Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat (PEKAMAS) P-ISSN: 2807-2871 | E-ISSN: 2807-1557 Penguatan Soft Skill dan Kesiapan Kerja ke Jepang bagi Siswa SMK Ayu Putri Seruni*. Rita Agustina Karnawati. Akbar Nadjar Hendra 3. Nia Septiany 4 1,2,3,4 Pendidikan Bahasa Jepang. Universitas Muhammadiyah Prof. DR. Hamka seruni@uhamka. id, rita. karnawati@uhamka. id, akbarnadjar@uhamka. septiany@uhamka. ABSTRAK Abstrak: Kegiatan pengabdian ini bertujuan membangun mental dan soft skill peserta agar siap kerja dan berwirausaha, khususnya dalam menghadapi peluang kerja di Jepang. Melalui seminar motivasi, peserta dibekali keterampilan komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen waktu yang esensial di dunia kerja. Mitra kegiatan ini adalah SMKN Jeunieb. Aceh, yang menghadapi permasalahan rendahnya minat dan kepercayaan diri siswa dalam pelajaran Bahasa Jepang. Hal tersebut berdampak pada kurangnya motivasi untuk bekerja di Jepang. Seminar juga memberikan pemahaman tentang budaya kerja di Jepang serta strategi menghadapi pasar kerja global. Kolaborasi antara institusi pendidikan dan dunia industri diharapkan dapat meningkatkan relevansi keterampilan peserta dan daya saing mereka. Hasil yang diharapkan dari kegiatan ini adalah terbukanya peluang kerja di Jepang bagi peserta, serta meningkatnya semangat berwirausaha sebagai alternatif menciptakan lapangan kerja baru. Pengabdian ini menjadi langkah konkret dalam mendukung kesiapan generasi muda menghadapi tantangan global. Kata Kunci: bahasa Jepang, kesiapan kerja, motivasi, soft skill, wirausaha. Abstract: This service activity aims to develop participants' mindset and soft skills to prepare them for employment and entrepreneurship, particularly in pursuing job opportunities in Japan. Through a motivational seminar, participants are equipped with essential workplace skills such as communication, leadership, and time management. The partner institution. SMKN Jeunieb in Aceh, faces challenges including studentsAo low enthusiasm and self-confidence in learning the Japanese language, which impacts their motivation to prepare for careers in Japan. The seminar also provides insights into Japanese work culture and strategies to navigate the global job market. Collaboration between educational institutions and industry is expected to enhance the relevance of participants' competencies and improve their competitiveness. The expected outcomes of this program include increased job opportunities in Japan and a stronger entrepreneurial spirit among participants, enabling them to create new job opportunities. This initiative represents a concrete step in supporting youth readiness to face global challenges. Keywords: entrepreneurship. Japanese language, job readiness, motivation, soft skill. LATAR BELAKANG Di era globalisasi, persaingan di pasar kerja semakin ketat, terutama bagi tenaga kerja Keterampilan komunikasi dan soft skill yang baik menjadi kebutuhan utama untuk dapat beradaptasi dan bersaing di tingkat internasional. Menurut World Economic Forum tahun 2019, lebih dari 50% pekerjaan di masa depan akan membutuhkan keterampilan interpersonal dan kemampuan beradaptasi yang tinggi (Timbalari, 2. Namun, banyak lulusan sekolah menengah yang belum siap menghadapi tantangan ini, terutama dalam mempelajari bahasa asing yang menjadi kunci untuk memasuki pasar kerja global, seperti bahasa Jepang (Rini & Rahmah, 2. Weber dalam Sandroto . menjelaskan bahwa soft skill adalah keterampilan interpersonal, manusia, atau perilaku yang dibutuhkan untuk menerapkan keterampilan teknis dan pengetahuan di tempat kerja. Termasuk dalam soft skill di antaranya adalah keterampilan seperti komunikasi, kemampuan untuk bekerja dalam tim multidisiplin, kemampuan beradaptasi (Sandroto, 2. Soft skill sangat penting dalam keberhasilan karir karena banyak pekerjaan yang membutuhkan interaksi keterlibatan dengan pihak lain (Yusuf et al. , 2. Soft skill dapat membuat seseorang mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan, mengelola stres Ayu Putri Seruni. Penguatan Soft Skill. kerja, bekerja sama dalam tim dan mendorong relasi yang baik dengan rekan kerja, atasan, hingga pihak eksternal lainnya (Deryane, 2. Sejalan dengan hal itu bahwa soft skill sangat dibutuhkan di dunia kerja karena jika tidak dibekali dengan soft skill yang tepat tdiak akan memungkinkan mereka untuk mengintegrasikan diri dan berkontribusi secara efektif di tempat kerja ((Cahyono & Gunawan, 2. Program Luar Negeri (Banpro. merupakan inisiatif yang dicanangkan oleh Kemendikbud pada tahun 2024-2025 yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi siswa-siswi di SMK melalui pelatihan dan kesempatan magang di luar negeri, terutama di Jepang. Program ini memberikan akses kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman kerja yang berharga dalam lingkungan profesional yang nyata. Melalui pelatihan yang sistematis, siswa diajarkan keterampilan teknis serta soft skill yang diperlukan untuk beradaptasi di tempat kerja internasional. Selain itu, magang di Jepang membuka peluang bagi siswa untuk memahami budaya kerja yang berbeda, meningkatkan kemampuan berbahasa Jepang, dan memperluas jaringan profesional. Dengan demikian. Banprog tidak hanya mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan di pasar kerja global, tetapi juga membantu mereka membangun masa depan yang lebih cerah dengan pengalaman internasional yang berharga. Di SMKN Jeunieb Aceh, terdapat permasalahan signifikan dalam pembelajaran bahasa Jepang. Hasil rapat online dengan stakeholder menunjukkan bahwa banyak siswa merasa tidak percaya diri untuk berinteraksi dalam bahasa Jepang, sehingga mereka kurang termotivasi untuk mempersiapkan diri menghadapi peluang kerja di Jepang. Beberapa faktor yang menjadi penyebab permasalahan tersebut, yaitu: Kurangnya Penguasaan Bahasa Jepang Siswa yang akan bekerja di Jepang harus memiliki keterampilan bahasa Jepang yang memadai, terutama dalam hal komunikasi lisan. Namun, jika mereka merasa kurang percaya diri dalam berbicara dalam bahasa Jepang, ini menunjukkan bahwa penguasaan bahasa mereka masih terbatas. Tanpa kemampuan berbicara yang cukup, siswa akan merasa cemas atau takut melakukan kesalahan, yang pada gilirannya membuat mereka enggan untuk berlatih. Keterbatasan Pelatihan Praktis Dalam banyak kasus, pendidikan bahasa Jepang di sekolah cenderung lebih fokus pada aspek teori dan struktur bahasa . eperti tata bahasa, kosakata, dan tulisa. daripada pada kemampuan berbicara dan berkomunikasi secara langsung. Siswa mungkin mendapatkan pemahaman yang baik tentang bahasa Jepang dalam bentuk tertulis atau ujian, tetapi kurang memiliki kesempatan untuk berlatih berbicara, terutama dalam situasi nyata yang membutuhkan interaksi sosial, seperti dalam lingkungan kerja di Jepang. Ketakutan terhadap Kesalahan dan Rasa Malu Perasaan malu atau takut membuat kesalahan saat berbicara dalam bahasa asing merupakan salah satu hambatan psikologis yang umum. Banyak siswa merasa cemas bahwa mereka akan dianggap tidak kompeten atau bodoh jika berbicara salah, terutama dengan bahasa yang memiliki perbedaan struktural yang signifikan, seperti bahasa Jepang. Rasa malu ini dapat menghambat mereka untuk berbicara dan berlatih secara aktif. Kurangnya Pengenalan tentang Budaya Jepang Terkadang, siswa yang tidak memiliki pemahaman yang cukup tentang budaya dan kehidupan di Jepang cenderung merasa kurang terhubung dengan tujuan mereka untuk bekerja di sana. Tanpa pemahaman yang lebih mendalam tentang budaya kerja dan sosial Jepang, motivasi mereka untuk berusaha keras belajar bahasa dan menyiapkan diri untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja Jepang bisa menjadi 40 | JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PEKAMAS) | Vol. No. Juli 2025, hal. Minimnya Praktik dan Exposure di Lingkungan Sehari-hari Siswa yang tidak memiliki akses atau kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan penutur asli bahasa Jepang atau berpartisipasi dalam kegiatan yang melibatkan percakapan dalam bahasa Jepang, seperti magang atau program pertukaran budaya, akan merasa lebih sulit untuk membangun keberanian berbicara. Kurangnya exposure terhadap situasi nyata di mana mereka perlu berkomunikasi dalam bahasa Jepang dapat membuat mereka merasa terisolasi dan tidak siap untuk berinteraksi dengan orang Jepang dalam konteks profesional. Kurangnya Motivasi untuk Menghadapi Tantangan Global Untuk mempersiapkan diri bekerja di Jepang, siswa perlu memiliki motivasi yang kuat untuk menghadapi tantangan belajar bahasa dan beradaptasi dengan cara hidup serta budaya di Jepang. Jika siswa tidak merasakan pentingnya keterampilan bahasa Jepang dalam dunia kerja global, mereka mungkin merasa bahwa usaha mereka untuk belajar bahasa Jepang tidak cukup berarti atau tidak sebanding dengan hasil yang akan didapatkan, yang akhirnya mengurangi motivasi mereka untuk belajar dan berlatih. Hal tersebut yang menjadi kendala dan faktor-faktor penyebab bagi mereka untuk sulit mengembangkan keterampilan yang diperlukan dalam dunia kerja yang kompetitif. Oleh karena itu. SMK 1 Jeunieb Aceh membutuhkan pelatihan khusus bagi siswa-siswi yang menerima bantuan dari Program Luar Negeri untuk memperoleh keterampilan bahasa Jepang. Sejalan dengan Batubara et. , . menyatakan bahwa pelatihan hardskill dan softskill terhadap kompetensi berbahasa Jepang memberikan pengembangan dan peningkatan yang lebih efektif dan relevan dengan kebutuhan industri di Jepang Pelatihan ini penting agar siswa siap menghadapi kesempatan magang di Jepang dan dapat berkomunikasi dengan efektif di lingkungan kerja (Batubara et al. Kesempatan ini tidak hanya meningkatkan kemampuan bahasa, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk memahami budaya kerja yang berbeda (Najmudin et al. Maka, mahasiswa dan dosen dari Program Studi Pendidikan Bahasa Jepang FKIP UHAMKA akan melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan menjadi narasumber dengan memberikan motivasi guna membangun mental/soft skill untuk siap kerja dan berwirausaha serta peluang bekerja di Jepang, dengan memperhatikan beberapa hal berikut. Program Pembelajaran Interaktif dan Praktis. Sekolah dapat mengintegrasikan lebih banyak latihan berbicara dan simulasi percakapan dalam bahasa Jepang melalui kelas-kelas interaktif. Ini bisa dilakukan dengan memperkenalkan metode belajar berbasis proyek atau kegiatan berbasis pengalaman, seperti role play, diskusi kelompok, atau kelas berbicara dengan penutur asli . ative speaker. melalui media Kegiatan Budaya dan Magang di Jepang Mengadakan program magang atau pertukaran pelajar dengan sekolah-sekolah atau perusahaan di Jepang akan memberikan siswa pengalaman langsung dalam berinteraksi menggunakan bahasa Jepang dalam konteks pekerjaan. Ini juga akan membantu mereka memahami budaya kerja Jepang secara lebih mendalam, yang bisa meningkatkan motivasi mereka untuk belajar bahasa Jepang. Pendekatan Psikologis untuk Mengatasi Rasa Malu Penerapan pendekatan psikologis yang mengatasi ketakutan berbicara di depan umum dan rasa malu melalui pelatihan public speaking atau teknik relaksasi bisa sangat membantu. Menguatkan mental dan membangun rasa percaya diri siswa untuk berbicara tanpa takut membuat kesalahan akan membantu mereka lebih siap menghadapi tantangan. Pemanfaatan Teknologi untuk Belajar Bahasa Penggunaan aplikasi atau platform pembelajaran bahasa Jepang yang memungkinkan siswa berinteraksi secara langsung Ayu Putri Seruni. Penguatan Soft Skill. dengan penutur asli atau menggunakan teknologi seperti video call, forum diskusi, atau simulasi percakapan dapat membantu siswa meningkatkan keterampilan berbicara mereka secara lebih fleksibel dan menyenangkan. Penguatan Motivasi dengan Program Penyuluhan Program penyuluhan atau seminar mengenai peluang kerja di Jepang, manfaat menguasai bahasa Jepang, dan bagaimana pengalaman bekerja di Jepang bisa meningkatkan karir mereka di masa depan juga dapat menjadi pendorong motivasi. Dengan pendekatan yang lebih praktis, interaktif, dan mendalam. SMKN 1 Jeunieb Aceh dapat membantu siswa mereka untuk lebih berani berbicara dalam bahasa Jepang dan lebih siap menghadapi tantangan bekerja di Jepang. Sehingga, diharapkan siswa dapat lebih percaya diri dan siap untuk memanfaatkan kesempatan magang secara maksimal, sehingga mereka dapat bersaing di pasar kerja global. Pengabdian ini bertujuan untuk mengatasi masalah ini dengan membangun mental dan soft skill siswa agar lebih siap menghadapi tantangan di pasar kerja. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan pentingnya pengembangan soft skill dalam pembelajaran bahasa asing. Misalnya, penelitian terkait pelatihan yang diberikan kepada peserta pemagangan yang akan bekerja di Jepang. Penelitian ini menunjukkan bahwa kombinasi pelatihan hardskill dan softskill secara signifikan meningkatkan kompetensi peserta, yang penting untuk beradaptasi di lingkungan kerja Jepang yang memiliki standar tinggi (Batubara et al. , 2. Kemudian penelitian oleh Dwiwardani & Wahidati . mengidentifikasi soft skill yang dibutuhkan oleh lulusan program studi bahasa Jepang dan mengevaluasi kelemahan mereka di dunia kerja. Hasilnya memberikan rekomendasi untuk meningkatkan kurikulum pendidikan bahasa Jepang agar lebih relevan dengan kebutuhan industri (Dwiwardani & Wahidati, 2. Pelaksanaan pelatihan soft skills sangar penting dalam proses pencarian kerja, karena dengan mempersiapkan soft skills dengan matang, meningkatkan motivasi dan kepercayaan diri siswa sehingga dapat meningkatkan karir siswa di masa depan (Turistiati & Ramadhan. Yusuf et al. , 2. Selain itu, kebijakan pemerintah yang mendukung pengembangan keterampilan vokasi di Indonesia, seperti program Merdeka Belajar, menjadi landasan bagi pengabdian Menurut Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan . , pendekatan belajar yang mengedepankan keterampilan praktis dan mentalitas wirausaha sangat diperlukan untuk mempersiapkan generasi muda dalam menghadapi tantangan global. Dengan mengimplementasikan program pengabdian ini, diharapkan siswa tidak hanya mampu berbahasa Jepang dengan baik, tetapi juga siap memasuki dunia kerja di Jepang dan berkontribusi pada perekonomian lokal. Tujuan dari pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah untuk memberikan manfaat signifikan bagi para siswa-siswi yang menerima bantuan program ke luar negeri oleh Kemendikbud. Pertama, kami bertujuan agar siswa-siswi tersebut dapat memiliki kemampuan kompetensi berbahasa Jepang setara level N5/N4 dan memiliki wawasan yang memadai tentang peluang bekerja di Jepang, baik sebagai pemagang maupun dalam kategori tokubetsu ginou . ekerja terampi. Kedua, kami ingin memastikan bahwa siswasiswi tersebut memiliki kesiapan mental dan soft skill yang memadai sebelum melaksanakan program magang ke Jepang. Dengan demikian, diharapkan mereka akan lebih percaya diri dan siap untuk menghadapi tantangan di lingkungan kerja internasional. METODE PELAKSANAAN Rencana pelaksanaan kegiatan Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat ini yaitu September 2024 kepada siswa di SMKN Jeunieb Aceh. Pada tahap perencanaan program Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat yaitu: 42 | JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PEKAMAS) | Vol. No. Juli 2025, hal. Membuat proposal kegiatan. Membuat surat pernyataan kerja sama mitra sekaligus perijinan. Menentukan jadwal rencana kegiatan. Menyiapkan alat, bahan dan materi kegiatan. Pada tahap pelaksanaan kegiatan yaitu: Tim memberikan pemaparan terkait motivasi untuk membangun mental/soft skill siswa dalam mempersiapkan diri bekerja dan berwirausaha . Tim memaparkan terkait peluang-peluang bekerja di Jepang yang sangat banyak . Tim melatih bagaimana berinteraksi dasar dalam bahasa Jepang kepada siswa . Tim memberdayakan guru dan siswa dalam proses kegiatan . Tim mengevaluasi proses pemberdayaan . Hasil dari kegiatan FGD, dilakukan evaluasi untuk merefleksikan apa yang dikerjakan sesuai dengan tujuan permasalahan mitra. Peran dosen dan mahasiswa dalam pengabdian masyarakat: Tabel 1. Peran dosen dan mahasiswa Kegiatan Dosen Mahasiswa Identifikasi analisis Dosen menganalisis kebutuhan kebutuhan faktor yang permasalahan Mitra. Perencananaan Program Dosen merencanakan program Soft Skil dan Kesiapan Kerja ke Jepang bagi Siswa SMK Pelatihan Melakukan pengenalan Melakukan PKM dan program PKM melakukan pre test Pendampingan intensif Pendampingan selama 3 bulan mengajar bahasa Jepang Pelatihan akhir Melakukan pelatihan akhir Evaluasi dan refleksi Melakukan evaluasi post Melakukan evaluasi post Jadwal kegiatan dalam tabel berikut. Tabel 2. Jadwal kegiatan Nama Kegiatan Pembuatan proposal Pelatihan bahasa Jepang Pendampingan Ujian setara N5/ N4 Evaluasi dan pembuatan laporan Bulan Metode yang dilaksanakan yaitu dengan menggunakan metode Flipped classroom yaitu siswa diajak untuk belajar lebih inovatif dan kreatif. Desain proses model pembelajaran flipped classroom dibagi menjadi tiga tahap, yaitu . menetapkan tujuan pembelajaran yang jelas, . memilih dan menentukan materi khusus yang sesuai, dan . Ayu Putri Seruni. Penguatan Soft Skill. mendukung pembelajaran dengan scaffolding dan interaksi. Berikut tiga tahapan dalam model pembelajaran flipped classroom (Tsai & Chiang, 2. Detail desain metode flipped classroom terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap pre-class, tahap during class, dan tahap post-class. Pada tahap pre-class, instruktur memberikan stimulus dengan memberikan materi melalui google drive dan di grup whatsapp, instruktur sebagai fasilitator memberikan arahan kepada siswa, tentang hal hal yang akan didiskusikan. Kemudian pada tahap during class siswa mempresentasikan hasil dari diskusi yang telah mereka diskusikan di whatsapp grup di tahap post-class instruktur melakukan evaluasi. Untuk wawasan peluang bekerja di Jepang dan mental soft skill, narasumber memberikan dengan metode diskusi tatap muka bersama siswa siswi. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) berjudul "Membangun Mental/Soft Skill untuk Siap Kerja dan Berwirausaha serta Peluang Bekerja di Jepang" telah dilaksanakan pada bulan September 2024, di SMK 1 Jeunieb Aceh, dengan diikuti oleh 20 peserta siswa dan siswi. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan secara luring dan berlangsung dari pukul 10. 00 WIB hingga 14. 00 WIB. Acara dimulai dengan pengantar dari ketua kegiatan. Ibu Ika Yatri, yang menekankan pentingnya keterampilan soft skill dalam mempersiapkan diri memasuki dunia kerja. Beliau menjelaskan bahwa keterampilan ini tidak hanya bermanfaat dalam mencapai kesuksesan profesional, tetapi juga memberikan keuntungan kompetitif di pasar kerja global. Kegiatan ini dibagi menjadi dua sesi. Sesi pertama fokus pada pemaparan mengenai berbagai soft skill yang harus dimiliki oleh siswa agar mereka siap untuk bekerja di Jepang. Dalam sesi ini, peserta diajak untuk mengenali dan memahami keterampilan interpersonal seperti komunikasi, kerjasama, dan manajemen waktu yang sangat dibutuhkan di lingkungan kerja. Sesi kedua dilanjutkan dengan motivasi yang membangkitkan semangat siswa, di mana mereka dijelaskan tentang peluang kerja di Jepang yang sangat besar, terutama karena tingginya permintaan tenaga kerja terampil di negara tersebut. Selain itu, peserta juga diberikan informasi mengenai persyaratan yang perlu disiapkan jika mereka berminat untuk bekerja di Jepang, salah satunya adalah memiliki sertifikasi kompetensi berbahasa Jepang (JLPT) dengan level minimal N5 atau N4. Gambar 1. Kegiatan Pelatihan 44 | JURNAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT (PEKAMAS) | Vol. No. Juli 2025, hal. Hasil evaluasi dari kegiatan ini dapat terlihat dari skor pretest dan skor posttest yang dikerjakan oleh peserta sebagai berikut. Tabel 2. Hasil hitung skor pretest dan posttest. Berdasarkan tabel 2, diperoleh nilai sig. -taile. sebesar 0,000, maka terdapat perbedaan signifikan antara nilai pretest dan posttest setelah intervensi. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini diharapkan siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan tentang soft skill, tetapi juga menjadi lebih percaya diri dalam menghadapi tantangan di dunia kerja internasional. Kegiatan ini bertujuan untuk membangun mental dan kesiapan siswa, sehingga mereka dapat memanfaatkan peluang yang ada secara maksimal. Kurang lebih, kegiatan ini memberikan kontribusi positif dalam pengembangan diri siswa SMK 1 Jeunieb Aceh, mempersiapkan mereka untuk memasuki pasar kerja yang semakin SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kegiatan yang dilakukan baik secara diskusi, demontrasi dan wawancara, maka didapatkan hasil, yaitu siswa siswi dengan instruktur yang memiliki kompetensi yang memadai untuk memberikan pelatihan berbahasa Jepang membuat siswa siswi semakin antusias untuk mempelajari bahasa Jepang, menambah pengetahuan yang diperoleh dari narasumber tentang mental soft skill sebelum berangkat ke Jepang serta banyak nya kesempatan dan peluang-peluang untuk bekerja di Jepang. Dampak dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini terhadap peserta, yaitu siswa-siswi SMK 1 Jeunieb Aceh, sangat signifikan. Kegiatan ini berhasil meningkatkan keterampilan soft skill mereka, seperti komunikasi efektif dan kerjasama tim, yang sangat diperlukan di dunia kerja. Selain itu, peserta juga memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai bahasa Jepang, dengan banyak yang menyatakan bahwa mereka merasa lebih percaya diri untuk mengikuti ujian sertifikasi JLPT. Dari segi mental, kegiatan ini memberikan motivasi tambahan kepada peserta, yang membantu mereka untuk lebih siap menghadapi tantangan di pasar kerja, terutama di Jepang. Dengan wawasan yang diperoleh tentang peluang kerja di Jepang dan persyaratan yang harus dipenuhi, peserta kini lebih bersemangat untuk mengejar karir internasional. Secara keseluruhan. PKM ini memberikan kontribusi positif dalam persiapan mereka untuk memasuki dunia kerja, menjadikan mereka lebih kompetitif dan siap untuk memanfaatkan peluang yang tersedia. Kegiatan ini mendapatkan respon yang sangat baik dari pihak sekolah mitra yaitu guru- guru, sehingga TIM PKM berharap dapat kembali mengadakan pengabdian dengan tema yang berbeda, seperti relevansi kurikulum Deep Learning dalam pembelajaran bahasa Jepang. Ayu Putri Seruni. Penguatan Soft Skill. UCAPAN TERIMA KASIH