Journal of Medicine and Health (JMH) Vol. 6 No. 1 February 2024 e-ISSN: 2442-5257 https://doi.org/10.28932/jmh.v6i1.5628 Research Article Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Perilaku Swamedikasi Common Cold pada Mahasiswa (Studi Kasus: Mahasiswa Farmasi Universitas Tanjungpura) Correlation Level of Knowledge to Common Cold Swamedication Behavior in Students (Case Study: Tanjungpura University Pharmaceutical Student) Muhammad A Yuswar1*, Syifa N Musyafak1 1Departemen Teknologi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura, Jl. Prof. Dr. Hadari Nawawi. Kota Pontianak, Kalimantan Barat 78124, Indonesia *Penulis korespondensi Email: akib.yuswar@pharm.untan.ac.id Received: Nov 28, 2022 Accepted: Dec 29, 2023 Abstrak Swamedikasi yakni upaya mandiri seseorang dalam mengobati dirinya sendiri, khususnya dari penyakit ringan seperti common cold. Kurangnya pengetahuan mengenai informasi obat dapat menyebabkan swamedikasi yang tidak tepat dan berdampak negatif pada kesehatan individu. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi korelasi pengetahuan dan perilaku swamedikasi common cold pada mahasiswa Farmasi angkatan 2021 di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura, dilakukan penelitian menggunakan metode cross sectional dan total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 105 orang. Instrumen penelitian berupa kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Analisis hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji Spearman rank pada SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa instrumen kuesioner valid dan reliabel, serta terdapat hubungan positif antara tingkat pengetahuan dengan perilaku swamedikasi common cold dengan koefisien korelasi sebesar 0,556. Disimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan, maka perilaku swamedikasi common cold akan semakin baik. Kata kunci: common cold; validitas; reliabilitas; pengetahuan; perilaku How to Cite: Yuswar MA, Musyafak SN. Hubungan tingkat pengetahuan terhadap perilaku swamedikasi common cold pada mahasiswa (studi kasus: mahasiswa farmasi Universitas Tanjungpura). Journal of Medicine and Health. 2024; 6(1): 12-22. DOI: https://doi.org/10.28932/jmh.v6i1.5628 © 2023 The Authors. This work is licensed under a Creative Commons AttributionNonCommercial 4.0 International License. J Med Health.2024;6(1):12-22 12 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article Abstract Self-medication is a person's independent efforts to heal themselves , generally to deal with, especially in dealing with minor illnesses, one of which is the common cold. . A lack of knowledge regarding drug information can lead to inappropriate self-medication and have a negative impact on individual health. The purpose of this study is to find the correlation between the level of knowledge and the self-medication behavior of the common cold in Pharmacy students class of 2021 at the Faculty of Medicine, University of Tanjungpura, a study was conducted using the cross-sectional method and total sampling with a total sample of 105 people. The research instrument is a questionnaire that has been tested for validity and reliability. Hypothesis analysis was performed using the spearman rank test on SPSS. The results showed that the questionnaire instrument was valid and reliable, and there was a positive correlation between the level of knowledge and the self-medication behavior of the common cold with a correlation coefficient of 0.556. Thus, it can be concluded that the higher the level of knowledge, the better the self-medication behavior of the common cold will be. Keywords: common cold; validity; reliability; knowledge Pendahuluan Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah tindakan seseorang yang berupaya menyembuhkan dirinya sendiri dengan mengenali tanda – tanda penyakit yang dialami dan menentukan jenis pengobatan yang akan digunakan.1 Pengobatan sendiri biasanya digunakan untuk mengatasi gejala penyakit ringan seperti batuk, penyakit kulit, demam, nyeri, maag, diare, cacingan, dan lain - sebagainya. Pengobatan swamedikasi yang aman dapat dilakukan dengan menggunakan golongan obat bebas dan bebas terbatas.2 Menurut indeks kesehatan BPS, pada tahun 2020 sebanyak 77,57% penduduk Kalimantan Barat melakukan pengobatan sendiri.3 Terdapat peningkatan persentase penduduk Kalimantan Barat yang melakukan pengobatan sendiri pada sebulan terakhir dari 76,60% pada tahun 2018 menjadi 77,57% pada tahun 2020.3 Data tersebut menunjukkan bahwa swamedikasi banyak dilakukan oleh masyarakat Kalimantan Barat banyak. Swamedikasi memiliki efek negatif jika jika tidak dilakukan dengan tepat, akibat kurangnya pengetahuan tentang informasi obat.1 Swamedikasi sangat membantu dalam menjaga kesehatan, tetapi apabila dilakukan secara tidak tepat bisa menyebabkan permasalahan kesehatan karena salah dalam penggunaan obat, tidak tercapainya pengobatan, munculnya efek samping obat, munculnya penyakit baru, serta berlebihan dalam pemakaian obat (overdosis), misalnya akibat penggunaan obat yang memiliki bahan aktif yang sama secara bersamaan.1,4 Swamedikasi sering digunakan untuk mengatasi common cold. Beberapa jenis virus seperti rhinovirus, coronavirus, dan virus influenza, misalnya, dapat menjadi penyebab dari penyakit ini. Sebagian besar kasus common cold diakibatkan oleh rhinovirus, yang dapat terjadi pada setengah dari seluruh kasus pilek yang terjadi pada orang dewasa.5 Common cold J Med Health.2024;6(1):12-22 13 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article merupakan infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang dapat terjadi pada semua orang tanpa memandang umur.6 Persentase kejadian ISPA yang terjadi di Indonesia pada tahun 2018 adalah sebanyak 9,3%.7 Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang penggunaan dan kandungan obat, iklan obat yang berlebihan, serta minimnya informasi mengenai terapi obat, menyebabkan pemilihan obat yang tidak tepat.5 Menurut Maheswari (2012) berdasarkan penelitiannya, diketahui bahwa masih banyak ketidaktepatan pemilihan obat di masyarakat yaitu ditemukan bahwa 57 responden (57%) melakukan pemilihan obat yang tidak tepat karena menggunakan obat tanpa indikasi dan mencampurkan berbagai jenis obat. Pengobatan yang tidak tepat dikarenakan bercampurnya antara obat satu dengan obat lainnya.8 Pengujian korelasi bisa dilaksanakan untuk mengidentifikasi apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan dan tindakan swamedikasi yang dilakukan untuk mengatasi common cold. Berdasarkan hasil penelitian Banun.L (2019) terhadap mahasiswa Fakultas Non Kesehatan angkatan 2017 di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang, ditemukan adanya hubungan yang kuat antara tingkat pengetahuan dengan perilaku swamedikasi common cold dengan hasil P value dari uji korelasi yang diperoleh sebesar 0,908.9 Mahasiswa Farmasi akan menjadi petugas medis yang bertugas memberikan informasi mengenai obat. Sebagai seorang farmasis diharapkan dapat memberikan pelayanan swamedikasi yang tepat dan aman dalam penggunaan obat bebas, menghindari kesalahan pengobatan, dan diharapkan memiliki keterampilan swamedikasi yang baik. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada korelasi antara tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi common cold pada mahasiswa (studi kasus: mahasiswa Farmasi Universitas Tanjungpura). Metode Penelitian ini menggunakan desain studi Cross Sectional dengan fokus pada populasi mahasiswa Farmasi angkatan 2021 di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura (FK UNTAN). Pada penelitian ini, teknik total sampling digunakan sebagai metode pengambilan sampelnya. Responden dalam penelitian ini berjumlah 105 responden. Instrumen yang digunakan adalah, sebuah kuesioner berupa Google form yang diadaptasi serta dimodifikasi dari penelitian Banun.L (2019).9 Telah dilakukan pengajuan kaji kode etik kuesioner serta diuji validitas dan reliabilitasnya untuk mengetahui kelayakan instrumen penelitian. Penelitian ini telah melewati proses penilaian etik oleh Komite Etik Penelitian FK UNTAN dengan nomor SK 1586/UN22.9/PG/2022. J Med Health.2024;6(1):12-22 14 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article Kuesioner terdiri dari 18 item pertanyaan tentang pengetahuan sebagai variabel bebas dan 10 pertanyaan tentang perilaku sebagai variabel terikat. Delapan belas item pertanyaan variabel pengetahuan dikelompokkan menjadi 7 indikator, sedangkan sepuluh item pertanyaan variabel perilaku dikelompokkan menjadi 6 indikator yang digunakan untuk mengukur pengetahuan dengan perilaku swamedikasi common cold oleh mahasiswa. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen diujikan pada 30 responden mahasiswa Farmasi FK UNTAN angkatan 2018. Dalam penelitian ini, tingkat pengetahuan dibagi menjadi tiga kategori, yaitu baik jika subjek dapat menjawab benar 76% hingga 100% dari seluruh pertanyaan, cukup jika subjek dapat menjawab benar 56% hingga 75% dari seluruh pertanyaan, dan kurang jika subjek hanya dapat menjawab benar kurang dari atau sama dengan 55% dari seluruh pertanyaan.11–13 Berdasarkan hasil penelitian diperoleh 18 item pertanyaan yang valid dan juga reliabel dengan hasil Nilai Cronbach's alpha untuk variabel pengetahuan adalah 0,781, sementara untuk variabel perilaku adalah 0,705.Metode pengambilan keputusan uji validitas dilakukan dengan membandingkan antara nilai r hitung dan r tabel, dan instrument dianggap valid jika nilai r hitung lebih besar dari nilai r tabel. Instrumen dianggap tidak valid apabila nilai r hitung lebih kecil dari nilai r tabel.10 Penelitian ini menggunakan metode Cronbach’s Alpha dalam melakukan uji reliabilitas, dengan menggunakan batasan 0,6. Instrumen penelitian atau kuesioner reliabel, jika hasil Cronbach’s alpha (α) lebih besar atau sama dengan 0,6.10 Kuesioner yang sudah valid dan reliabel kemudian dibagikan melalui media sosial seperti Whatsapp kepada mahasiswa Farmasi FK UNTAN angkatan 2021. Kuesioner pada penelitian ini merupakan kuesioner tertutup, yaitu respon yang diberikan berupa respon Benar dan Salah saat menjawab pertanyaan. Jawaban yang benar diberi 1 poin, dan jawaban yang salah 0 poin, kuesioner ini dapat dikenal dengan skala Guttman.10 Analisis univariat dan bivariat dilakukan dengan bantuan Microsoft Excel dan program IBM SPSS versi 25. Analisis univariat digunakan untuk menganalisis karakteristik responden seperti jenis kelamin, tingkat pengetahuan, obat yang biasanya dikonsumsi, serta perilaku tiap individu menggunakan Microsoft Excel. Analisis bivariat digunakan untuk membuktikan hipotesis penelitian dengan menggunakan SPSS. Analisis Spearman digunakan untuk menentukan hipotesis pada penelitian ini, apakah antar variabel terdapat hubungan. Hasil Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Obat Hasil penelitian ini mengidentifikasi, karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dan jenis obat pada tabel 1. Tabel tersebut menunjukkan bahwa lebih banyak wanita yang J Med Health.2024;6(1):12-22 15 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article melakukan swamedikasi dibandingkan dengan pria, yaitu responden wanita 86 (81,90%) dan 19 (18,10%) responden pria. Data pada tabel 1 juga menunjukkan proporsi responden yang menggunakan obat herbal, obat konvensional tunggal, dan kombinasi. Hasil yang terdapat pada tabel, dapat dilihat bahwa obat yang digunakan oleh responden untuk mengatasi Common cold adalah sebagai berikut: yang menggunakan obat herbal 18 orang (17,14%), obat konvensional tunggal digunakan oleh 53 orang (50,48%) dan obat konvensional kombinasi digunakan oleh 34 orang (32,38%). Berlandaskan data pada tabel 1, dapat disimpulkan bahwa total responden yang menggunakan obat konvensional adalah 87 orang (82,86%). Pada penelitian ini dapat diketahui bahwa obat yang digunakan oleh responden untuk menyembuhkan Common cold terlampir di tabel 2. Berdasarkan data pada tabel tersebut, terlihat obat yang sering digunakan oleh responden adalah obat konvensional tunggal dengan kandungan analgesik dan antipiretik sebagai pereda nyeri, sebanyak 45 orang (42,85%). Obat kombinasi dengan kandungan Analgesik+Dekongestan+Antihistamin+Antitusif digunakan oleh 10 orang (9,52%), dan obat kombinasi dengan kandungan Analgesik+Dekongestan+Antihistamin sebanyak 8 orang (7,62%). Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Obat Karakteristik I. Jenis Kelamin 1. Pria 2. Wanita Total II. Jenis Obat 1. Herbal 2. Konvensional Kombinasi 3. Konvensional Tunggal Total Jumlah Persentase 19 86 105 18,10% 81,90% 100% 18 34 53 105 17,14% 32,38% 50,48% 100% Tabel 2 Jenis Obat dan Kandungan Zat Aktif untuk Common Cold No Kandungan Jumlah (orang) Persentase (%) I. Obat Herbal 18 17,14% II. Obat Konvensional Tunggal 53 50,48% 1. Analgesik dan Antipiretik 45 42,86% 2. Antihistamin 4 3,81% 3. Ekspektoran 2 1,90% 4. Mukolitik 1 0,95% 5. Dekongestan 1 0,95% III. Obat Konvensional Kombinasi 34 32,38% 6. Analgesik+Dekongestan 1 0,95% 7. Dekongestan+Antihistamin 3 2,86% 8. Analgesik+Dekongestan+Antihistamin 8 7,62% 9. Analgesik+Dekongestan+Antitusif 5 4,76% 10. Analgesik+Dekongestan+Antihistamin+Antitusif 10 9,52% 11. Analgesik+Dekongestan+Antihistamin+Antitusif+Ekspektoran 5 4,76% 12. Analgesik+Dekongestan+Antihistamin+Ekspektoran 2 1,90% J Med Health.2024;6(1):12-22 16 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article Pengetahuan Responden Perolehan hasil persentase pengetahuan swamedikasi common cold dalam penelitian ini terlampir pada tabel 3. Terdapat tiga kategori tingkat pengetahuan yang dibagi berdasarkan kemampuan subjek dalam menjawab pertanyaan, yaitu baik, cukup, dan kurang.11–13 Kategori baik jika responden menjawab benar 14-18 pertanyaan, kategori cukup jika responden menjawab benar 10-13 pertanyaan, dan kategori kurang jika responden menjawab benar maksimal 9 dari 18 pertanyaan. Variabel tingkat pengetahuan tentang pengobatan sendiri common cold terdiri dari 18 item pertanyaan yang dikelompokkan menjadi 7 indikator yaitu, seperti mengetahui definisi, mengetahui gejala, mengetahui penyebab, mengetahui pengobatan baik farmakologi maupun non-farmakologi, memahami efek samping obat common cold , memahami aturan minimum obat, dan stabilitas obat. Tabel 3 menunjukkan data yang mengindikasikan bahwa, terdapat 37 (35%) responden yang masuk ke dalam kategori baik, 50 (48%) responden masuk ke dalam kategori cukup, serta 18 (17%) responden masuk ke dalam kategori pengetahuan kurang.11–13 Perilaku Responden Untuk menentukan perilaku mahasiswa terhadap swamedikasi common cold pada penelitian ini digunakan 10 item pertanyaan sebagai instrumen. Sepuluh item pertanyaan dibagi menjadi 6 indikator, yaitu indikator kecocokan indikasi obat, kepatuhan aturan pakai, lamanya pemberian yang tepat, penyimpanan yang tepat, tindak lanjut yang tepat, dan kewaspadaan terhadap efek samping obat. Perilaku dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan kemampuan subjek dalam menjawab pertanyaan, yaitu baik, cukup, dan kurang.11–13 Perilaku responden terhadap swamedikasi common cold terlampir dalam tabel 4. Tabel 3 Tingkat Pengetahuan Responden Variabel Tingkat Pengetahuan Kategori Baik Cukup Kurang Jumlah 37 50 18 Persentase 35% 48% 17% Tabel 4 Perilaku Responden Variabel Kategori Jumlah Persentase Perilaku Baik Cukup Kurang 65 22 18 62% 21% 17% J Med Health.2024;6(1):12-22 17 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article Menurut data yang terdapat pada tabel, dapat disimpulkan bahwa 65 (62%) responden menunjukkan perilaku yang baik (mampu menjawab 8-10 pertanyaan), 22 (21%) responden menunjukkan perilaku yang cukup (mampu menjawab 6-7 pertanyaan), dan sebesar 18 (17%) menunjukkan perilaku yang kurang (maksimal 5 jawaban yang benar).11–13 Analisis Korelasi Hasil uji spearman menunjukkan adanya hubungan variabel pengetahuan dengan perilaku dalam swamedikasi common cold. Hasil pengujian ini menghasilkan nilai P value sebesar 0,000, dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,556. Diskusi Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden wanita mengambil tindakan swamedikasi common cold lebih banyak dibandingkan responden pria. Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah responden wanita yang melakukan pengobatan sendiri mencapai 86 (81,90%), sedangkan jumlah responden pria hanya sebanyak 19 (18,10%). Faktor penyebabnya adalah karena jumlah mahasiswa perempuan Farmasi angkatan 2021 Universitas Tanjungpura lebih banyak dibandingkan responden laki -lakinya. Temuan dari penelitian ini sepaham dengan penelitian yang dilakukan Irawati, Rumi dan Parumpu (2021) dalam Widyaningrum E. A, dkk (2021) bahwa dalam pengobatan sendiri jenis kelamin perempuan yang paling banyak melakukannya, dengan proporsi 83,67%, hal ini disebabkan karena kebanyakan mahasiswa Farmasi merupakan jurusan yang banyak disukai perempuan dibanding laki-laki.14 Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa mayoritas responden memilih obat konvensional daripada obat herbal untuk mengatasi common cold yang mereka alami Sebanyak 87 orang (82,86%) memilih obat konvensional, sedangkan hanya 18 orang (17,14%) yang memilih obat herbal (Tabel 1). Berdasarkan penelitian ditemukan pula bahwa mayoritas responden memilih obat konvensional dengan kelas terapi tunggal daripada kombinasi dengan masing-masing responden sebanyak 53 orang (50,48%) dan 34 orang (32,38%) (Tabel 1). Peneliti beranggapan bahwa responden yang memilih obat herbal didasari oleh alasan efek samping yang lebih rendah, lebih aman karena tidak mengandung bahan kimia, dan lebih murah. Alasan yang mendasari responden memilih obat konvensional didasari karena efek farmakologi yang lebih cepat, hal ini berlandaskan pada teori Faharudin (2015) dalam Marwati & Amidi (2018).15 Obat yang sering digunakan oleh responden pada penelitian ini yaitu, obat yang mengandung analgesik sebanyak 45 orang (42,85%), kemudian obat kombinasi yang J Med Health.2024;6(1):12-22 18 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article mengandung Analgesik+Dekongestan+Antihistamin+Antitusif sejumlah 10 orang (9,52%), dan obat kombinasi dengan kandungan Analgesik+Dekongestan+Antihistamin sebanyak 8 orang (7,62%) (Tabel 2). Obat – obat yang dapat digunakan pada pengobatan swamedikasi common cold yaitu; antihistamin generasi pertama (misalnya, klorfeniramin) dalam penelitian Howard JC, et al tahun 1979 tentang Effectiveness of Antihistamines in The Symptomatic Management of The Common Cold dalam Long, et al (2018) telah terbukti membantu mengurangi gejala seperti melegakan hidung tersumbat, bersin, mengencerkan lendir, dan durasi gejala, hal ini karena efek antikolinergik dari obat ini.16 Berdasarkan penelitian Bachert C, et al tahun 2005 tentang perbandingan antara Aspirin dan Asetaminophen, dalam Long, et al (2018) menyatakan Asetaminofen merupakan salah satu golongan analgesik yang efektif mengurangi demam dan memberi efek analgesik ringan.16 Berdasarkan penelitian Turner RB dan Darden PM tahun 2007 tentang Fenilefrin dalam Long, et al (2018) menyatakan bahwa dekongestan oral terbukti mengurangi gejala hidung tersumbat sebesar 6% dengan dosis tunggal dan 4% dengan dosis berulang. Fenilefrin (10-25 mg secara oral) ditemukan dapat mengurangi hidung tersumbat.16 Berdasarkan penelitian Alberct H.H, et al tahun 2017 menyatakan bahwa ekspektoran, seperti guaifenesin dianggap sebagai ekspektoran yang aman dan efektif untuk pengobatan gejala yang berhubungan dengan lendir pada ISPA akut.17 Pada penelitian ini, sebanyak 18 item pertanyaan digunakan untuk mengukur variabel tingkat pengetahuan swamedikasi common cold dalam penelitian ini. Ke delapan belas pertanyaan tersebut kemudian dikelompokkan menjadi 7 indikator, yaitu definisi common cold, gejala- gejalanya, penyebabnya, Pengobatan secara farmakologi serta non-farmakologi, aturan penggunaan obat common cold, efek samping yang mungkin timbul, dan stabilitas obat. Dalam penelitian ini, didapati bahwa 37 responden (35%) termasuk ke dalam kategori tingkat pengetahuan yang baik, 50 responden (48%) termasuk ke dalam kategori tingkat pengetahuan yang cukup, dan 18 responden (17%) termasuk ke dalam kategori tingkat pengetahuan yang kurang (Tabel 3). Berdasarkan uraian diatas bahwa, diketahui sebagian besar responden pada penelitian ini mempunyai pengetahuan relatif baik (kategori cukup-baik).11–13 Faktor yang bisa mempengaruhi pengetahuan ialah pendidikan, usia, pengalaman, lingkungan, budaya serta informasi.18 Penentuan perilaku mahasiswa terhadap swamedikasi common cold pada penelitian ini digunakan 10 item pertanyaan sebagai instrumen. Pada penelitian ini, sepuluh pertanyaan yang terkait dengan perilaku swamedikasi common cold dikelompokkan menjadi enam indikator yaitu; tepat indikasi obat, tepat cara penyimpanan, tepat aturan pakai, tepat tindak lanjut, tepat lama pemberian, waspada efek samping obat. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, J Med Health.2024;6(1):12-22 19 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article responden dengan kategori perilaku baik sebanyak 65 (62%), kategori cukup sebanyak 22 (21%), dan kategori kurang sebanyak 18 (17%) (Tabel 4Berdasarkan uraian tersebut bahwa, diketahui sebagian besar responden pada penelitian ini berperilaku relatif baik (kategori cukupbaik).11–13 Faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan individu dan masyarakat ialah perilaku, lingkungan, genetik, serta pelayanan masyarakat. Beberapa faktor yang berpengaruh bagi perilaku hidup bersih di antaranya yaitu pengetahuan, kelas sosial, status kesehatan, sikap, kelas ekonomi, dan juga kebiasaan. Dampak dari pengetahuan swamedikasi yang baik adalah keberhasilan pengobatan.19 Analisis korelasi dalam penelitian ini menggunakan metode analisis non parametrik yaitu uji spearman, pemilihan metode ini berdasarkan dari variabel yang dihubungkan yaitu ordinal to ordinal. Analisis dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi, arah korelasi dan kekuatan korelasi. Hasil analisis uji spearman penelitian ini menghasilkan p value sebesar 0,000 (Tabel 9). Dikatakan ada hubungan yang bermakna antar variabel jika P value yang didapatkan kurang dari 0,05, dan jika p value lebih besar dari 0,05, dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antar variabel.20 Berdasarkan dari penjelasan tersebut diketahui bahwa, terdapat hubungan antar variabelyang saling terkait. Kekuatan serta arah korelasi antar variabel pada penelitian ini bisa dilihat dari perolehan koefisien korelasi penelitian ini yaitu sebesar 0,556 (Tabel 5). Nilai koefisien korelasi yang diperoleh pada penelitian ini masuk dalam kategori kuat (0,51-0,75), menyiratkan bahwa antar variabel mempunyai hubungan yang kuat.20 Nilai koefisien korelasi pada penelitian ini menunjukkan nilai positif (+), yang menandakan adanya hubungan searah antara kedua variabel, hal ini berarti jika tingkat pengetahuan meningkat, maka perilaku cenderung baik pula dan juga sebaliknya.20 Temuan dari penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan positif dan signifikan antara tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi common cold pada mahasiswa Farmasi FK UNTAN angkatan 2021. Dengan hasil ini, dapat diterima hipotesis yang diajukan dalam penelitian. Penemuan ini konsisten dengan penelitian terdahulu seperti studi Banun.L (2019) yang menunjukkan hubungan positif antara tingkat pengetahuan dan perilaku swamedikasi common cold dengan tingkat signifikansi yaitu 0,000.9 Temuan ini juga didukung penelitian Handayani D.T, dkk (2021) yang menunjukkan korelasi dengan tingkat signifikansi 0,000.21 Pengetahuan memiliki peran penting dalam membentuk perilaku manusia. Ketika seseorang memiliki pengetahuan yang memadai, hal tersebut dapat memengaruhi perilaku dan mereka akan aktif mencari informasi yang tersedia di sekitar mereka. Faktanya, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah bagi mereka untuk memperoleh informasi dan J Med Health.2024;6(1):12-22 20 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article meningkatkan pengetahuan. Sebaliknya, tingkat pendidikan yang rendah dapat menghambat kemampuan seseorang dalam menerima informasi serta memahami nilai-nilai baru.22 Simpulan Terdapat korelasi antara tingkat pengetahuan dengan perilaku swamedikasi common cold, dimana semakin tinggi tingkat pengetahuan, semakin meningkat juga perilaku swamedikasi yang dilakukan. Daftar Pustaka 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. Aswad PA, Kharisma Y, Yuke Andriane TR, Nurhayati E. Pengetahuan dan Perilaku Swamedikasi oleh Ibu-Ibu di Kelurahan Tamansari Kota Bandung Self-medication Knowledge and Behavior by Mothers in Tamansari Village of Bandung. J Integr Kesehat Sains. 2019;1(2):107–13. Efayanti E, Susilowati T, Imamah IN. Hubungan Motivasi dengan Perilaku Swamedikasi. J Penelit Perawat Prof. 2019;1(1):21–32. BPS. Persentase Penduduk yang Mengobati Sendiri Selama Sebulan Terakhir (Persen), 2018-2020 [Internet]. Jakarta: BPS; 2018. [Diunduh Desember 2021]. Tersedia dari: https://www.bps.go.id/indicator/30/1974/1/persentase-pen [Internet]. BPS.go.id. 2018. Available from: https://www.bps.go.id/indicator/30/1974/1/persentase-penduduk-yang-mengobati-sendiri-selama-sebulanterakhir.html Irma Nurtiana Syafitri, Ika Ratna Hidayati LP. Hubungan Tingkat Pengetahuan terhadap Penggunaan Obat Parasetamol Rasional dalam Swamedikasi. Farm dan Ilmu Kefarmasian Indones. 2017;4(1):20. Clarsund M, Fornbacke M, Uller L, Johnston SL, Emanuelsson CA. A Randomized, Double-Blind, PlaceboControlled Pilot Clinical Study on ColdZyme® Mouth Spray against Rhinovirus-Induced Common Cold. Open J Respir Dis. 2017;07:126. Mafruhah OR, Nugraheni DA, Safitri SR. Tingkat Pengetahuan Obat Common Cold Di Desa the Influences of Education CBIA ( Mother Active Learning Method ). J Manaj dan Pelayanan Farm. 2016;6(1):69. Riset Kesehatan Dasar. [Internet]. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan. 2018. Available from: http://repository.litbang.kemkes.go.id/3514/ Maheswari M. Hubungan Pengetahuan Orang Tua Terhadap Tindakan Swamedikasi Selesma pada Anak di Kelurahan Grobogan Purwodadi. Univ Muhammadiyah Surakarta [Internet]. 2012;1–9. Available from: http://eprints.ums.ac.id/20668/2/3._BAB_I.pdf%0Ahttp://eprints.ums.ac.id/id/eprint/20668 Banun L. Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap Swamedikasi Common Cold pada Mahasiswa Fakultas Non-Kesehatan Angkatan Tahun 2017 di Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. Repository Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang. 2019. Slamet Riyanto AAH. Metode Riset Penelitian Kuantitatif Penelitian Di Bidang Manajemen, Teknik, Pendidikan dan Eksperimen [Internet]. Deepublish Publisher. Deepublish; 2020. 385 p. Available from: https://books.google.co.id/books?id=W2vXDwAAQBAJ&printsec=copyright&hl=id#v=onepage&q&f=false%0 Ahttps://books.google.co.id/books?id=W2vXDwAAQBAJ&printsec=frontcover&hl=id#v=onepage&q&f=false %0Ahttps://books.google.co.id/books?id=W2vXDwAAQBAJ&pg=PA11&dq=po Khairunnisa z K z, Sofia R, Magfirah S. Hubungan Karakteristik Dan Tingkat Pengetahuan Dengan Perilaku Pencegahan Covid-19Pada Masyarakat Desa Paya Bujok Blang Pase Kota Langsa. Averrous J Kedokt dan Kesehat Malikussaleh. 2021;7(1):53. Hujjah S, Siahaan S. Pengetahuan Sikap dan Perilaku Anak Remaja Usia 15-18 Tahun terhadap Penggunaan Sunscreen di SMK Kesehatan Yannas Husada Bangkalan. J Heal Sains. 2022;3(1):119. Sitti Hadijah, Hidayati, Indriani WA. Penyuluhan dengan Media Audiovisual Memengaruhi Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Kebutuhan Dasar Ibu Hamil. J Kebidanan Malakbi. 2021;2(2):48. Esti Ambar Widyaningrum, Wika Admaja, LellyWinduhani Astuti BM. Pengaruh Usia dan Jenis Kelamin Terhadap Pengetahuan Serta Perilaku Penggunaan Suplemen di Masa Pandemi pada Mahasiswa IIk Bhakti Wiyata. Maj Farmasetika. 2021;6(Suppl 1):54. Amidi M. Pengaruh Budaya, Persepsi, dan Kepercayaan terhadap Keputusan Pembelian Obat Herbal. J Ilmu Manaj. 2018;7(2):169. Long S, Charles G, Prober MF. Principles and Practice of PediatricInfectious Diseases [Internet]. 5th Editio. Elsevier; 2018. Available from: www.expertconsult.com. Albrecht HH, Dicpinigaitis PV, Guenin EP. Role of guaifenesin in the management of chronic bronchitis and upper respiratory tract infections. Multidiscip Respir Med. 2017;12(1):1–11. J Med Health.2024;6(1):12-22 21 Journal of Medicine and Health Vol. 6 No. 1 February 2024 Hubungan Tingkat Pengetahuan Terhadap… e-ISSN: 2442-5257 Research Article 18. Retnaningsih R. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Tentang Alat Pelindung Telinga dengan Penggunaannya pada Pekerja. J Ind Hyg Occup Heal. 2016;1(1):69–70. 19. Agustina E, Sari YO, Permatasari D, Almasdy D. Pengkajian Praktek Swamedikasi Pada Salah Satu Apotek di Kota Padang, Indonesia. Sci J Farm dan Kesehat. 2021;11(1):4. 20. Hulu VT, Sinaga TR. Analisis Data Statistik Parametrik Aplikasi SPSS dan Statical: Sebuah Pengantar Untuk Kesehatan. [Internet]. Medan: Yayasan Kita Menulis; 2019. Available from: https://books.google.co.id/books?id=axjGDwAAQBAJ 21. Tri Handayani D, Mahardian Kusuma A. Swamedikasi Pada Mahasiswa Kesehatan dan Non Kesehatan Self Medication Among Students Majoring in Health and Non Health Sciences. Manaj dan Pelayanan Farm. 2013;3(3):197–202. 22. Sholiha S, Fadholah A, Artanti LO. Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Masyarakat Terhadap Penggunaan Antibiotik pada Konsumen Apotek Alam Farma di Kecamatan Nusawungu, Kab Cilacap. Pharm J Islam Pharm. 2019;3(2):1–11. J Med Health.2024;6(1):12-22 22