfaatan hasil pada Tabel 5 yang memuat satu pertanyaan yaitu “ apakah para pemuda ikut merawat hasil dari program lorong literasi ini?” dari 50 responden yang menjawab pertanyaan, diketahui respon yang paling tinggi adalah partisipasi sering yakni 25 responden atau sekitar 50 persen, sedangkan paling rendah yakni partisipasi tidak pernah yakni 4 responden atau sekitar 8 persen. Hasil utama dalam partisipasi ini yakni membuat para pemuda paham akan literasi informasi dan mampu menerapkan pemahaman atas informasi yang diperoleh dari kemampuan literasinya terhadap kehidupannya sehari-hari, serta menularkan kepada orang lain akan pentingnya belajar dan mencintai membaca. Terpenting lagi menurut Sekretaris Lurah Paccinongang yakni dapat mengisi waktu luang agar terhindar dari perbuatan negatif. Sejalan dengan hasil wawancara terhadap Sekretaris Lurah Paccinongang bahwa “adanya wadah program lorong literasi ini, pemuda Paccinongang semakin berfikir positif. Kami berfikir jangan sampai pemuda akan melakukan hal-hal negatif apalagi sampai mengkonsumsi obat-obatan, membegal dan lain-lain yang marak terjadi di kalangan generasi muda di tempat lain”. Dalam hal perawatan pemuda di Kelurahan Paccinongang khususnya organisasi kepemudaan mempunyai kegiatan rutin kebersihan mereka sekaligus memantau program lorong literasi yang mereka ikut serta didalamnya, hal ini berkesesuaian dengan wawancara dengan salah satu informan pemuda Paccinongang yang mengatakan “Lorong literasi ini tidak hanya tanggungjawab pihak-pihak di dalamnya namun kita sebagai pemuda juga untuk merawatnya. Apalagi, kami dari karang taruna mempunyai program kebersihan jadi kami sering memantau keadaan lorong-lorong yang ada di Kelurahan Paccinongang ini.” Program Lorong Literasi Gowa di kelurahan Paccinongang ini menghadirkan taman bermain serta taman baca bagi anak-anak, karena taman bermain yang dipadukan dengan taman baca akan merangsang minat baca anak-anak. Tinggal bagaimana pemerintah setempat, komunitas, serta seluruh pihak yang mendukung untuk mempertahankan dan memberikan bacaan yang bermutu untuk anak-anak di kelurahan Paccinongang khususnya dan di Kabupaten Gowa pada umumnya. Diskusi Temuan Utama Penelitian. Pelaksanaan Program lorong literasi memberikan banyak dampak positif di berbagai lapisan masyarakat dalam rangka membangun masyarakat yang lebih berpendidikan dan literat. Lorong Literasi Paccinongang juga merupakan salah satu sarana pengembangan diri bagi para pemuda di kelurahan Paccinongang. Penulis menemukan temuan penting yakni generasi muda berpartisipasi dengan cukup baik dikarenakan adanya kolaborasi yang baik dari pemerintah setempat dan komunitas pemudanya, serta adanya dukungan dari pihak swasta dan masyarakat. Sama halnya dengan temuan Astuti bahwa komunitas pemuda berperan sentral mendorong anak-anak muda untuk belajar melek huruf, memfasilitasi kaum muda untuk 51 LORONG LITERASI GOWA PROGRAMS IN PACCINONGANG SUB DISTRICT….. memahami potensi dan masalah yang dihadapi masyarakat, melakukan jejaring dan mengadvokasi diri mereka sendiri (Astuti, 2019b), pemuda kelurahan Paccinongang merupakan kunci berjalannya program Lorong Literasi Gowa di Kelurahan Paccinongang. Layaknya program lainnya, lorong literasi gowa ini juga masih memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah pemanfaatan media digital dalam pengembangan literasi di Kelurahan Paccinongang diakui belum maksimal, salah satunya dikarenakan oleh faktor pendidikan dan kesempatan, layaknya temuan Suwana dan Lily (Suwana & Lily, 2017). Selanjutnya karakteristik dari program ini yakni program yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah, jadi yang membuatnya lebih menarik lagi adalah alokasi anggaran dan dukungan oleh pihak swasta dan atau pihak berkepentingan, serta adanya dorongan motivasi imbalan yang diberikan pemerintah daerah bagi yang mampu menyelenggarakan program dengan baik. Hal ini yang membuat generasi muda berlomba untuk berpartisipasi mensukseskan program Lorong Literasi Gowa dengan berbagai kreasi dan saling bergotong royong memanfaatkan sumber daya yang dimiliki masing-masing kelurahan untuk menampilkan lorong literasi terbaik. Artinya pemerintah setempat berhasil menumbuhkan kesadaran atau sukarelawan pemuda sebagai salah satu prinsip pemberdayaan masyarakat yang berbasis literasi (voluntarism dan independence) sesuai dengan hasil penelitian Agustino (Agustino, 2019). Adanya program ini juga diharapkan secara jangka panjang mampu mencerdaskan masyarakat kampung, meningkatnya SDM secara masif, sehingga mampu menumbuhkan perekonomian masyarakat secara tidak langsung layaknya penelitian Khadijah dkk yang menemukan peran komunitas literasi di perkampungan membuat para ibu rumah tangga mampu merumuskan kebutuhan informasi, filterisasi informasi, menyimpan dan menemu kembalikan informasi, efektifitas dan efisiensi informasi, sharing knowledge, membantu para ibu rumah tangga memperbaiki ekonomi keluarga mereka (Khadijah et al., 2016). Diskusi Temuan Menarik Lainnya. Penulis menemukan faktor penghambat partisipasi pemuda dalam program lorong literasi di kelurahan Paccinongang ini yakni kesibukan para pemudanya, tingkat kesadaran yang masih rendah, dan kurangnya sarana dan prasarana pendukung. IV.KESIMPULAN Penulis menyimpulkan bahwa partisipasi pemuda dalam program lorong literasi di Kelurahan Paccinongang telah berjalan dengan baik dikarenakan adanya kolaborasi yang baik dari pemerintah setempat dengan komunitas pemudanya. Selain memerankan pemuda sebagai kunci berjalannya program, perihal kolaborasi ini menambahkan temuan baru yang memperluas penelitian pada bidang literasi informasi. Guna meningkatkan partisipasi pemuda dalam program lorong literasi, disarankan untuk mengoptimalkan pemanfaatan teknologi informasi dan media sosial agar mempermudah penyaluran aspirasi serta melakukan sosialisasi/literasi digital kepada masyarakat. Pemerintah setempat juga seyogiannya mampu merangkul dan berkolaborasi dengan berbagai pihak termasuk wirausaha dalam rangka memenuhi kelengkapan fasilitas Program Lorong Literasi di Kelurahan Paccinongang. Keterbatasan Penelitian. Penelitian ini memiliki keterbatasan utama yakni waktu dan biaya penelitian. Penelitian juga hanya dilakukan pada satu kelurahan saja sebagai model studi kasus yang dipilih berdasarkan pendapat Cresswel. Arah Masa Depan Penelitian (future work). Penulis menyadari masih awalnya temuan penelitian, oleh karena itu penulis menyarankan agar dapat dilakukan penelitian lanjutan pada lokasi serupa berkaitan dengan program kampung literasi di Kabupaten Gowa untuk menemukan hasil yang lebih mendalam. 52 INDONESIAN JOURNAL OF LIBRARIANSHIP V. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih terutama ditujukan kepada Lurah Paccinongang beserta jajarannya yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan penelitian, serta seluruh pihak yang membantu dan mensukseskan pelaksanaan penelitian. VI.DAFTAR REFERENSI Agustino, H. (2019). Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Gerakan Literasi di Taman Baca Masyarakat Pondok Sinau Lentera Anak Nusantara. Jurnal Sosial Politik, 5(1), 142. https://doi.org/10.22219/sospol.v5i1.7890 Astuti, E. Z. L. (2019a). Gerakan Literasi Digital: Studi Pemberdayaan Pemuda Melalui Program Sistem Informasi Potensi Kreatif Desa di Kulonprogo. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat: Media Pemikiran Dan Dakwah Pembangunan, 3(2). https://doi.org/10.14421/jpm.2019.032-05 Astuti, E. Z. L. (2019b). Kiprah Macandahan Memberdayakan Literasi Pemuda untuk Mewujudkan Pembangunan Berkelanjutan. Jurnal Studi Pemuda, 8(2), 140. https://doi.org/10.22146/studipemudaugm.47524 Badan Pusat Statistik Indonesia. (2019). Statistik Indonesia 2019. Badan Pusat Statistik Kab. Gowa, (2019). Kabupaten Gowa Dalam Angka 2019. BPS Kab Gowa. Central Connecticut State University. (2016). World’s Most Literate Nations Ranked. New Britain. https://webcapp.ccsu.edu/?news=1767&data Creswell, J. W. (2018). Research design: Qualitative, quantitative, and mixed methods approaches. SAGE Publications. Dewi, A., & Saeful Rohman, A. (2019). Gerakan Literasi Masyarakat Kabupaten Sumedang. 11(1), 30–40. https://doi.org/10.15548/shaut.v11i1.163 Katherina, L. K. (2014). Tren Urbanisasi Pada Secondary Cities Di Indonesia Periode Tahun 1990-2010. Jurnal Kependudukan Indonesia, 9(2), 73–82. Khadijah, U. L. S., Rejeki, D. S., Sukaesih, S., & Anwar, R. K. (2016). Literasi Informasi Motivasi Berwirausaha Ibu Rumah Tangga Kelurahan Nagasari Kabupaten Karawang Barat. Jurnal Kajian Informasi Dan Perpustakaan, 4(2), 149. https://doi.org/10.24198/jkip.v4i2.8491 Kompas.com. (2008). Merantau Bagi Orang Bugis untuk Kebebasan. https://nasional.kompas.com/read/2008/06/10/20422993/merantau.bagi.orang.bugis.untuk. kebebasan Lien, D. A. Gunawan, A. W. Aruan, D. A. Kusuma, S. & Adriyanto, S. (2020). Literasi Informasi: 7 Langkah Knowledge Management. Grafindo. https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=nxbLDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PA24&d q=pengertian+literasi+informasi&ots=7ZpAQiGUUJ&sig=79AhkzVpqdD2KLDpFx5yXJ TKtRE&redir_esc=y#v=snippet&q=literasi&f=false Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Suwana, F., & Lily. (2017). Empowering Indonesian women through building digital media literacy. Kasetsart Journal of Social Sciences, 38(3), 212–217. https://doi.org/10.1016/j.kjss.2016.10.004 Warnasulsel. (2020). Marwah Literasi Sulsel harusnya dimulai dari Gowa - warnasulsel.com. https://warnasulsel.com/marwah-literasi-sulsel-harusnya-dimulai-dari-gowa/ Yadav, R. P. (Agricultural P. S. C. K. (Nepal)). (1980). People’s participation - focus on mobilization of the rural poor [Nepal]. 53