NURSING INFORMATION JOURNAL Volume: 4. Nomor : 2, 2025 Original Research Article e-ISSN 2809-0152 DOI https://doi. org/10. 54832/nij. Halaman 100-107 EFEKTIVITAS METODE SIMULASI DAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN KETERAMPILAN TENTANG KEGAWATDARURATAN DAN BANTUAN HIDUP DASAR Manggar Purwacaraka1. Shulhan Arief Hidayat2. Rio Ady Erwansyah3. Ossi Dwi Prasetio4. Intan Munawaroh5 1, 2, 3, 4, 5 Program Studi Keperawatan. STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung *Correspondence: Manggar Purwacaraka Email: manggar. com@gmail. ABSTRAK Pendahuluan: Bantuan Hidup Dasar (BHD) adalah keterampilan penting untuk menyelamatkan korban dalam situasi darurat. Pelatihan BHD, khususnya bagi pelajar yang rentan terhadap kecelakaan lalu lintas, berperan signifikan dalam mengurangi angka kecacatan dan kematian. Pelajar berisiko menjadi korban serta memiliki potensi menjadi Metode simulasi dan pembelajaran aktif . ctive learnin. dianggap efektif untuk meningkatkan kemampuan ini. Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas metode simulasi dan pembelajaran aktif . ctive learnin. dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan BHD. Metode: Penelitian ini menggunakan desain penelitian pra-experimental dan pendekatan one-group pre-post test, pengambilan sampel dengan teknik total sampling sebanyak 58 santri laki-laki menjadi sampel penelitian. Instrumen yang digunakan meliputi kuesioner dan lembar observasi berdasarkan pedoman AHA . , dengan analisis data menggunakan uji statistik Wilcoxon Sign Rank Test. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan metode simulasi dan pembelajaran aktif secara signifikan meningkatkan pengetahuan . =0,. dengan median differences 0,000 dan keterampilan . =0,. santri dalam kegawatdaruratan dan BHD dengan median differences 15,000. Kesimpulan: Penelitian ini menegaskan bahwa metode simulasi dan pembelajaran aktif tidak hanya efektif dalam mengoptimalkan pembelajaran konseptual, tetapi juga memfasilitasi penerapan praktis pengetahuan dalam situasi darurat nyata, sehingga mempersiapkan santri untuk menghadapi keadaan darurat secara lebih baik. Kata Kunci: Bantuan Hidup Dasar. Simulasi. Pembelajaran Aktif. Kegawatdaruratan ABSTRACT Introduction: Basic Life Support (BLS) is a crucial skill for saving victims in emergency BLS training, particularly for students who are vulnerable to traffic accidents, plays a significant role in reducing disability and mortality rates. Students are at risk of becoming victims and have the potential to act as rescuers. Simulation and active learning methods are considered effective in enhancing these skills. This study aims to evaluate the effectiveness of simulation and active learning methods in improving knowledge and skills related to emergencies and BLS. Method: This research uses a pre-experimental research design with a one-group pre-post test approach, total sampling was applied to recruit 58 male students as the study sample. Instruments included questionnaires and observation sheets based on AHA guidelines . , with data analysis performed using the Wilcoxon Sign Rank Test. NURSING INFORMATION JOURNAL | VOL. Maret 2025 | 100 Halaman 100-107 NURSING INFORMATION JOURNAL Volume: 4. Nomor : 2, 2025 Original Research Article e-ISSN 2809-0152 DOI https://doi. org/10. 54832/nij. Results: The results showed that simulation and active learning methods significantly improved knowledge . =0. with median differences of 0. 000 and skills . =0. in emergencies and BLS with median differences of 15. Conclusion: This research confirms that simulation and active learning methods are not only effective in optimizing conceptual learning, but also facilitate the practical application of knowledge in real emergency situations, better preparing students to handle emergencies Keywords: Basic Life Support. Simulation. Active Learning. Emergency Response PENDAHULUAN Situasi gawat darurat bisa muncul di mana saja dan kapan saja, dan sudah menjadi tanggung jawab petugas kesehatan untuk menanganinya. Meskipun demikian, seringkali akses terhadap bantuan medis sulit sebelum petugas kesehatan mencapai lokasi kejadian, sehingga penting bagi mereka untuk mendeteksi situasi tersebut sejak dini. Salah satu contoh kejadian darurat yang sering terjadi adalah henti jantung (Apriani & Syafei, 2. Henti jantung merupakan salah satu penyebab utama kematian yang sering terjadi di berbagai belahan dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang seperti Indonesia. Henti jantung biasanya terjadi di tempat di luar rumah sakit, yang disebut sebagai Out of Hospital Cardiac Arrest (OHCA) (Lactona, 2. Menurut data World Health Organization (WHO), henti jantung merupakan penyebab utama kematian di negara-negara maju maupun berkembang, menyumbang sebanyak 60% dari total kematian. Kejadian ini bisa terjadi baik di dalam maupun di luar rumah sakit (Sudarman, 2. Dalam situasi darurat seperti henti jantung atau henti nafas, memberikan bantuan dengan tepat sangat Kurangnya pemahaman atau pelaksanaan yang tidak tepat dalam Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat berdampak negatif pada korban. Keterlambatan tenaga medis dapat menyebabkan kehilangan nyawa tanpa pertolongan awal, sehingga pengetahuan tentang BHD menjadi kunci (Alamsyah, 2. Bantuan Hidup Dasar (BHD) merupakan salah satu upaya yang harus segera di lakukan oleh seorang apabila menemukan korban yang membutuhkannya. Keterampilan BHD sangat penting karena mengajarkan teknik dasar penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan atau situasi darurat sehari-hari (Sumartini et al. , 2. Untuk mengurangi angka kecacatan dan kematian akibat kecelakaan lalu lintas, penting untuk memberikan pelatihan Bantuan Hidup Dasar kepada masyarakat, terutama pelajar yang memiliki risiko tinggi mengalami kecelakaan. Pelajar sering menjadi korban kecelakaan lalu lintas, namun mereka juga dapat menjadi penolong bagi korban lain. Oleh karena itu, mereka perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan bantuan pertama pada korban kecelakaan (Rudiyanto et al. , 2. Salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kemampuan adalah dengan metode simulasi dan pembelajaran aktif . ctive learnin. Pendidikan kesehatan menggunakan metode simulasi untuk memberikan pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan kepada siswa ataupun mahasiswa dalam Bantuan Hidup Dasar (Apriani & Syafei, 2. Menurut Notoatmodjo . , metode simulasi memungkinkan perhatian peserta didik difokuskan pada aspek-aspek penting yang diajarkan oleh pendidik, serta memberi kesempatan untuk langsung mempraktikkan proses pendidikan yang telah diberikan, sehingga hal-hal penting tersebut dapat diamati dengan teliti (Notoadmodjo. Sedangkan Pembelajaran aktif adalah strategi pendidikan yang bertujuan meningkatkan kualitas belajar dengan melibatkan siswa secara efektif dan efisien. Nilai-nilai ditanamkan melalui pengalaman langsung, panduan, kreativitas, dan kebiasaan, untuk mendorong pemahaman nilai secara sadar . alue self-clarificatio. (Aini, 2. Strategi pembelajaran dengan active learning adalah proses membangun pemahaman melalui NURSING INFORMATION JOURNAL | VOL. Maret 2025 | 101 Halaman 100-107 NURSING INFORMATION JOURNAL Volume: 4. Nomor : 2, 2025 Original Research Article e-ISSN 2809-0152 DOI https://doi. org/10. 54832/nij. pengalaman dan informasi. Dalam pendekatan ini, pentingnya kognisi, sikap, dan perilaku memfasilitasi pengembangan keterampilan hidup. Active learning menciptakan lingkungan yang mendorong perkembangan perilaku dan tanggung jawab dalam belajar, serta mempromosikan keinginan untuk pembelajaran sepanjang hayat tanpa ketergantungan. Peserta didik tidak hanya terlibat secara intelektual dan emosional, tetapi juga secara fisik dalam proses ini. (Rahmawati et al. , 2. Metode ini efektif karena memungkinkan siswa secara langsung mempraktikkan Bantuan Hidup Dasar (BHD), khususnya Resusitasi Jantung Paru (RJP), sehingga materi RJP lebih mudah dipahami dan diterima. Memberikan pengetahuan tentang RJP kepada masyarakat luas dapat meningkatkan jumlah individu yang siap melakukan RJP, mempercepat tindakan pada korban henti jantung, dan meningkatkan peluang kelangsungan hidup korban OHCA hingga dua hingga tiga kali lipat (Barbara & Winarti, 2. Berdasarkan studi pendahuluan di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar menunjukkan bahwa siswa di sana memiliki kekurangan pengetahuan dalam pertolongan pertama pada kecelakaan karena kurangnya pendidikan dan pelatihan yang diterima. Pengurus dan siswa di pondok pesantren tersebut juga belum mendapat penyuluhan mengenai bantuan hidup dasar dan cara transportasi pasien gawat darurat untuk pertolongan pertama pada Menurut penelitian Badrujamaludin . pondok pesantren merupakan lembaga yang belum sepenuhnya terlibat dalam kegiatan kesehatan, sehingga diperlukan pelatihan kesehatan, terutama dalam hal dasar seperti Bantuan Hidup Dasar (BHD) (Badrujamaludin et al. , 2. Penelitian pasaribu tahun 2022 menunjukkan bahwa pengetahuan masyarakat tentang memberikan bantuan hidup dasar masih rendah. Pelatihan BHD bisa membantu meningkatkan pengetahuan ini, dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti usia, pendidikan, dan pengalaman (Pasaribu, 2. Mengingat permasalahan ini, di mana siswa pondok pesantren kurang dalam hal pengetahuan BHD, penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan mereka. Fokusnya adalah pada pemecahan masalah henti jantung di luar rumah sakit. Melalui simulasi dan pembelajaran aktif, diharapkan pengetahuan dan keterampilan BHD siswa pondok pesantren bisa ditingkatkan. Hasilnya memberikan wawasan yang penting dan mendorong pemberdayaan masyarakat dalam situasi kegawatdaruratan, khususnya dalam meningkatkan tingkat kelangsungan hidup OHCA. Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar pada santri di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar. METODE Desain penelitian menggunakan quasy experiment with one group pre-post test design. Rancangan penelitian bertujuan untuk menilai tingkat efektifitas efektivitas metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar pada santri. Penelitian ini dilakukan Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar pada tanggal 7 Juni 2024. Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah seluruh santri laki-laki Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar sejumlah 58 santri. Pengambilan sampel dengan teknik total sampling dengan mengambil seluruh populasi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) yang dimodifikasi dari penelitian Pasaribu . tentang Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Tentang BHD (Pasaribu, 2. dan lembar observasi/checklist untuk menilai keterampilan masing-masing responden yang berpedoman pada AHA . Setelah data terkumpul dilakukan uji statistic paired t test jika data berdistribusi normal namun jika data tidak berdistribusi normal maka menggunakan uji statistic Wilcoxon Sign Rank Test. Hasil uji normalitas pada penelitian ini menunjukkan data tidak berdistribusi normal dengan nilai pada pengetahuan pre, pengetahuan post dan keterampilan pre menunjukkan nilai signifikan NURSING INFORMATION JOURNAL | VOL. Maret 2025 | 102 NURSING INFORMATION JOURNAL Volume: 4. Nomor : 2, 2025 Original Research Article e-ISSN 2809-0152 DOI https://doi. org/10. 54832/nij. Halaman 100-107 <0,05, yang menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal sehingga pada peneilitian ini uji statistik yang digunakan yaitu uji Wilcoxon Sign Rank Test. Penelitian ini sudah lolos uji etik dengan nomor 61/K-STIKEsHAH/EC/VI/2024 dari LPPM STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung. HASIL Tabel 1. Karakteristik responden Karakteristik Responden Usia 15 Tahun 16 Tahun 17 Tahun 18 Tahun Total Kelas Kelas 10 Kelas 11 Kelas 12 Total Frekuensi Prosentase (%) Berdasarkan tabel 1 menunjukkan bahwa mayoritas responden berusia 15 dan 16 tahun yaitu sebanyak 19 responden . ,8%) dan mayoritas berada pada kelas 12 yaitu sebanyak 20 responden . ,5%). Hasil analisis deskriptif pada penelitian ini menunjukkan bahwa metode simulasi dan pembelajaran aktif efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) pada santri di Pondok Pesantren AlKamal Blitar. Hal ini di tujukkan pada tabel 2 dan 3 di bawah ini: Tabel 2. Pengetahuan tentang kegawatdaruratan dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) sebelum di berikan edukasi dengan metode simulasi dan pembelajaran aktif Pengetahuan Pre Pengetahuan Post Minimum Maximum Median Median Diferences P-Value 0,000 0,004 Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pengetahuan responden sebelum diberikan edukasi kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) dengan metode simulasi dan pembelajaran aktif menunjukkan nilai minimal 50 dan nilai maksimal 75. Setelah diberikan edukasi kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) dengan metode simulasi dan pembelajaran aktif menunjukkan nilai minimal 58 dan nilai maksimal 83 dengan nilai perbedaan median menunjukkan 0,000 yang mana nilai median sebelum dan sesudah intervensi menunjukkan nilai sama yaitu 75. Berdasarkan hasil analisis uji statistic Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan bahwa terdapat efektivitas metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pengetahuan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar pada santri di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar p=0,004 (Pvalue < 0,. Sehingga dapat disumpulkan bahwa metode metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pengetahuan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) pada santri secara signifikan. NURSING INFORMATION JOURNAL | VOL. Maret 2025 | 103 Halaman 100-107 NURSING INFORMATION JOURNAL Volume: 4. Nomor : 2, 2025 Original Research Article e-ISSN 2809-0152 DOI https://doi. org/10. 54832/nij. Tabel 3. Keterampilan tentang kegawatdaruratan dan Bantuan Hidup Dasar (BHD) sebelum di berikan edukasi dengan metode simulasi dan pembelajaran aktif Median Minimum Maximum Median P-Value Differences Keterampilan Pre 15,000 0,000 Keterampilan Post Berdasarkan tabel 3 menunjukkan keterampilan responden sebelum diberikan edukasi kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) dengan metode simulasi dan pembelajaran aktif keterampilan santri menunjukkan nilai minimal 50 dan nilai maksimal 75. Setelah diberikan edukasi kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) dengan metode simulasi dan pembelajaran aktif keterampilan santri menunjukkan nilai minimal 59 dan nilai maksimal 88 dengan nilai perbedaan median menunjukkan 15,000 yang mana terjadi peningkatan keterampilan sebanyak 15 setelah diberikan intervensi. Berdasarkan hasil analisi uji statistic Wilcoxon Sign Rank Test menunjukkan bahwa terdapat efektivitas metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar pada santri di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar p=0,000 (Pvalue < 0,. Sehingga dapat disumpulkan bahwa metode metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) pada santri secara PEMBAHASAN Penelitian menunjukkan bahwa responden dalam penelitian ini berusia antara 15Ae18 tahun yang berada pada jenjang SMA, dan termasuk dalam kategori remaja. Pada tahap ini, remaja berada dalam proses menuju kedewasaan dan kemandirian. Kelompok usia ini membutuhkan bimbingan karena mereka cenderung memiliki wawasan yang terbatas tentang diri sendiri dan lingkungan sekitarnya. Pengalaman positif sangat diperlukan untuk mendukung perkembangan menuju kedewasaan (Marsela & Supriatna, 2. Usia juga menjadi faktor penting dalam penelitian, terutama dalam epidemiologi, karena memengaruhi tingkat pengetahuan dan keterampilan seseorang. Usia diartikan sebagai durasi hidup sejak kelahiran, di mana semakin bertambah usia seseorang, semakin luas pula pengetahuannya. Hal ini terjadi karena pengetahuan diperoleh baik dari pengalaman pribadi maupun interaksi dengan orang lain (Fauzan et al. , 2. Penelitian Manurung . menunjukkan bahwa remaja akhir memiliki intelektual yang baik, mendorong mereka aktif meningkatkan pengetahuan dan bersosialisasi. Mereka antusias terlibat dalam penelitian, karena tantangan kognitif sehari-hari memerlukan pengembangan kemampuan seperti penalaran, memori, analisis informasi, pemecahan masalah, dan keahlian spesifik (Manurung et al. , 2. Remaja usia 15Ae18 tahun berada pada fase penting menuju kedewasaan, membutuhkan bimbingan dan pengalaman positif untuk mendukung perkembangan. Usia memengaruhi tingkat pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman dan interaksi sosial. Remaja akhir menunjukkan potensi intelektual tinggi, sehingga lingkungan yang mendukung pengembangan kognitif, seperti berpikir kritis dan pemecahan masalah, sangat diperlukan. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan terdapat efektivitas metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pengetahuan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar pada santri di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar p=0,004 (Pvalue < 0,. Sehingga dapat disumpulkan bahwa metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan pengetahuan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) pada santri secara signifikan. Hasil NURSING INFORMATION JOURNAL | VOL. Maret 2025 | 104 Halaman 100-107 NURSING INFORMATION JOURNAL Volume: 4. Nomor : 2, 2025 Original Research Article e-ISSN 2809-0152 DOI https://doi. org/10. 54832/nij. penelitian ini sejalan dengan temuan Chrisanto . dan Farilya & Utami . yang menunjukkan bahwa simulasi pelatihan bantuan hidup dasar efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan dalam pengetahuan siswa setelah mengikuti pembelajaran BHD henti jantung dengan menggunakan metode simulasi (Farilya & Utami, 2023. Sari et al. , 2. Metode simulasi atau demonstrasi lebih efektif, terutama dalam aspek psikologis dan psikomotorik yang lebih baik. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa pembelajaran melalui simulasi maupun demonstrasi memberikan kesempatan bagi responden untuk secara langsung mencoba materi BHD secara individu (Purwacaraka, 2. Penelitian oleh Hady J. Sudirman, & Hariani . menunjukkan bahwa simulasi adalah metode pembelajaran yang menggunakan situasi atau proses nyata, di mana peserta didik aktif terlibat dalam interaksi dengan lingkungan sekitarnya. Penelitian ini menemukan bahwa penerapan metode simulasi dalam kegawatdaruratan berpengaruh positif terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan siswa dalam menangani keadaan darurat (Hady et al. , 2. Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan simulasi dalam proses pembelajaran tidak hanya mampu meningkatkan pemahaman teknis santri tentang prosedur kegawatdaruratan, tetapi juga memperkuat keterampilan praktis yang diperlukan dalam menghadapi situasi darurat. Perbedaan yang signifikan antara pengetahuan sebelum dan sesudah edukasi, serta antara kelompok luring dan daring dalam hal keterampilan, menegaskan bahwa pendekatan ini efektif dalam mempersiapkan santri secara holistik Selain itu hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat efektivitas metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar pada santri di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar yang menunjukkan nilai signifikansi sebesar p=0,000 (Pvalue >0,. Sehingga dapat disumpulkan bahwa metode simulasi dan pembelajaran aktif dalam meningkatkan keterampilan tentang kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD) pada santri secara signifikan. Hasil penelitian ini juga di dukung oleh penelitian Rahmawati . tentang pendekatan active learning BHD pada orang awam, yang menyatakan bahwa active learning mempengaruhi pengetahuan resusitasi jantung paru orang awam. Penerapan model ini terdiri dari pendidikan kesehatan, pelatihan singkat dan pembelajaran aktif bantuan hidup dasar secara signifikan mempengaruhi pengetahuan bantuan hidup dasar pada orang awam (Rahmawati et al, 2. Menurut penelitian Nasir . menunjukkan bahwa siswa yang menggunakan strategi pembelajaran aktif mengalami peningkatan yang signifikan dalam keterampilan dan Dalam konteks pembelajaran aktif, siswa secara aktif terlibat dalam membangun pemahaman mereka, menerapkan pengetahuan dalam tugas-tugas, dan mengasah keterampilan mereka. Mereka juga disadarkan akan tanggung jawab mereka dalam mengelola perkembangan pembelajaran mereka sendiri serta merefleksikan pengalaman belajar mereka, dengan mempertimbangkan manfaat yang ditawarkan oleh pendekatan pembelajaran aktif (Nasir, 2. Menurut Farilya & Utami . Melalui pembelajaran, peserta didik dapat memahami materi dan mendapatkan informasi tentang suatu masalah. Pembelajaran juga merangsang kognisi peserta didik untuk berpikir kritis dan menginterpretasikan informasi yang sebelumnya belum dikenal (Farilya & Utami, 2. Berdasarkan hasil penelitian di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar, metode pembelajaran aktif dan simulasi terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan santri terkait kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD). Metode pembelajaran aktif berhasil meningkatkan keterampilan santri secara statistik signifikan, seperti yang ditunjukkan oleh perbedaan nilai median keterampilan yang emnunjukkan adanya peningkatan keterampilan dari sebelum diberikan intervensi. Penggunaan metode simulasi dan pembelajaran aktif dapat dianggap sebagai strategi yang relevan dan bermanfaat dalam konteks pendidikan kegawatdaruratan di lingkungan pesantren Dengan demikian, pendekatan ini tidak hanya menguatkan pemahaman NURSING INFORMATION JOURNAL | VOL. Maret 2025 | 105 Halaman 100-107 NURSING INFORMATION JOURNAL Volume: 4. Nomor : 2, 2025 Original Research Article e-ISSN 2809-0152 DOI https://doi. org/10. 54832/nij. konseptual, tetapi juga mempersiapkan santri untuk mengimplementasikan pengetahuan dalam konteks praktis, yang esensial dalam menangani situasi darurat dengan efektif. Singkatnya, metode pembelajaran aktif dan simulasi telah terbukti menjadi strategi yang efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan santri terkait BHD di Pondok Pesantren Al-Kamal Blitar. Temuan ini konsisten dengan penelitian terdahulu yang menegaskan bahwa pembelajaran aktif tidak hanya meningkatkan kualitas pembelajaran secara keseluruhan, tetapi juga mendorong santri untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan aplikatif dalam konteks kegawatdaruratan. Dengan demikian, penerapan metode ini bukan hanya sekadar meningkatkan kapasitas individual, tetapi juga mempersiapkan mereka secara lebih baik dalam menghadapi tantangan nyata di lapangan. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa metode simulasi dan pembelajaran aktif terbukti secara signifikan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan santri dalam kegawatdaruratan dan bantuan hidup dasar (BHD). Dengan nilai signifikansi yang menunjukkan perbedaan sebesar p=0,004 untuk pengetahuan dan p=0,000 untuk keterampilan, penelitian ini mengkonfirmasi bahwa pendekatan ini efektif dalam mempersiapkan santri menghadapi situasi darurat. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebelumnya, maka saran yang dapat diajukan adalah penggunaan simulasi dapat ditingkatkan untuk menyediakan lebih banyak kesempatan praktik yang realistis, sementara pembelajaran aktif dapat dipertahankan untuk memperdalam pemahaman konseptual. Implementasi ini tidak hanya akan memperkuat kesiapan santri dalam menghadapi situasi darurat, tetapi juga membangun kemampuan adaptasi mereka terhadap tantangan yang kompleks di masa depan. Dengan mempertimbangkan hasil positif dari penelitian ini, strategi ini dapat menjadi landasan yang kuat untuk meningkatkan standar pendidikan kegawatdaruratan di lingkungan pesantren secara berkelanjutan UCAPAN TERIMAKASIH