PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 KEMAMPUAN AI YANG MEMBANTU PENGAPLIKASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DALAM MEMBANGUN HAKIKAT PENDIDIKAN MELALUI SASTRA DI SMP NEGERI 9 MUARO JAMBI Wenny pradini putri Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Jambi Jl. Jambi - Muara Bulian No. KM 15. Mendalo Darat. Kec. Jambi Luar Kota. Kabupaten Muaro Jambi. Jambi E-mail: wennypradiniputri446@gmail. Abstrak: Hakikat pendidikan sebagai sarana untuk memahami dan menghargai keberagaman budaya dalam fitrah manusia. Dalam era globalisasi, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai transfer ilmu, tetapi juga sebagai wadah untuk membangun karakter siswa. Dengan memanfaatkan AI, pengajaran bahasa sastra dapat menjadi lebih inklusif, memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi berbagai perspektif budaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain studi kasus yang bertujuan untuk menggali pengalaman dan perspektif guru serta siswa dalam pengajaran bahasa dan sastra. Metode ini dipilih untuk mendalami fenomena penerapan AI dalam pengajaran bahasa sastra di SMP Negeri 9 Muaro Jambi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan kecerdasan buatan (AI) dalam pengajaran bahasa sastra di SMP Negeri 9 Muaro Jambi memiliki dampak positif terhadap pemahaman multikultural siswa. Secara keseluruhan, penelitian ini menegaskan bahwa integrasi AI dalam pengajaran bahasa sastra tidak hanya meningkatkan efektivitas pembelajaran, tetapi juga memperkuat eksistensi pendidikan yang menghargai multikulturalisme, sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial. Kata kunci: Hakikat Pendidikan. Keberagaman Budaya. Kecerdasan Buatan (AI). Teknologi dalam Pengajaran Abstract: The essence of education as a means to understand and appreciate cultural diversity in human nature. In the era of globalization, education not only functions as a transfer of knowledge, but also as a forum for building student character. leveraging AI, literary language teaching can become more inclusive, allowing students to explore multiple cultural perspectives. This research uses a qualitative approach with a case study design which aims to explore the experiences and perspectives of teachers and students in teaching language and literature. This method was chosen to explore the phenomenon of applying AI in teaching literary language at SMP Negeri 9 Muaro Jambi. The research results show that the application of artificial intelligence (AI) in teaching literary language at SMP Negeri 9 Muaro Jambi has a positive impact on students' multicultural understanding. Overall, this research confirms that the integration of AI in literary language teaching not only increases learning effectiveness, but also strengthens the existence of education that respects multiculturalism, in accordance with human nature as social creatures. Key Words: The Nature of Education. Cultural Diversity. Artificial Intelligence (AI). Technology in Teaching A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 PENDAHULUAN Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi salah satu inovasi teknologi yang paling berpengaruh di era digital saat ini. Dalam konteks pendidikan. AI memberikan banyak potensi untuk mengoptimalkan proses pembelajaran, salah satu nya terkait dengan pengajaran sastra. Di SMP Negeri 9 Muaro Jambi, keberagaman budaya multikultural adalah sebuah kekayaan yang layak dihormati dan dijadikan dasar untuk pengembangan kurikulum. Namun, tantangan muncul ketika harus menyatukan nilai-nilai budaya yang beragam dengan teknologi AI dalam pembelajaran sastra. Latar belakang penelitian ini berfokus pada pemanfaatan AI untuk memperkaya pengalaman belajar siswa, sekaligus menghargai dan melestarikan keberagaman budaya di lingkungan sekolah. Melalui pemahaman konteks multikultural, diharapkan siswa tidak hanya mampu mengapresiasi sastra dari berbagai budaya, tetapi juga memperkuat sikap toleransi dan saling Pendidikan merupakan proses yang fundamental dalam membentuk karakter, pengetahuan, dan keterampilan individu. Dalam konteks globalisasi dan kemajuan teknologi, pendidikan tidak hanya berfungsi sebagai sarana transfer ilmu, tetapi juga sebagai medium untuk membangun kesadaran budaya dan sosial. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia terutama peserta didik yang dilakukan dengan cara membimbing dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Salah satu jenjang pendidikan yang memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas dan memiliki daya saing tinggi yaitu SMA (Astalini et al. , 2. Pendidikan yang efektif harus menekankan pada pengembangan sikap toleransi, empati, dan penghargaan terhadap Oleh karena itu, pengintegrasian nilai-nilai multikultural dalam kurikulum sangat penting. Di sisi lain, kemunculan teknologi seperti kecerdasan buatan, memberikan peluang untuk memperkaya metode pengajaran dan memperluas akses sumber belajar. Hal ini memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi sastra dari berbagai budaya, sehingga memperluas wawasan Adapun tujuan dari penelitian yakni sebagai berikut. Mengidentifikasi Peran AI dalam Pembelajaran Sastra Mengintegrasikan Nilai-Nilai Multikultural dalam Kurikulum Membangun Lingkungan Belajar yang Inklusif LANDASAN TEORI Dalam Sistem Pendidikan Nasional pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Rahman et al. Menyatakan bahwa, pendidikan merupakan usaha secara sadar untuk mewujudkan sesuatu pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Pendidikan menjadikan generasi ini sebagai sosok panutan dari pengajaran generasi yang terdahulu. Dalam pengertian yang sederhana dan umum makna pendidikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Pendidikan dan budaya ada bersama dan saling pendidikan adalah proses pembelajaran yang didapat oleh setiap manusia . eserta didi. untuk dapat membuat manusia . eserta didi. itu mengerti, paham, dan lebih dewasa serta mampu membuat manusia . eserta didi. lebih kritis dalam berpikir. Pendidikan menjadi sangat bertaraf dalam kehidupan bangsa ini sehingga banyak banyak aspek kehidupan yang terpengaruh secara positif. Agus Kurniawan et al. Menyatakan bahwa, pendidikan adalah sebuah proses memperbaiki kualitas kehidupan, serta memperoleh dan menanamkan keterampilan yang dilakukan oleh peserta didik. Tujuan pendidikan sendiri adalah untuk mencerdaskan dan mengembangkan potensi di dalam diri pada peserta didik. Dengan pendidikan yang baik, kita dapat menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas. Menurut Asrial et al. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, harus didukung juga oleh peningkatan kualitas tenaga Peran AI dalam Pembelajaran Sastra Kecerdasan Buatan (AI) adalah salah satu teknologi yang berkembang pesat dalam berbagai sektor, termasuk pendidikan. Dalam konteks pembelajaran sastra. AI dapat berperan sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap karya sastra, baik dalam bentuk teks klasik maupun modern. merupakan wadah memfasilitasi pembelajaran yang lebih interaktif, mendorong kemudahan akses terhadap informasi, dan meningkatkan efisiensi dalam pemahaman bahasa (Evy Nur Rohmawaty et al. , 2. AI memberikan umpan balik langsung, membantu menterjemahkan teks, serta menyediakan sumber daya referensi yang luas, menghadirkan pengalaman belajar yang lebih kaya dan Melalui peran yang multifungsi. AI telah membuka pintu bagi pendekatan pembelajaran yang lebih personal, adaptif, dan efektif dalam menguasai bahasa Pembelajaran sastra melibatkan proses analisis kritis, interpretasi, dan refleksi terhadap karya-karya sastra, dan AI bisa menjadi fasilitator yang membantu mempermudah atau memperkaya proses tersebut. A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 Beberapa peran penting AI dalam pembelajaran sastra meliputi: Analisis Teks Otomatis: AI dapat digunakan untuk menganalisis teks sastra secara otomatis, misalnya untuk mendeteksi tema, gaya bahasa, atau struktur naratif dalam karya sastra. Ini membantu siswa untuk lebih memahami elemen-elemen sastra dengan cepat dan efektif. Penyediaan Materi Pembelajaran yang Adaptif: Dengan menggunakan teknologi pembelajaran adaptif berbasis AI, materi pembelajaran sastra bisa disesuaikan dengan tingkat pemahaman dan kemampuan setiap siswa, memberikan pengalaman belajar yang lebih personal dan efektif. Aplikasi Pembelajaran Interaktif: AI dapat menciptakan aplikasi pembelajaran interaktif yang memungkinkan siswa untuk mengeksplorasi karya sastra melalui pendekatan gamifikasi atau simulasi. Hal ini dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam belajar sastra. Peningkatan Keterampilan Menulis: AI dapat membantu dalam mengembangkan keterampilan menulis siswa, dengan memberikan umpan balik otomatis mengenai struktur kalimat, penggunaan kata, serta gaya penulisan, yang pada gilirannya dapat mendukung proses kreatif mereka dalam berkarya sastra. Dengan memanfaatkan AI dalam pembelajaran sastra, siswa tidak hanya dapat memperoleh pengetahuan tentang sastra, tetapi juga dapat mengasah keterampilan berpikir kritis dan kreatif mereka dalam berkarya sastra. Nilai-Nilai Multikultural dalam Kurikulum Nilai-nilai multikultural merujuk pada prinsip-prinsip yang mendasari pemahaman, penerimaan, dan penghargaan terhadap keberagaman budaya dalam Di dalam konteks pendidikan, multikulturalisme mengacu pada pengajaran yang menghargai dan merayakan perbedaan etnis, agama, ras, dan budaya yang ada dalam suatu negara atau komunitas. Dalam kegiatan pembelajaran, guru mengembangkan iklim yang multicultureoriented yang mengedepankan keadilan sosial dan budaya bagi siswa, sehingga guru perlu melakukan transformasi diri menuju pribadi yang multikultur dan mempunyai desain pembelajaran yang berbasis multikultur yang tidak berorientasi pada kognitif semata (Aeni, 2. Menurut Prabowo et al. , tujuan utama pengajaran dalam konteks ini adalah mengembangkan dan mengungkapkan potensi siswa melalui menciptakan kondisi yang mendorong interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, pengajaran tidak berfokus pada "mengajar" siswa, tetapi pada menciptakan lingkungan dialogis yang mendukung pertumbuhan dan pembelajaran. Pentingnya Nilai-Nilai Multikultural dalam Kurikulum Dalam dunia yang semakin global dan terhubung ini, pendidikan multikultural sangat penting untuk membentuk individu yang tidak hanya memahami perbedaan. A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 tetapi juga mampu bekerja sama dengan orang lain yang memiliki pandangan, bahasa, dan cara hidup yang berbeda. Pengintegrasian nilai-nilai multikultural dalam kurikulum bertujuan untuk: Meningkatkan Toleransi: Mengajarkan siswa untuk menerima dan menghargai perbedaan budaya, baik dalam hal etnis, agama, maupun tradisi, sehingga menumbuhkan rasa saling menghormati. Memperluas Perspektif: Memberikan wawasan dan pemahaman yang lebih luas kepada siswa mengenai keberagaman dunia dan pentingnya perspektif global dalam menghadapi tantangan bersama. Mengurangi Diskriminasi: Dengan pengajaran yang berbasis pada nilainilai inklusif, diharapkan bisa mengurangi stereotip, prasangka, dan diskriminasi di kalangan siswa terhadap kelompok tertentu. Menciptakan Keharmonisan Sosial: Pendidikan multikultural memfasilitasi pengembangan masyarakat yang harmonis dan adil, dengan menjunjung tinggi persatuan dalam keberagaman. Mempersiapkan Generasi Global: Dalam era globalisasi ini, memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan bekerja sama dengan orang dari berbagai latar belakang budaya sangat penting, baik dalam dunia kerja maupun kehidupan sosial. Komponen Nilai-Nilai Multikultural dalam Kurikulum Nilai-nilai multikultural dalam kurikulum dapat diterapkan dalam beberapa aspek, yaitu: Pengajaran tentang Keberagaman Budaya A Pengenalan dan pemahaman tentang budaya lokal dan global: Kurikulum harus mencakup pembelajaran yang memperkenalkan siswa pada berbagai kebudayaan, bahasa, dan tradisi di dunia. Hal ini bisa dilakukan melalui mata pelajaran sejarah, geografi, seni, atau studi sosial. A Pentingnya menghargai perbedaan: Mengajarkan siswa untuk tidak hanya mengetahui perbedaan, tetapi juga untuk menghargai dan berinteraksi dengan orang yang berasal dari budaya yang berbeda. Penerapan dalam Mata Pelajaran Nilai-nilai multikultural dapat diintegrasikan dalam berbagai mata pelajaran. A Sejarah: Menyampaikan sejarah berbagai kelompok etnis dan budaya, serta kontribusi mereka terhadap pembangunan masyarakat dan negara. A Bahasa: Mengajarkan bahasa sebagai alat komunikasi antarbudaya dan mengenalkan siswa pada bahasa-bahasa daerah, bahasa internasional, serta pentingnya keberagaman bahasa. A Seni dan Budaya: Menyajikan berbagai bentuk seni yang berkembang dalam A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 masyarakat yang beragam, baik dalam seni pertunjukan, musik, tari, maupun kerajinan. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS): Mengupas berbagai isu sosial yang berhubungan dengan keberagaman, seperti pemukiman multi-etnis, konflik antar kelompok, dan cara-cara penyelesaian masalah secara damai. Penerapan dalam Pembelajaran Sosial-Emosional Nilai-nilai multikultural juga dapat diterapkan dalam konteks pembelajaran sosial dan emosional siswa, yaitu dengan: A Pengembangan empati: Mengajarkan siswa untuk memahami perasaan orang lain, terutama ketika berhadapan dengan perbedaan budaya. A Kerjasama dalam keragaman: Mengajak siswa untuk bekerja dalam kelompok yang beragam, yang dapat meningkatkan keterampilan sosial dan pengertian terhadap orang yang berbeda latar belakangnya. A Mengelola konflik dengan pendekatan multikultural: Memberikan pembekalan kepada siswa tentang cara-cara menyelesaikan konflik yang dapat muncul akibat perbedaan pandangan budaya. Nilai-Nilai Moral dan Etika A Keadilan dan kesetaraan: Kurikulum multikultural harus menanamkan nilai keadilan, dimana semua individu, tidak peduli latar belakang budaya mereka, diperlakukan dengan hormat dan setara. A Menghargai hak asasi manusia: Pendidikan multikultural juga harus mengajarkan hak setiap individu untuk dihormati dan diakui keberadaannya, tanpa memandang ras, agama, atau asal usul. Peran Guru dalam Pendidikan Multikultural A Guru sebagai fasilitator yang inklusif: Seorang guru harus bisa menciptakan suasana yang terbuka dan inklusif di dalam kelas, memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa untuk berbicara, bertanya, dan berpendapat tanpa merasa diabaikan karena latar belakang mereka. Penerapan metodologi yang beragam: Menggunakan pendekatan pengajaran yang fleksibel dan mempertimbangkan berbagai gaya belajar siswa yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda. Strategi Implementasi Nilai-Nilai Multikultural dalam Kurikulum Pembelajaran yang Berbasis Proyek: Siswa dapat diberi tugas untuk mempelajari, meneliti, dan menyajikan topik terkait keberagaman budaya di lingkungan mereka. Ini akan meningkatkan keterampilan mereka dalam mengumpulkan informasi dan menyajikannya, serta memperdalam pemahaman mereka tentang multikulturalisme. Penyusunan Bahan Ajar yang Representatif: Menyusun buku teks dan bahan ajar yang mencakup berbagai perspektif budaya, bukan hanya dari satu A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 kelompok dominan saja, tetapi juga kelompok minoritas atau kelompok yang kurang terwakili. Pelatihan bagi Guru: Guru perlu dilatih untuk mengajarkan nilai-nilai multikultural dengan cara yang efektif, serta diberi pemahaman mengenai tantangan yang mungkin mereka hadapi saat mengajar siswa dari berbagai latar belakang budaya. Penggunaan Media Pembelajaran yang Beragam: Menggunakan berbagai media, seperti film, video, dan literatur yang menggambarkan keberagaman Ini akan memperkaya pengalaman belajar siswa dan membantu mereka mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam. Tantangan dalam Mengintegrasikan Nilai-Nilai Multikultural Ketidaksetaraan Akses Pendidikan: Tidak semua siswa mungkin memiliki akses yang setara terhadap pendidikan yang mengajarkan nilai-nilai multikultural, terutama di daerah yang lebih terpencil atau kurang Resistensi terhadap Perubahan: Beberapa masyarakat atau individu mungkin merasa tidak nyaman dengan gagasan multikulturalisme, baik karena kekhawatiran akan hilangnya identitas budaya lokal atau karena ketidakpahaman mengenai manfaatnya. Kurangnya Sumber Daya: Keterbatasan sumber daya dalam hal bahan ajar, pelatihan guru, atau infrastruktur dapat menjadi penghambat dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural secara efektif. Penerapan profil pelajar Pancasila dalam menciptakan sekolah damai sangat relevan dengan penerapan kurikulum merdeka belajar. Profil pelajar Pancasila mengacu pada pendidikan karakter yang mengutamakan nilai-nilai Pancasila sebagai landasan moral dalam kehidupan sehari-hari. Sementara itu, kurikulum merdeka belajar bertujuan untuk memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan potensi dan minat mereka secara mandiri. Ada upaya implementasi Kurikulum Merdeka Belajar yang bertujuan mendorong kreativitas, inovasi, dan kebebasan belajar, masih terdapat tantangan dalam mengintegrasikan konsep tersebut dengan Kurikulum yang berfokus pada keberlanjutan dan kesejahteraan sosial. Selain itu, penting juga untuk memperhatikan Profil Pelajar Pancasila agar siswa mampu menanamkan nilainilai kebangsaan dan menjaga persatuan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, perlu adanya harmonisasi antara Kurikulum Merdeka Belajar, sesuai Kurikulum, dan Profil Pelajar Pancasila dalam konsep Sekolah Damai. Dalam hal ini, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana integrasi ini dapat dilakukan secara efektif dan efisien, serta mengatasi hambatan-hambatan yang mungkin muncul dalam implementasinya. A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 Pancasila. Kurikulum Merdeka Belajar memberikan kebebasan kepada siswa untuk mengatur dan mengarahkan pembelajarannya sendiri, sementara Perkurikulum merujuk pada berbagai kegiatan ekstrakurikuler dan pembelajaran di luar kelas yang mendukung pengembangan siswa secara Profil Pelajar Pancasila mengacu pada nilai-nilai dan sikap yang diharapkan dari siswa, yang mencakup semangat kebangsaan, cinta tanah air, persatuan, dan kesatuan. Pengintegrasian open curriculum, kurikulum, dan profil pelajar Pancasila dalam konsep sekolah perdamaian sangat penting. Dengan menggunakan pendekatan holistik, pendidikan dapat membentuk kepribadian peserta didik secara menyeluruh. Hal ini melibatkan pengembangan nilai-nilai kebangsaan, seperti rasa cinta tanah air, semangat kebersamaan, dan saling Dalam konteks ini, sekolah harus menciptakan lingkungan yang inklusif, di mana semua siswa merasa diterima dan dihormati tanpa memandang perbedaan budaya, agama, atau latar belakang social (Istianah et al. , 2. Membangun Lingkungan Belajar yang Inklusif Lingkungan belajar yang inklusif adalah suatu lingkungan pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik, tanpa memandang latar belakang, kemampuan, kebutuhan khusus, etnis, agama, atau status sosial. Dalam lingkungan belajar yang inklusif, setiap individu dihargai dan diterima sebagai bagian integral dari proses pembelajaran, dengan mengutamakan prinsip kesetaraan, keberagaman, dan partisipasi aktif. Pendidikan inklusif tidak hanya bertujuan untuk menyertakan siswa dengan kebutuhan khusus . eperti disabilitas fisik, intelektual, atau emosiona. dalam proses belajar yang sama dengan siswa lainnya, tetapi juga memfasilitasi keberagaman dalam bentuk lainnya, seperti perbedaan etnis, agama, gender, dan sosial ekonomi. Tujuan utama dari lingkungan belajar yang inklusif adalah untuk menciptakan tempat di mana setiap siswa merasa diterima, dihargai, dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Pentingnya Membangun Lingkungan Belajar yang Inklusif Menjamin Kesetaraan Pendidikan: Semua siswa, terlepas dari latar belakang atau kemampuan mereka, berhak untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas. Lingkungan belajar yang inklusif memberikan kesempatan yang sama bagi semua individu untuk belajar dan berkembang sesuai dengan potensi mereka. Mengurangi Diskriminasi dan Ketidaksetaraan: Lingkungan inklusif berfungsi sebagai wadah untuk mengurangi ketidaksetaraan sosial yang sering terjadi di sekolah, baik terkait dengan disabilitas, ras, etnis, atau kelas sosial. Ini mendorong siswa untuk saling menghargai dan berinteraksi dengan sesama, tanpa ada rasa superioritas atau inferioritas. Mempersiapkan Siswa untuk Dunia yang Beragam: Dunia ini penuh dengan A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 keberagaman, baik dalam aspek budaya, sosial, maupun ekonomi. Dengan belajar dalam lingkungan yang inklusif, siswa dibekali dengan keterampilan untuk berinteraksi dengan orang-orang yang memiliki latar belakang berbeda, yang sangat penting dalam kehidupan sosial dan dunia kerja. Meningkatkan Keterampilan Sosial dan Empati: Lingkungan inklusif memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar bekerja sama dengan orang lain yang memiliki perbedaan. Hal ini dapat meningkatkan keterampilan sosial, empati, dan toleransi. Mengoptimalkan Potensi Setiap Siswa: Dengan memberi dukungan yang tepat dan pengaturan pembelajaran yang fleksibel, setiap siswa dapat mengembangkan potensinya secara maksimal. Ini mengarah pada pencapaian akademik yang lebih baik dan perkembangan pribadi yang Karakteristik Lingkungan Belajar yang Inklusif Untuk menciptakan lingkungan belajar yang karakteristik yang perlu diperhatikan: Keberagaman Siswa Diterima dan Dihargai: Lingkungan belajar inklusif menerima semua jenis keberagamanAibaik yang bersifat fisik, intelektual, emosional, maupun sosial. Semua siswa, baik yang memiliki kebutuhan khusus, berasal dari latar belakang etnis atau budaya yang berbeda, atau memiliki perbedaan gender, diperlakukan secara setara. Aksesibilitas dan Partisipasi: Semua siswa diberikan kesempatan yang sama untuk mengakses materi pembelajaran dan berpartisipasi dalam kegiatan kelas. Ini termasuk menyediakan materi pembelajaran yang mudah diakses oleh siswa dengan kebutuhan khusus, serta menciptakan kesempatan bagi siswa untuk berbicara dan berkontribusi tanpa rasa takut atau terpinggirkan. Penyesuaian Kurikulum dan Metode Pembelajaran: Kurikulum yang inklusif harus fleksibel, dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan gaya belajar siswa yang beragam. Pendekatan pembelajaran yang berbedaAi seperti pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran kolaboratif, atau penggunaan teknologiAidapat membantu mengakomodasi berbagai gaya belajar dan tingkat kemampuan. Penyediaan Dukungan yang Diperlukan: Siswa dengan kebutuhan khusus atau yang memerlukan dukungan tambahan harus diberikan akses ke layanan pendidikan yang tepat, seperti pendampingan oleh guru pembimbing, layanan terapi, atau alat bantu yang sesuai dengan kondisi Penyediaan dukungan ini dapat meningkatkan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam pembelajaran. Keterlibatan Keluarga dan Komunitas: Lingkungan belajar yang inklusif A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 melibatkan peran serta keluarga dan komunitas dalam pendidikan anak. Keterlibatan orang tua dan masyarakat membantu menciptakan dukungan yang kuat bagi perkembangan siswa dan menciptakan rasa memiliki terhadap proses pembelajaran yang dijalani oleh siswa. Langkah-Langkah untuk Membangun Lingkungan Belajar yang Inklusif Pendidikan dan Pelatihan bagi Guru dan Staf Sekolah Guru dan tenaga pendidikan lainnya perlu mendapatkan pelatihan tentang prinsip-prinsip inklusif, teknik pengajaran yang dapat diadaptasi untuk keberagaman siswa, serta cara berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Pelatihan ini juga harus melibatkan pengembangan keterampilan dalam menangani isu keberagaman, termasuk mengatasi stereotip, diskriminasi, dan bullying. Membuat Kurikulum yang Fleksibel dan Responsif Kurikulum yang inklusif harus responsif terhadap kebutuhan siswa yang beragam. Ini mencakup pembuatan rencana pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan kecepatan dan gaya belajar siswa. Misalnya, siswa dengan kesulitan belajar mungkin membutuhkan materi yang dipersempit atau lebih visual, sementara siswa yang lebih cepat memahami materi bisa diberikan tantangan tambahan. Fasilitas dan Sumber Daya yang Aksesibel Penyediaan fasilitas yang aksesibel bagi semua siswa sangat penting. Ini meliputi desain ruang kelas yang dapat diakses oleh siswa dengan disabilitas fisik, penggunaan teknologi assistive seperti komputer atau perangkat lunak pembaca untuk siswa dengan disabilitas penglihatan, dan penyediaan materi yang tersedia dalam berbagai format, seperti teks besar atau format audio. Menciptakan Atmosfer Kelas yang Mendukung Suasana kelas yang positif dan mendukung adalah kunci dalam menciptakan lingkungan belajar yang Guru harus menciptakan suasana yang aman dan nyaman bagi semua siswa untuk berbicara, bertanya, dan berpartisipasi dalam diskusi. Menghindari perilaku yang dapat membuat siswa merasa tidak diterima atau terpinggirkan sangat penting untuk menjaga keseimbangan dalam Pengelolaan Perilaku yang Positif dan Inklusif Mengelola perilaku siswa dalam konteks inklusif berarti lebih dari sekadar memberikan hukuman ketika ada pelanggaran. Guru perlu mengembangkan pendekatan yang berbasis pada pencegahan dan mendidik siswa untuk saling menghormati. Ini termasuk pengajaran tentang empati, pengelolaan konflik, dan pengembangan keterampilan sosial yang positif. Kolaborasi Antar-Sekolah dan Lembaga Untuk mendukung inklusivitas, sekolah harus bekerja sama dengan berbagai lembaga dan organisasi, termasuk layanan kesehatan, lembaga sosial, dan kelompok masyarakat, untuk menyediakan dukungan yang diperlukan bagi siswa dengan A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 kebutuhan khusus. Kerjasama ini bisa berupa bimbingan karier, penyediaan layanan terapi, atau dukungan psikologis bagi siswa yang Tantangan dalam Membangun Lingkungan Belajar yang Inklusif Kurangnya Sumber Daya dan Infrastruktur Tidak semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai untuk mendukung pembelajaran inklusif, seperti akses ke teknologi assistive atau ruang kelas yang ramah disabilitas. Kekurangan ini bisa menjadi kendala dalam menyediakan pendidikan yang setara bagi semua siswa. Keterbatasan Pengetahuan dan Keterampilan GuruBanyak guru yang belum memiliki pengetahuan atau keterampilan untuk mengajar dalam lingkungan yang sangat beragam. Diperlukan pelatihan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam pengajaran inklusif. Stigma Sosial dan Stereotip Beberapa siswa dengan kebutuhan khusus atau yang berasal dari kelompok minoritas mungkin mengalami stigma atau stereotip dari teman-teman sekelas mereka. Hal ini dapat menurunkan rasa percaya diri mereka dan menghalangi integrasi sosial yang sehat. Kurangnya Dukungan dari Orang Tua atau Komunitas Dalam beberapa kasus, orang tua atau komunitas tidak sepenuhnya memahami konsep pendidikan inklusif, yang dapat menghambat terciptanya lingkungan yang mendukung di luar sekolah. Membangun lingkungan belajar yang inklusif adalah tantangan besar, namun memiliki dampak positif yang sangat besar terhadap perkembangan sosial, emosional, dan akademis siswa. Lingkungan yang inklusif tidak hanya memberi kesempatan yang sama bagi semua siswa, tetapi juga membantu menumbuhkan nilai-nilai saling menghargai dan toleransi, yang sangat penting untuk kehidupan bersama dalam masyarakat yang beragam. Melalui upaya yang terkoordinasi antara guru, siswa, orang tua, dan komunitas, sekolah dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan setiap siswa untuk berkembang sesuai dengan potensi terbaik mereka. METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif untuk menggali dan menganalisis implementasi kecerdasan buatan (AI) dalam konteks keberagaman budaya . dalam pembelajaran sastra di SMP Negeri 9 Muaro Jambi. Pendekatan kualitatif merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber non-numerik, seperti wawancara, pemungutan data melalui observasi . atatan lapanga. , analisis dokumen, atau sumber lain yang berbentuk Data ini disusun dalam bentuk narasi, deskripsi, atau temuan yang tidak dituangkan dalam bentuk angka atau statistik. Tujuan utama pendekatan kualitatif adalah untuk memahami makna dan A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 konteks di balik suatu fenomena, bukan untuk mengukur atau membuat generalisasi berdasarkan angka. Dengan demikian, data yang dihasilkan bersifat mendalam dan sering kali bersifat interpretatif, menggali sudut pandang, pengalaman, atau perspektif subjektif para partisipan. Adapun instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrument Wawancara ini bertujuan untuk menggali pandangan, pengalaman, dan pemahaman guru serta siswa tentang topik yang ditanyakan. Melalui wawancara peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih fleksibel dan terperinci dari responden. PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa pihak terkait, termasuk guru dan siswa untuk menggali pemahaman dan pengalaman mereka mengenai pengaruh pembelajaran serta kualitas peserta didik di era teknologi digital sekarang ini, dan bagaimana hakikat pendidikan di era digital dapat diterapkan dengan baik. Berdasarkan data hasil wawancara kepada guru mengenai pertanyaan umum untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman pendidik terkait proses pembelajaran yang mengimplementasikan teknologi dan bagaimana hakikat pendidikan dapat membentuk karakter individu yaitu sebagai Tabel 1. Hasil wawancara di SMP Negeri 9 Muaro Jambi Bagaimana Ibu mendefinisikan tugas dan fungsi guru dalam perkembangan sumber daya manusia di SMP? Sebagai guru di era teknologi ini, saya percaya bahwa tugas dan fungsi saya dalam perkembangan sumber daya manusia di SMP sangat penting, terutama ketika kita pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) dan keberagaman budaya multikultural. Dalam konteks ini, kita harus bisa dan perlu pendekatan terhadap anak agar anak tertarik untuk belajar dan juga sebagai motivator yang dapat menginspirasi siswa, serta siswa di didik agar lebih menghormati guru ataupun A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 orang yang lebih tua dari Apa pendekatan yang Ibu lakukan untuk mendukung fitrah siswa dalam proses belajar mengajar? Dalam pengalaman Ibu, bagaimana Pendidikan dapat membentuk karakter dan potensi siswa? Karena sekarang menggunakan kurikulum merdeka yang pembelajaran berfokus pada siswa jadi sebagai guru saya adalah pendorong untuk siswa dengan melalui beberapa pendekatan yang sejalan dengan prinsip kurikulum merdeka, seperti pembelajaran berbasis proyek, dan kecerdasan buatan yang saya manfaatkan untuk mendukung proses pembelajaran dan mengaitkan materi pelajaran dengan pengalaman nyata siswa untuk meningkatkan minat belajar. Menurut saya pendidikan memiliki dampak yang signifikan dalam membentuk karakter dan potensi siswa. Pertama melalui pengembangan nilai, keterampilan sosial, motivasi yang dicontohkan oleh guru , yakni guru harus bisa menjadi cermin bagi anak didik, yakni mengajarkan nilai-nilai seperti disiplin, tanggung jawab, dan kerja Guru juga harus melakukan pendekatan belajar pada siswa sekaligus dibimbing dan dimotivasi. Bisakah Ibu memberi contoh konkrit tentang bagaimana Ibu mengajarkan pengetahuan praktis, teoritis, dan Agar siswa lebih mudah memahami pembelajaran guru selalu mengingatkan mereka untuk selalu membaca buku terlebih dahulu. Kemudian A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 karena mereka ini berada di zaman yang sudah canggih teknologi maka mereka terkadang sudah lebih dahulu belajar melalui google ataupun AI dan juga memakai media pembelajaran yang menarik Bagaimana Ibu melihat hubungan antara Pendidikan dan dimensi pengetahuan : how we know, knowing that, knowing how, dan Saya dapat melihat dari kehidupan sehari hari mereka bisa memahami dan membedakan kejadian kejadian yang mereka tau, seperti mereka tau bahwa minyak akan selalu berpisah dengan air, namun mereka tidak mengetahui bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Jadi di pembelajaran atau pendidikan mereka akan memahami hal tersebut. Serta saya juga memanfaatkan aplikasi pembelajaran seperti AI untuk membantu siswa memahami konsep konsep yang lebih kompleks. Apa tantangan yang Ibu hadapi dalam menerapkan filosofi pendidikan dalam kelas sehari-hari? Tantangannya seperti kurang menghargai guru sehingga kita harus bisa melakukan pendekatan lebih kepada siswa dan juga siswa memiliki gaya belajar yang berbeda sehingga sulit untuk memenuhi kebutuhan semua Bagaimana Ibu mengukur keberhasilan dalam mendidik siswa untuk menjadi individu yang kritis dan mandiri? Dengan melihat kemampuan serta keaktifan belajar siswa dan hasil yang diperoleh dari siswa tersebut. Dari hasil wawancara dengan pendidik di SMP Negeri 9 Muaro Jambi dapat disimpulkan beberapa poin penting terkait penerapan teknologi (AI) dan keberagaman budaya . dalam membangun hakikat pendidikan melalui sastra di SMP Negeri 9 Muaro Jambi. Adapun kesimpulan dari wawancara tersebut yaitu sebagai berikut. Tugas dan Fungsi Guru dalam Perkembangan SDM yang memanfaatkan A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 teknologi AI : Guru berperan sebagai fasilitator yang memanfaatkan AI untuk menciptakan lingkungan belajar yang interaktif dan adaptif. Dengan menggunakan teknologi AI, guru dapat menyediakan materi yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan siswa, sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif. Pembentukan Karakter dan Potensi Siswa : Pendidikan berperan penting dalam membentuk karakter siswa melalui nilai nilai yang dicontohkan oleh guru seperti disiplin,tanggung jawab, dan kerja keras. Pendekatan Pendidik kepada Siswa dalam Proses Pembelajaran : Pendidik menerapkan beberapa pendekatan yang sesuai dengan kurikulum merdeka yang memberikan kebebasan pendidik untuk menyesuaikan materi ajar dengan kebutuhan siswa, seperti pembelajaran berbasis proyek serta memanfaatkan teknologi berbasis AI dalam meningkatkan minat belajar. Tantangan dalam Proses Belajar Mengajar : Guru harus mampu menguasai teknologi dan alat pembelajaran berbasis AI, serta dapat memahami gaya belajar siswa yang berbeda- beda agar bisa memenuhi kebutuhan semua siswa. Adapun dokumentasi di SMP Negeri 9 Muaro Jambi adalah sebagai berikut. Gambar 1. (Foto bersama siswa SMP Negeri 9 Muaro Jamb. (Sumber: Dokumentasi, 2. PENUTUP Kesimpulan : Integrasi AI dapat memperkaya pembelajaran sastra dengan menyediakan sumber daya yang interaktif dan menarik, serta membantu siswa memahami dan menghargai keberagaman budaya. Pembelajaran sastra yang melibatkan berbagai perspektif budaya berkontribusi pada pembentukan karakter dan nilai-nilai moral siswa, yang penting dalam menciptakan lingkungan yang inklusif dan toleran. Guru tidak hanya berfungsi sebagai penyampai materi, tetapi A UPA BAHASA UNIVERSITAS TIDAR PROSIDING SEMINAR NASIONAL KABASTRA IX 2024 juga sebagai fasilitator yang dapat memandu siswa dalam mengeksplorasi dan memahami keberagaman budaya melalui sastra. Mereka perlu dilengkapi dengan pelatihan yang memadai untuk memanfaatkan teknologi AI secara efektif dalam Dengan demikian, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih mendalam dan relevan, serta mendorong siswa untuk berpikir kritis tentang isu-isu sosial dan budaya yang ada. Saran : Perlunya pelatihan bagi guru dalam memanfaatkan teknologi AI secara efektif dan mengembangkan metode pengajaran yang menghargai keberagaman Selain itu, penting untuk menyediakan akses yang lebih baik terhadap teknologi bagi semua siswa, sehingga mereka dapat terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran dan mengoptimalkan potensi yang ada. Dengan langkahlangkah ini, pendidikan di SMP Negeri 9 Muaro Jambi dapat menjadi lebih holistik dan relevan dengan kebutuhan zaman. DAFTAR PUSTAKA